Hubungan yang telah di jalani selama tiga tahun harus berakhir dengan kekecewaan. 2 tahun menjalin hubungan jarak jauh akibat pekerjaan, nyatanya tidak berakhir bahagia. Bahkan janji yang terucap sebelum perpisahan pun tidak bisa menjadi jaminan akan kesetiaan seseorang.
sakit hati Zea membuatnya berubah menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25
Di kantor Polisi, setelah masalah antara paman Bandi dan Joni selesai. Kini hanya tinggal Joni dan Mimi serta keluarga mereka saja.
Keluarga Joni datang ke kantor Polisi begitu tahu dirinya ada di sana dan sedang kena masalah. Mereka ingin tahu sekaligus memberi pembelaan untuk Joni.
Tapi sayang saat mereka datang semuanya sudah selesai dan Joni sudah mengeluarkan uang yang sangat banyak hingga hampir mengosongkan tabungannya.
Bahkan dengan paman Bandi saja mereka tidak bertemu. Sedangkan pak Loni dan istrinya datang karena di telpon oleh Mimi yang merengek minta tolong pada mamanya.
Bu Ida yang sangat memanjakan anak kesayangannya tentu saja berusaha membujuk sang suami untuk ikut. Pak Loni tentu saja mau ikut karena ia juga menyayangi Mimi meski tidak se over bu Ida.
Wajah pak Loni nampak muram dan menahan amarah. Ia datang saat paman Bandi masih di sana dan tentu saja pak Loni juga bertanya pada pihak kepolisian apa yang terjadi.
Hasilnya sungguh sangat mengecewakan dan mengesalkan. Tadinya pak Loni sangat khawatir pada anaknya. Kini malah jadi kesal pada calon menantunya yang ternyata sangat ceroboh.
Dan kejadian itu juga karena kecerobohannya sendiri. Itu sebabnya pak Loni tidak mau ikut membayar ganti rugi yang di sebabkan oleh Joni saat Mimi membujuknya.
"Papa, keterlaluan! Kenapa Papa gak mau bantu Mas Joni bayar dendanya sih? Kan uang Papa banyak. Gak akan habis juga uang Papa kalau untuk bayar ganti rugi yang gak seberapa itu," kata Mimi yang marah pada pak Loni.
"Tahu nih Papa, malah Mama gak di boleh in lagi buat bantu bayar. Pada hal Mama mau pakai uang sendiri," sambung bu Ida pula.
Pak Loni yang sedang menahan kesal langsung saja menatap pada anak dan istrinya.
"Kalau menurut kamu uang segitu kecil, gunakan uang kamu sendiri untuk membantu calon suamimu itu. Dan untuk Mama, jangan lupa uang Mama punya dari siapa. Kalau bersalah ya harus bertanggung jawab, gak bisa nyetir mobil gak usah bawa mobil."
Pandangan tajam pak Loni berikan pada Joni yang seketika menunduk takut. Ia memang sangat berhati-hati jika berhadapan dengan calon mertua laki-lakinya ini.
Karena pak Loni bukan lah orang yang mudah luluh hanya dengan ucapan manis atau janji-janji manis semata. Berbeda dengan bu Ida yang hanya dengan beberapa kata saja sudah percaya dan luluh.
"Kok Papa gitu sih, Ma?" Rengek Mimi pada bu Ida.
"Tahu tuh Papa, ngeselin banget jadi orang." Bu Ida malah ikut menggerutu.
"Sudah lah Tante, mungkin Om lagi banyak masalah makanya seperti itu." Joni mengeluarkan jurus mautnya dengan mulut manis pada bu Ida.
Benar saja kalau bu Ida langsung hilang rasa kesalnya pada sang suami. Ia menatap pada calon menantunya sembari tersenyum manis.
"Iya kamu benar, memang Om kamu itu lagi banyak kerjaan."
"Gimana kalau Mama traktir kami saja makan-mana? Laper nih Ma," rengek Mimi.
Keluarga Joni saling pandang mendengar ucapan Mimi. Ternyata rasa kesal mereka karena tadi Joni membatalkan janjinya. Kini akan terbayar dengan traktir dari sang calon besan kaya.
"Baik lah kalau begitu, anggap saja buang sial karena masalah ini. Kalian harus senang-senang dan bahagia," sahut bu Ida.
"Terimakasih Mama ku sayang, memang hanya Mama yang paling tahu apa yang aku mau." Mimi memeluk sang mama dengan perasaan bahagia.
Tidak kalah bahagia dengan Joni dan keluarganya yang bisa meneruskan makan enak mereka.
Akhirnya mereka pergi ke restoran yang tadinya sudah di datangi oleh keluarga Joni. Kini mereka benar-benar masuk ke dalam restoran berbintang itu.
Saat baru duduk di kursi yang mereka tempati, bu Ida mendapatkan telpon dari sang suami. Meski kesal dan malas, ia tetap harus pulang. Begitu lah bu Ida, ia akan tetap menurut pada pak Loni meski mereka sering bertentangan.
"Mama, pulang duluan ya sayang. Kamu bersenang-senang lah sama calon keluarga baru kamu. Ini kartu Mama kamu pegang, tapi ingat! Jangan sampai lebih dari tiga puluh juta habisnya. Soalnya Mama takut Papa curiga," kata bu Ida seraya menyerahkan kartu kreditnya pada sang anak.
Mimi yang tadinya sudah sumringah kala menerima kartu kredit sang mama. Kini terlihat kuram karena khayalannya untuk belanja menggunakan kartu itu harus batal.
"Mama, kok pelit banget sih?" Kesal Mimi.
"Kamu kan tahu kalau kartu itu di batasi sama Papa pengeluarannya. Nanti kalau kamu gunakan lebih dari tiga puluh juta, besok Mama gak bisa belanja."
Semakin kecut lah wajah Mimi di buatnya, sedangkan bu Ida kali ini tidak perduli. Ia masih punya kebutuhan lainnya yang ingin di beli. Kalau di gunakan oleh Mimi, bisa-bisa ia tidak jadi belanja.
Kartu kreditnya bu Ida di batasi oleh pak Loni sebanyak lima ratus juta perbulan. Itu semua di lakukan karena kebiasaan bu Ida yang suka belanja dan membeli apa saja yang menarik di matanya.
Meski yang di beli berakhir tidak terpakai atau terbuang. Itu sebabnya pak Loni membatasi penggunakan kartu sang istri yang selalu di gunakan sendiri. Jika pergi bersama pak Loni, maka kartu pak Loni yang akan di gunakan.
Itu sebabnya bu Ida selalu menurut pada suaminya. Selain sang suami royal kalau mereka pergi berdua, pak Loni juga sangat setia dan selalu berusaha memanjakannya dengan segala perhatiannya.
"Kok Mama kamu perhitungan begitu sih, Mi?" Tanya Preti pada sang calon adik ipar.
"Sekarang kartu kredit Mama di batasi sama Papa. Jadi gak bebas lagi mau belanja apa saja," sahut Mimi.
"Kenapa di batasi? Memangnya berapa batas yang di kasih Papa kamu?" Tanya bu Mira penasaran.
Preti juga ikut penasaran dengan berapa uang yang di dapatkan calon mertua adiknya itu.
"Lima ratus juta sebulan, tadinya gak di batasi tapi karena Mama pernah habiskan uang hampir dua milyar. Papa, jadi membatasi keuangan Mama," jawab Mimi.
Mata bu Mira dan Preti melotot tidak percaya mendengar apa yang di katakan oleh Mimi. Membayangkan dapat uang bulanan sebanyak lima ratus juta saja. Mereka sudah sangat bahagia andai bisa mendapatkannya.
Ini malah menghabiskan hingga hampir dua milyar. Apa saja yang di beli oleh calon besannya bu Mira itu?
"Kalian mau pesan apa? Pesan saja apa yang kalian mau," kata Mimi yang seketika memecahkan lamunan bu Mira dan Preti akan uang.
Mereka memesan makanan yang mahal-mahal tanpa memikirkan apa pun. Bahkan Mimi yang sudah mendapatkan peringatan dari sang mama tidak perduli sama sekali.
Mimi membiarkan saja apa yang di pesan oleh keluarga Joni.
lanjut torrr