Kim Tae-min, seorang maniak game MMORPG, telah mencapai puncak kekuatan dalam dunia virtual dengan level maksimal 9999 dan perlengkapan legendaris. Namun, hidupnya di dunia nyata biasa saja sebagai pegawai kantoran. Ketika dunia tiba-tiba berubah akibat fenomena awakening, sebagian besar manusia memperoleh kekuatan supranatural. Tae-min yang mengalami awakening terlambat menemukan bahwa status, level, dan item dari game-nya tersinkronisasi dengan tubuhnya di dunia nyata, membuatnya menjadi makhluk yang overpower. Dengan status dewa dan kekuatan yang tersembunyi berkat Pendant of Concealment, Tae-min harus menyembunyikan kekuatannya dari dunia agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Di tengah kekacauan dan ancaman baru yang muncul, Tae-min dihadapkan pada pilihan sulit: bertindak untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, atau terus hidup dalam bayang-bayang sebagai pegawai kantoran biasa. Sementara organisasi-organisasi kuat mulai bergerak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda Tangan dan Kultus Sialan
Kami berjalan menuruni gunung tanpa sepatah kata pun. Suara langkah kaki kami di antara dedaunan kering menjadi satu-satunya bunyi yang terdengar, selain suara angin yang berhembus pelan. Seol Min tampak lelah, dan aku… yah, aku mulai merasa menyesal datang ke tempat ini.
“Seribu tahun… ya, seribu tahun,” aku bergumam. “Ginseng sialan. Kalau benar ada, pasti aku sudah kaya sekarang.”
Seol Min melirik ke arahku, tapi tetap tidak mengatakan apa-apa. Mungkin dia juga merasa jengkel, tapi setidaknya dia punya alasan kuat—teman satu guild-nya mati. Aku hanya kehilangan waktu dan tenaga.
Saat kami sampai di stasiun, kereta yang menghubungkan Gunung Cheonggyesan dengan pusat kota sudah bersiap untuk berangkat. Orang-orang berdesakan untuk masuk, tapi kami dengan mudah menemukan tempat duduk.
Aku duduk di dekat jendela, memandangi pemandangan pegunungan yang semakin menjauh. Pikiran berkecamuk di kepalaku, mulai dari kegagalan pencarian ginseng hingga Black Crescent Cult yang tampaknya terlibat dalam banyak masalah di balik layar.
“Ginseng seribu tahun? Lebih mirip rumor seribu kebohongan…” aku bergumam sambil menghela napas. “Kultus busuk itu benar-benar berani menipuku.”
Seol Min duduk di sebelahku, terlihat lelah dan terluka, tapi tetap diam. Wajahnya menatap kosong ke depan, mungkin memikirkan nasib Jang Soo yang tragis.
“Kalau saja aku tidak terjebak dalam kebodohan ini,” aku melanjutkan keluhanku. “Aku bisa sedang duduk di apartemen, nonton serial favorit, makan ramen, dan tidak terlibat dengan kultus gila ini.”
Kereta melaju dengan cepat menuju kota, suara derak rodanya menciptakan ritme monoton. Di sisi lain, suasana di dalam kereta penuh dengan kebisingan orang-orang yang sibuk dengan urusan mereka sendiri. Suasana ini membuatku semakin jengkel.
Aku melirik Seol Min. Dia tidak mengatakan apa pun sejak kejadian tadi. Mungkin trauma, mungkin juga dia hanya terlalu lelah. Tapi sejujurnya, aku lebih peduli pada diriku sendiri sekarang.
“Hm, jadi apa rencanamu selanjutnya?” Aku akhirnya membuka percakapan, tidak tahan dengan keheningan ini.
Seol Min menghela napas panjang. “Aku harus melaporkan semuanya ke Golden Lion. Jang Soo… dia…”
“Ya, ya, aku tahu. Temanmu mati. Aku melihatnya sendiri, ingat?” potongku dengan nada sarkastik, walau sebenarnya aku tahu betapa pentingnya momen itu baginya.
Dia menatapku dengan tatapan tajam, tapi tidak mengatakan apa-apa lagi. Mungkin dia sudah terlalu lelah untuk berdebat denganku.
“Aku ikut berduka, oke?” aku melanjutkan dengan nada yang lebih serius. “Tapi percayalah, aku juga punya alasan untuk kesal.”
Kereta akhirnya berhenti di stasiun akhir di pusat kota. Kami berdua turun, melangkah keluar dari kerumunan orang yang sibuk dengan kehidupan mereka. Udara kota yang dingin segera menyambut kami, mengingatkanku bahwa masalahku belum selesai.
“Kau mau pergi ke mana?” aku bertanya pada Seol Min saat kami berjalan keluar stasiun.
“Aku akan kembali ke markas,” jawabnya singkat. “Aku harus melapor ke guild tentang apa yang terjadi.”
Aku mengangguk. “Oke, kalau begitu. Semoga berhasil. Dan… jaga dirimu.”
Seol Min mengangguk pelan, lalu berbalik dan berjalan menuju arah Golden Lion. Aku mengawasinya sejenak sebelum memutuskan untuk pulang ke apartemenku. Masih banyak yang harus kupikirkan, termasuk rencana balas dendam terhadap Black Crescent Cult.
Saat kembali ke apartemen, aku langsung melempar tubuhku ke sofa. Perjalanan yang melelahkan dan situasi yang membuat frustrasi benar-benar menguras tenagaku.
Aku duduk di sofa apartemen, menatap ponsel di tanganku dengan malas. Nama Hye Rin terpampang di layar, mengingatkanku pada tawarannya untuk bergabung dengan Crimson Lotus. Serius, guild besar? Apa aku kelihatan kayak orang yang butuh teman-teman baru?
Kubuka kaleng bir, menyesap sedikit sambil menatap ke luar jendela. "Kultus sialan itu benar-benar menipuku," gumamku, mengingat betapa bodohnya aku mengejar ginseng 1000 tahun yang ternyata cuma hoaks. "Dan sekarang, mereka kira aku bakal diam saja?"
Sambil memikirkan ginseng palsu itu, aku mulai merasa semakin jengkel. Aku nggak bisa biarin Black Crescent Cult kabur begitu saja setelah mempermainkanku. Tapi buat nyari informasi, mungkin Crimson Lotus punya koneksi yang lebih besar. Menyebalkan, tapi mungkin aku perlu mereka.
"Kita lihat dulu apa yang bisa Hye Rin tawarkan," gumamku sambil menekan tombol panggil di ponselku.
Saat tersambung, suara ceria Hye Rin terdengar, tapi ada keseriusan di baliknya. "Taemin-ssi, sudah memikirkan tawaranku? Apa kau akan bergabung dengan Crimson Lotus?"
Aku menghela napas panjang, lalu berbicara dengan nada malas. "Gini, aku nggak keberatan soal kekuatan atau apapun, tapi kalau aku harus terikat sama guild dan segala dramanya, itu bukan gaya hidupku."
"Kami tidak akan mengikatmu, Taemin-ssi. Kebebasan masih menjadi bagian dari peranmu jika kau bergabung. Kami butuh seseorang seperti kau di Crimson Lotus."
Aku tersenyum kecil. "Kalau soal kebebasan, itu sih aku suka denger. Tapi yang kumaksud itu beneran freelance. Bekerja kalau aku mau, datang kalau aku mau. Nggak ada ikatan, nggak ada drama."
"Freelance?" Suaranya terdengar bingung sesaat. "Kau maksud bekerja sendiri tapi tetap berhubungan dengan kami?"
"Kurang lebih. Cuma kalau aku merasa nggak perlu dateng, ya aku nggak akan dateng. Sesimpel itu." Aku tertawa kecil, meski dalam hati ini serius banget. Aku nggak suka diikat sama aturan.
"Kalau freelance seperti itu, mungkin sulit diterapkan dalam situasi darurat."
"Ya, kalau susah ya udahlah." Aku menyeringai. "Aku nggak maksa."
Terdengar suara tawa pelan dari seberang telepon. "Aku paham, Taemin-ssi. Baiklah, bagaimana jika kita buat kesepakatan? Kau tetap freelance, tapi saat ada misi besar atau keadaan darurat, kau harus datang."
Aku menggaruk kepala, berpikir sebentar. "Terdengar cukup adil. Tapi nggak usah berharap aku bakal dateng tiap ada misi."
Hye Rin tertawa lagi. "Baik, kita punya kesepakatan. Deal?"
"Deal." Kututup telepon, merasa sedikit lebih lega. Setidaknya, aku tetap bebas. Nggak ada aturan guild yang membelenggu, dan aku masih bisa dapat informasi penting soal kultus sialan itu.
Aku berdiri, berjalan ke jendela apartemen dan melihat lampu-lampu kota Seoul yang bersinar terang. Tapi pikiranku hanya tertuju pada satu hal: Black Crescent Cult.
"Kalian sudah main-main sama orang yang salah." Aku menggertakkan gigi. "Aku bakal bikin kalian menyesal."
Setelah setuju untuk menjadi freelancer di Crimson Lotus, keesokan harinya aku akhirnya pergi ke markas mereka. Bangunannya besar dan megah, sedikit berlebihan menurutku. Pintu utama terbuka otomatis, dan seorang receptionist menyambutku dengan senyum yang terlalu cerah di pagi hari. Aku hanya mengangguk kecil, berusaha tetap terlihat seperti orang normal meskipun kepalaku masih dipenuhi pikiran soal ginseng sialan itu.
“Aku di sini untuk tanda tangan kontrak,” kataku tanpa basa-basi.
Receptionist itu mengarahkan ke ruangan kecil di belakang lobby, dan di dalam sudah ada Hye Rin. Dia menatapku dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Mungkin dia masih bertanya-tanya kenapa aku memilih jadi freelance daripada bergabung sepenuhnya dengan guild besar ini.
"Sudah siap?" tanyanya.
Aku hanya mengangkat bahu. “Kau tahu, aku bukan tipe orang yang suka terikat dengan peraturan. Freelance sudah lebih dari cukup.”
Dia mendengus. "Baiklah, baca kontraknya dulu."
Di depanku ada sebuah dokumen yang tebalnya seperti buku telepon. Aku menatapnya sejenak, lalu balik menatap Hye Rin. “Serius nih? Perjanjian kerja atau novel?”
Dia tertawa kecil. “Baca saja, jangan malas.”
Aku mulai membaca, tapi sebagian besar isinya hanya formalitas yang biasa. Kewajiban ini, hak itu, blablabla. Sampai pada bagian tentang misi dan batasan freelance. Nah, yang ini menarik. Sebagai freelancer, aku tidak harus ikut semua operasi mereka. Aku bebas memilih misi, asal tidak melanggar perjanjian soal keamanan dan rahasia guild.
“Baiklah, tidak buruk. Di mana aku tanda tangan?” tanyaku setelah memindai halaman terakhir.
Hye Rin menggeser pena ke arahku. “Di sini.”
Aku menandatangani dokumen itu dengan gaya yang cukup santai. Setelahnya, aku langsung bertanya. “Jadi, apa kau tahu sesuatu tentang Black Crescent Cult?”
Hye Rin tampak terkejut mendengar pertanyaanku. “Kenapa kau tiba-tiba tertarik dengan mereka?”
Aku bersandar di kursi dan mendesah. “Mereka menipuku dengan rumor ginseng 1000 tahun. Dan aku tidak suka ditipu. Jadi, aku ingin tahu lebih banyak tentang mereka.”
Wajah Hye Rin berubah serius. “Kultus itu memang sudah lama menjadi masalah, tapi mereka sulit dilacak. Kami juga sedang mengumpulkan informasi tentang aktivitas terbaru mereka.”
"Kalau begitu, beri aku apa yang kalian punya."
Hye Rin mengangguk pelan. “Nanti, aku akan mengirimkan data yang kami punya. Tapi hati-hati, mereka tidak main-main.”
Aku menyeringai. "Jangan khawatir, aku juga tidak main-main."
Kami mengakhiri percakapan dengan nada itu. Aku bangkit dan meninggalkan guild, kembali ke apartemenku sambil terus memikirkan langkah selanjutnya. Kultus itu harus dibasmi, dan aku akan memastikan mereka menyesal sudah bermain-main denganku.
dah gitu aja.
kecuali.
dia punya musuh tersembunyi. demi nemuin musuhnya ini dia tetep low profile gitu. atau di atas kekuatan dia masih ada lagi yang lebih kuat yang membuat dunianya berubah makannya untuk nemuin harus tetep low profile dan itu di jelasin di bab awal. jadi ada nilai jualnya.