Cyra Alesha wanita berusia 25 tahun wanita yang berhati baik dan tulus selalu di bully dan di hina karena fisiknya yang berbeda dari yang lain.Semua orang selalu memandang remeh Cyra akan karena fisik yang tak terawat.
Bagaimana kisah Cyra Alesha selanjutnya?
simak ya gess..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Pukul 10 malam.
Mobil putih sampai di depan apartement, kedua manusia berlawan jenis turun dari dalamnya.
Pria yang biasa di panggil dokter menatap kagum pada sosok yang berjalan ke arahnya. "Ini siapa Gam?" Tanya Dokter Rudi pura-pura.
Dokter Rudi memang sejak tadi menunggu kepulangan Agam dan Cyra di luar apartement, ia ingin tahu bagaimana penampilan Cyra yang baru apakah sesuai dengan bayangannya atau tidak.
Agam tersenyum sinis. "Istri orang !" Judesnya.
"Istri orang kau bawa pulang ke apart, yang benar saja? kau masih waras kan?" Dokter Rudi menyentuh kening Agam dengan punggung tangannya.
"Assalamualaikum, Dok. Terima kasih atas semuanya" Cyra mengalihkan atensi dokter Rudi dan Agam.
Dokter Rudi berubah serius, memberi kode pada Agam untuk meninggalkan berdua dengan Cyra.
"Jelaskan sesuatu setelah ini Dok. Atau saya akan berpikir aneh-aneh tentang dokter !" Ucap Agam lalu pergi dari sana.
"Waalaikumsalam, kita ke kamar saya sekarang"
"Eh, kenapa harus ke kamarnya dokter?" Cyra panik saat lengannya sudah di tarik begitu saja.
"Diamlah nanti kau juga akan tahu" Dokter Rudi terus menarik tangan Cyra ke kamarnya. Tanpa mereka ketahui Agam sembunyi di balik pagar dan tentu melihat mereka masuk kamar Dokter Rudi.
Agam mengelus dada, berjalan ke kamarnya, berharap besok pagi tidak akan menemukan jejak di tubuh keduanya.
Di dalam kamar sini dokter Rudi menutup pintu dan mendudukan Cyra di kursi depan cermin. "Perfect ! Jika penampilan mu seperti ini kau bisa jadi model"
Dokter Rudi menatap Cyra dari berbagai arah, penampilan Cyra berubah drastis dari sebelumnya. Sekarang Cyra terlihat lebih segar dan lebih glowing.
Cyra yang sejak tadi di perhatikan tentu saja merasa malu dan tidak pede. "Dok, saya bingung. Tujuan dokter membuat saya seperti ini itu untuk apa? Sayang uangnya Dok"
Uang belanja 50 puluh juta lebih dan uang 72 juta untuk di salon kecantikan tadi. Cyra bahkan belum pernah memiliki uang sebanyak itu, uang 10 juta saja Cyra belum pernah punya. Cyra menyayangkan uang 100 juta lebih itu.
Dokter Rudi melipat kedua tangan di dada. Tentu sudah mengira jika Cyra akan bertanya hal itu. "Aku hanya ingin kau merubah penampilan supaya tidak kucel lagi"
"Dokter Rudi malu punya pelayan seperti saya ? maaf Dok, saya memang tidak pantas--"
"Bukan itu yang saya maksud, bukankah kau pernah bercerita jika kau selalu di hina karena fisik. Karena kau kurus dan kau berpenampilan jelek?"
Cyra menatap dokter Rudi lekat. "Tapi tidak perlu berlebihan seperti ini Dok. Saya mungkin akan merubah penampilan bahkan perawatan tapi nanti jika saya sudah memiliki uang yang cukup. Saya tidak mau merepotkan anda lagi, sudah di izinkan tinggal dan di beri pekerjaan saja saya sudah senang dan bahagia, saya sudah sangat berterima kasih pada dokter"
"Jadi kau menolak pemberian saya ini?"
Cyra menunduk. "Maaf Dok, saya menerima dengan senang hati. Tapi jangan di ulangi lagi. Anda terlalu baik pada saya. Jujur saya takut tidak bisa membalas kebaikan Dokter"
Dokter Rudi terhenyak mendengar kata-kata Cyra, baginya ini pertama kalinya menemukan seorang wanita yang hatinya benar-benar tulus.
"Beruntungnya pria yang menikahi mu Cyra. Bodoh jika pria itu berani menyia-nyiakan mu" Tutur Dokter Rudi memunggungi Cyra memasukan kedua telapak tangan di saku celana.
"Dok, bagaimana keadaan suami saya apa dia sudah jauh lebih baik?"
Dokter Rudi menatap Cyra intens. "Tadi saya sudah memeriksanya lagi suami mu sudah lebih baik"
"Syurkur lah" Cyra merasa lega.
"Ya sudah, kembalilah ke kamar mu dan istirahat" Titah Dokter Rudi.
"Baik, Dok" Cyra segera keluar kamar dan menuju kamarnya sendiri.
🔹🔹🔹
Di ruangannya, Rendi tak bisa tidur barang sebentar. Ia selalu memikirkan Cyra dan Hasa. Dia memikirkan bagaimana caranya agar bisa menemukan Cyra kembali dan keluarga kecilnya bisa kembali berkumpul bersama.
Hasa masih demam dan ia mengigau memanggil Mamanya terus menerus. Rendi sampai bingung harus beralasan apalagi pada Hasa supaya ia paham akan situasi dan kondisi.
"Ren, kau belum tidur? ini sudah malam" Mini yang terbangun karena ingin ke kamar mandi memergoki putranya masih terjaga.
"Aku tak bisa tidur Bu. Kepikiran Cyra dan Hasa" Rendi tak ingin bohong pada Ibunya. Mungkin Ibunya bisa memberi solusi dalam keadaan seperti ini.
Mini menutup mulutnya karena menguap. "Ya di pikir Ren, tapi jangan seperti ini juga. Sudah sholat isya apa belum?"
"Sudah Bu, pas Ibu keluar" Jawab Rendi.
Tadi pukul delapan hingga sembilan Mini memang keluar ke kantin rumah sakit untuk makan malam.
Mini mengangguk tanda mengerti lalu menuju kamar mandi membuang yang perlu di buang.
Rendi meraba sesuatu di atas nakas tapi tak ada. "Dimana ya?" Rendi terduduk mencarinya ke bawah bantal.
Mini keluar kamar mandi sudah selesai dengan panggilan alamnya. Melihat Rendi yang seperti mencari sesuatu Mini mendekatinya.
"Mencari apa Ren?" Tanya Mini.
"Ibu melihat ponsel aku tidak? Aku ingin mengirim pesan ke Yudi" Jawab Rendi masih mencari ponselnya dilaci nakas siapa tahu dia yang lupa menaruhnya disana.
"Ibu yang menyimpannya, tapi tidak tahu masih menyala atau tidak? Layar depannya retak Ren. Sebentar Ibu ambilkan" Mini mengambil ponsel Rendi yang ia simpan didalam tasnya.
Saat Rendi belum sadarkan diri salah satu perawat yang menemukannya dan memberikannya pada Mini.
Rendi merasa lega saat ponsel miliknya ada pada Ibu berharap ponselnya baik-baik saja.
"Cek dulu masih bisa menyala atau tidak" Mini menyodorkan ponsel biru milik Rendi.
Rendi menerimanya menekan tombol ON tapi ponselnya tidak menyala. "Ibu bawa chargernya tidak?" Rendi berpikir mungkin ponselnya kehabisan daya.
"Ya tidak lah Ren, Ibu tidak tahu kau menyimpannya dimana" Mini mengucek kedua matanya lalu menutup mulut saat menguap. "Sudah lah tidur saja dulu Ren, besok biar Ibu bawakan" Ucap Mini kembali tiduran dikarpet yang ia gunakan untuk tidur.
Rendi mengusap layar ponselnya yang retak seperti kata Ibu. "Semoga masih bisa menyala, didalam sini ada banyak sekali foto keluarga kecilku" Batin Rendi.
"Yasudah Ibu istirahat saja, Rendi juga ingin tidur. Do'ain ya Bu semoga besok Cyra datang kesini dan kembali kumpul dengan aku dan Hasa" Lanjut Rendi membatin.
Rendi tidak mendengar sahutan Ibu mungkin dia sudah tidur. Tak mempermasalahkan itu Rendi menyimpan ponsel miliknya dibawah bantal. "Ya Alloh, aku ingin Cyra kembali bersama aku dan Hasa. Aku ingin meminta maaf padanya, pertemukan kami Ya Alloh" Ucap Rendi dihati lalu merebahkan badan dan tidur.
hihihi