Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
........
"mama?!!"
"iya sayang?"
"aku akan ke party sekolah"
"yaudah hati-hati, tapi kamu di jemput siapa sayang?" tanya mama aiya
"sama calon menantu mama dong" bangga Aluna
"rain? rain mana? Kok..."
tok tok
"itu!! itu rain mama!!"
aluna berlari dan membuka pintu, tampak rain yang telah siap dengan setelan jasnya yang berwarna hitam tapi dengan kemeja putih
"ganteng nya" lirih Aluna bersandar pada pintu sambil menikmati ketampanan rain
"ya ampun menantu mama, ganteng banget ya? serasa sedang melihat masa depan yah" kekeh mama aiya
Aluna terkekeh sedangkan rain, entah mengapa hatinya seakan sangat sedih mendengar semua itu, ia tak tau apa reaksi mereka jika tau kondisi rain
"yaudah ma? Aluna berangkat dulu ya?"
"iya sayang, hati-hati ya?"
"iya mama"
Aluna merangkul tangan rain kemudian menatap pria itu, entah mengapa rasa nya ketampanan seorang rain bertambah berkali-kali lipat
"ganteng nya"
"iya iya, aku tau, daritadi kamu ulang itu terus, nggak capek?"
"nggak dong, kenapa emangnya? salah? ck"
"ayo berangkat, si trio kembar udah spam chat dari tadi"
"ishhhh iya iya"
selama rain menyetir Aluna terus menerus memotret rain dengan ponselnya, entah mengapa rasanya rain senang dengan Aluna yang seakan ingin momen itu benar-benar abadi
berselang 30 menit mereka akhirnya sampai ke sekolah, tampak aula mereka yang telah memancarkan cahaya yang sangat terang
"nahh itu mereka" tunjuk lio
"lama banget sih!" kesal lita
"iya iya maaf" kekeh Aluna
"udah ayo masuk, pestanya udah mau di mulai nih"
rain melingkar kan tangannya, ia memberi isyarat pada Aluna untuk merangkulnya kemudian berjalan memasuki aula, tampak ada banyak hiasan, makanan dan sebagai nya, benar-benar sebuah party
Aluna mengajak rain menghampiri wali kelas mereka yang juga sedang duduk bersama guru guru lainnya, Aluna sesekali mencuri pandang pada rain untuk memastikannya baik baik saja
"kamu nggak papa terhimpit begini rain? kalau nggak suka ngga papa, kita geser ke sana" bisik Aluna
"ini nggak akan terulang Aluna, ada baiknya di nikmati, iyakan?"
"iya tapi kamu kan...."
"nggak papa sayang, aku baik baik aja"
cup
"rain! Aluna! sini! ayo foto" ajak lili
rain merangkul Aluna dengan senyuman manisnya, Aluna selalu terpaku saat rain menunjukkan senyuman yang manis itu, seakan dunia terhenti dan hanya terngiang-ngiang senyum rain
"sini Aluna!" kesal lita
berjam-jam lamanya mereka menikmati pesta namun tiba-tiba rain di hampiri pria yang tadi pagi Aluna tolak bahkan rain balas dengan mentah mentah
"SEMUANYA!! GUE MENANTANG PILAR SEKOLAH KITA UNTUK MINUM!"
"bagaimana?!"
"lu? mau? atau nggak?" sinisnya
Aluna yang sepertinya sudah muak dengan orang-orang yang suka mengusik rain segera berdiri dan menatap si pria sok jago itu, sebut saja namanya Leri
"apa lu bilang ? minum?" tanya Aluna
"iya, gue menantang kekasih lu, yang kalah harus berlutut"
"baiklah gue Terima, gue yang akan minum"
"hei!! gue menantang rain, bukan lu!!" kesal Leri tak Terima
"kenapa lu? takut kalah sama cewek?! cemen" sinis Aluna
Rain benar-benar terkejut dengan Aluna yang tiba-tiba menerima tantangan itu, rain berusaha membujuk Aluna agar menolaknya namun Aluna seperti nya sudah kehabisan kesabarannya karena Leri yang selalu mengusik rain
"oke, kita minum lima belas gelas beer" tantang Leri
"lima belas doang? gelas? gelas ukuran berapa? perlihatkan"
pertanyaan Aluna seakan menantang balik Leri yang sudah sangat sombong itu, tak lama anak buah Leri kembali dengan membawa gelas ukuran sedang
prang
aluna mengambil gelas itu kemudian memecahkan nya, yang artinya ia menolak ukuran seperti itu
"mana alkoholnya?"
"ini"
Aluna menatap alkohol itu kemudian tertawa dengan nyaring, semuanya terdiam bahkan guru-guru mereka pun terdiam, kali ini tawa Aluna bak seorang mafia yang telah keluar dari sangkarnya
"ini alkohol dengan toleransi tinggi, jelas nggak akan memberikan efek apapun" sinis Aluna
"gue mau lu dan gue minum alkohol dari Australia dengan toleransi rendah, bagaimana? bisa? sebotol aja? tapi dalam gelas besar"
"lu -lu mau mati hah?!" kaget Leri
"nggak, gue cuma menerima tantangan lu, bukan tantangan namanya kalau nggak ada yang menantang, iyakan? lu salah satu pembully juga bukan? maka lu akan berurusan dengan gue" kekeh Aluna
"baik, gue Terima, siapkan mejanya"
Leri tak bergerak, Aluna meminta teman temannya yang menyiapkan nya secara terbuka tanpa sentuhan langsung dari anak buah Leri
"sayang? aku mohon jangan, aku -"
"rain aku nggak suka ada orang yang mengusik kamu, dia mengganggu kamu sama dengan menantang aku" sinis Aluna
"tapi lun... alkohol yang lu bilang tadi itu nggak baik lun" lirih lio"
"nggak, itu baik, gue udah biasa"
tak lama semuanya siap, telah di siapkan dua gelas besar berisikan sebotol alkohol dengan konsentrasi rendah
"baik... tiga... dua... satu"
Aluna mengambil gelas pertama dan mulai menikmati nya, benar-benar ia nikmati tanpa memikirkan bahwa ini adalah sebuah pertandingan yang mempertaruhkan harga diri masing-masing
di saat minuman Aluna belum habis Leri sudah menghabiskan nya namun sayangnya Leri tiba-tiba mabuk dan tertidur, sedangkan Aluna masih melanjutkan ke gelas berikutnya tanpa mabuk sedikit pun
"ck lemah" Cibir Aluna setelah menghabiskan alkohol nya
"hei!! berdiri!! berlutut ke kaki rain!!"
"Aluna, henti kan" lirih rain melihat amarah di wajah Aluna
"BAJINGAN!!! BERLUTUT!!!!"
brak
semuanya terkejut termasuk Leri, ia kemudian berdiri namun terjatuh ke kaki rain, ia benar-benar menyesal sudah menantang peminum handal seperti Aluna
"maafin gue rain, gue nggak akan ganggu lu lagu, sekarang maupun kapan pun, gue benar-benar minta maaf rain"
"ehm"
"kalian semua dengar!! jika kalian berani mengusik rain! kalian akan tau konsekuensi nya"
Aluna terkejut saat rain menariknya untuk keluar dari aula di susul dengan si trio kembar dan ketiga sahabat Aluna
"air hangat! cepat" perintah Aluna
"AAAKHHHHH" pekik Aluna saat rain yang terus menariknya membuat kakinya yang menggunakan heels setinggi 9 cm itu tergelincir
"aaaahhh rain sakit" lirih Aluna memegang kakinya
"a-aluna maaf" kaget rain membantu Aluna duduk
rain kemudian duduk di lantai dan meletakkan kaki Aluna yang keseleo itu di atas pahanya, ia melepas heels nya dengan lembut agar Aluna tak merasakan sakit
"jangan lakukan ini lagi, mengerti?"
"kenapa? kenapa aku harus mengerti kamu rain? kenapa?" tanya Aluna yang sedikit mabuk
yah selama di Australia, aluna sering pergi bersama teman temannya untuk minum dengan alkohol toleransi tinggi, sedang dan rendah, namun lama kelamaan seakan itu tak lagi berefek pada Aluna, namun ini pertama kalinya lagi bagi Aluna setelah 3 bulan berhenti
"Aluna..."
"aku tau semuanya rain hiks aku tau! kamu sakit rain! aku tau itu" lirih Aluna mulai terisak
rain yang mendengar nya menatap Aluna yang mulai menumpahkan tangisnya, rain berpikir alun mabuk tapi ia terkejut saat Aluna menatap nya
"kamu pikir aku mabuk? nggak rain! aku nggak mabuk rain!"
"ba-bagaimana kamu tau?"
"aku memang bloon rain! tapi bukan berarti aku ini buta rain!!!! darah saat aku ke apartemen kamu terhambur tepat di sebelah kamu tapi kamu mencoba menutupinya dengan pakaian kamu yang kotor kan? darah di kain yang di jemur bibi, serta obat yang harus selalu kamu minum, hingga..... penjelasan tahun Reina" lirih Aluna
"aku baru ingat, kamu sakit sejak dulu, tapi kamu sembunyikan, saat aku pulang ke Indonesia aku melihat kamu di pukuli teman teman kamu, kamu sakit tapi kamu nggak mau tante Reina tau karena saat itu Om Flot juga sakit"
"aku tak bisa menghibur mu saat papa kamu meninggal rain, aku tak mau memberi kamu harapan bahwa aku akan di sisi kamu, karna aku harus kembali ke Australia"
"saat aku melihat foto kamu bersama tante Reina, om Flot barulah aku ingat, kamu adalah anak itu, aku ingat semuanya kamu sakit rain tapi kamu menyembunyikan nya dari aku!!!"
"KAMU ANGGAP AKU APA RAIN?! HAH?!!!" bentak Aluna dengan air mata yang sudah tumpah ruah sejak tadi
"Aluna aku...."
"apa, hah?! aku tau alasan mengapa kamu bertanya tentang kehidupan berikut nya!! aku tau semuanya rain! hiks berhenti berpura-pura di hadapan ku rain" tangis Aluna
grep
"maafkan aku" lirih rain
"maaf"
"kamu jahat rain kamu jahat!!! kamu jahat hiks jahat" tangis Aluna
"maaf"
brugh
"rain!!!" panik Aluna
"rain?!!! LIO!! RIO!!! TIO!!!"
ketiganya yang tadinya ikut terhanyut seketika panik dengan Aluna yang berteriak, saat mendekat mereka terkejut melihat rain yang sekarang tubuh nya di topang oleh Aluna
darah segar mengalir dari hidung rain, namun lio bisa melihat air mata rain di sudut mata pria itu, ia sedih karena Aluna tau semuanya terutama kondisinya
"KENAPA DIAM!?! CEPAT MINTA SUPIR KE SINI!!"
"iya aku akan telfon tante Reina juga"
"hiks rain, aku di sini, kamu nggak sendiri lagi, aku di sini ehm? rain?" lirih Aluna berusaha agar rain tetap mempertahankan kesadarannya
"Aluna" lirih rain
"ehm, aku di sini, lihat kan? ehm" lembut Aluna
"aku mencintaimu" sendu rain
. .....
bersambung