Cecil dan Kevin sepasang kekasih. Hubungan mereka terkendala restu dari mamanya Cecil. Namun, karena rasa cintanya yang begitu besar, Cecil pun berani menantang orang tuanya.
Padahal, tanpa Cecil sadari, dia hanya dimanfaatkan Kevin. Gadis itu sampai rela menjual barang-barang berharga miliknya dan bahkan meminjam uang demi menuruti permintaan sang kekasih.
Apakah hubungan yang toxic ini akan bertahan? Sadarkah Cecil jika dia hanya dimanfaatkan Kevin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Dua
Matahari bersinar cerah, menembus awan-awan putih yang berarak di langit biru. Suara ombak yang berdesir lembut menjadi musik latar di Pantai X yang terkenal. Athalla dan istrinya, Cecil, tengah menikmati liburan yang sudah direncanakan sejak minggu lalu. Mereka berjalan bergandeng tangan, merasakan hangatnya pasir putih di bawah kaki.
“Aku suka banget suasana di sini,” ucap Cecil, sambil merentangkan tangan seolah ingin memeluk seluruh pantai. “Kita harus sering-sering ke tempat kayak gini, Mas. Rasanya jiwa ini tenang.”
“Iya, apalagi bisa sama kamu,” jawab Athalla, tersenyum lebar. Matanya berbinar penuh kebahagiaan. Tanpa sadar, mereka berdua terhenti di tepian ombak. Cecil berjinjit, mencoba merasakan ombak menyentuh kakinya.
Namun, kegembiraan itu segera terganggu saat Athalla melihat sosok perempuan yang tidak asing di kejauhan. Mita, mantan kekasihnya, sedang berdiri bersama teman-temannya, tertawa terbahak. Jantung Athalla berdegup kencang. Serasa ada yang mengusik ketenangannya di suasana yang menyenangkan itu.
“Mas, ada apa?” tanya Cecil, melihat raut wajah Athalla yang tiba-tiba berubah. “Kamu terlihat aneh.”
“Tidak ada apa-apa,” jawab Athalla, meski suaranya sedikit bergetar. Ia mencoba mengalihkan pandang dari Mita, tapi sulit. Kenangan mereka berdua kembali berputar di pikirannya.
“Yuk, kita pergi berenang!” Ajak Cecil dengan semangat. Ia tidak menyadari ketegangan yang dirasakan Athalla. Dengan sedikit paksaan, Athalla mengikuti Cecil menuju air laut.
Sementara itu, Mita melihat Athalla dari kejauhan. Ia sempat terdiam, seolah mempertimbangkan untuk menghampiri Athalla. Namun, urung juga dan hanya tersenyum tipis sambil terus mengobrol dengan teman-temannya.
Setelah beberapa jam bermain di pantai, menyalurkan energinya dan melupakan rasa cemas, mereka berdua pun memutuskan untuk pulang. Athalla merasa lega karena berhasil menghindar dari Mita, tetapi ketenangan itu tidak bertahan lama.
Di perjalanan pulang, Athalla terdiam. Cecil yang duduk di sampingnya mulai merasa ada yang tidak beres.
“Kamu kenapa? Seharusnya kita senang, kan? Bisa liburan bareng kayak gini,” tanya Cecil, mengalihkan rasa khawatir.
“Aku ... aku hanya sedikit capek,” elak Athalla, tidak ingin mengungkapkan perasaan yang mengganggu pikirannya. Ia merasa bersalah atas sikapnya.
Sesampainya di rumah, suasana mulai memanas. Athalla tidak bisa bersembunyi dari ketegangan yang sejak tadi bersembunyi di dalam hatinya. Ia merasa terpuruk dengan bayangan Mita dan semua kenangan yang tidak ingin ia ingat.
Athalla lalu pergi ke taman belakang rumahnya. Dia mengingat kembali saat wanita yang dia cintai itu pergi meninggalkan dirinya tanpa alasan.
Cecil yang telah selesai membersihkan diri, merasa sedikit heran karena tak melihat suaminya. Dia pikir Athalla akan segera tidur setelah pulang karena merasa capek.
Cecil lalu mencari keberadaan sang suami. Tak melihat ada di dalam rumah, dia berjalan menuju taman. Tempat favorit suaminya.
"Mas, kamu kenapa sih? Katanya capek, kenapa masih duduk di sini. Sebaiknya tidur saja untuk beristirahat," ucap Cecil.
"Aku masih mau di sini!" seru Athalla dengan nada sedikit tinggi.
“Tadi kamu bilang capek! Seharusnya kamu bilang sesuatu! Jangan bikin aku khawatir seperti ini!” seru Cecil yang mulai frustrasi dengan sikap Athalla.
“Aku bilang tidak ada apa-apa!” jawab Athalla makin meninggikan suara. Rasa marah yang mendekam dalam hatinya meledak. “Apa kamu ingin pergi seperti Mita? Apa kamu juga akan meninggalkan aku?”
Cecil tertegun. “Ath, tidak ada alasan untuk aku pergi. Aku mencintaimu. Kenapa kamu tiba-tiba bicara tentang Mita. Siapa Mita?"
“Tiba-tiba? Dia ada di pantai tadi! Dan kamu tidak tahu betapa aku benci mengingatnya! Dia begitu saja meninggalkan aku, tanpa alasan yang pasti. Apa kamu juga akan meninggalkan aku?" tanya Athalla sekali lagi.
“Kenapa kamu jadi bicara begini, Mas? Apa aku terlihat akan pergi? Dia yang meninggalkan kamu, kenapa kamu balik menuduhku?" Cecil balik bertanya.
“Berbicara mudah, kan? Namun, hatiku sudah tergores. Bagaimana kalau kamu tiba-tiba berubah pikiran? Seperti yang dia lakukan?” Athalla merasakan air matanya hampir menetes, tetapi segera ditahannya.
Cecil mendekat, berusaha menenangkan Athalla. “Mas, tolong jangan buat ini lebih sulit. Aku di sini untukmu. Aku bukan Mita, aku adalah aku. Kami dua pribadi yang berbeda. Aku baru tau, ternyata kamu memiliki masa lalu yang sedikit pahit. Apa kamu sebenarnya belum bisa melupakan Mita?" Kembali Cecil bertanya.
“Semua orang punya masa lalu. Kamu juga kan? Tapi ...."
“Tapi apa?” tanya Cecil, kali ini suaranya lebih lembut. “Kamu harus percaya padaku. Aku tidak ada rencana untuk pergi dari hidupmu.”
Athalla terdiam sejenak, menatap Cecil dengan emosi campur aduk. “Rasa takut ini—aku tidak bisa mengontrolnya. Mita membuatku merasa terkoyak. Dia pergi begitu saja setelah semua kenangan itu.”
“Aku mengerti, tapi kamu harus memberi diri kita kesempatan,” balas Cecil, menghapus jarak di antara mereka. “Kita bisa melawan rasa takut bersama. Jangan biarkan masa lalu mengendalikan kita, Mas.”
Athalla akhirnya melepaskan air matanya. “Kita baru saja berlibur, dan aku tidak ingin hal ini mengacaukan segalanya,” suaranya serak. “Tapi aku perlu waktu untuk mencerna semuanya.”
“Ambil waktu yang kamu butuhkan. Aku akan menunggu. Yang terpenting, kita bisa berbicara untuk menyelesaikan ini. Aku ada di sini,” jawab Cecil tenang.
Athalla tersenyum tipis meski air matanya masih membasahi pipi. Ia tahu Cecil berusaha memahami dan mendukungnya, tapi bayang-bayang masa lalunya terus mengikuti.
Cecil masuk ke kamarnya. Dia tak menyangka jika suaminya memiliki masa lalu yang membuat dia menjadi sedikit trauma.
"Apakah masa lalu Mas Athalla ini ada hubungan dengan sikap temperamen dirinya?" tanya Cecil dalam hatinya.
Sukses truus Mak...
Terima kasih mam Reni sukses selalu lope lope juga mam 😍😍
semoga sehat selalu dan bertambah sukses mom 🤲🏻🤲🏻 love,,, love,,, sekebon juga mom 😘😘
Pada mampir yuk dikarya sederhana ku /Smile//Good//Pray/