Lara telah menghabiskan tiga belas tahun hidupnya sebagai wanita simpanan, terperangkap dalam cinta yang terlarang dengan kekasihnya, seorang pria yang telah menikah dengan wanita lain. Meski hatinya terluka, Lara tetap bertahan dalam hubungan penuh rahasia dan ketidakpastian itu. Namun, segalanya berubah ketika ia bertemu Firman, seorang pria yang berbeda. Di tengah kehampaan dan kerapuhan emosinya, Lara menemukan kenyamanan dalam kebersamaan mereka.
Kisahnya berubah menjadi lebih rumit saat Lara mengandung anak Firman, tanpa ada ikatan pernikahan yang mengesahkan hubungan mereka. Dalam pergolakan batin, Lara harus menghadapi keputusan-keputusan berat, tentang masa depannya, anaknya, dan cinta yang selama ini ia perjuangkan. Apakah ia akan terus terperangkap dalam bayang-bayang masa lalunya, atau memilih lembaran baru bersama Firman dan anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syah🖤, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 01
Jangan lupa like komen dan votenya yah
Terimakasih;)
_
Arini duduk di teras rumah, menatap langit senja yang mulai merona jingga. Angin sore yang sepoi-sepoi membuat helai rambutnya sedikit berterbangan. Sepuluh tahun sudah ia dan David menjalani pernikahan. Meski usia mereka terpaut lima tahun David yang lebih muda darinya, Arini selalu merasa bahwa hubungan mereka adalah sebuah anugerah yang tak ternilai.
Awal pernikahan mereka adalah hasil perjodohan. Arini, yang saat itu sudah memasuki usia 29, sering kali merasa khawatir akan masa depannya. Keluarganya mendesak agar ia segera menikah, dan akhirnya mereka mempertemukannya dengan David, pemuda berusia 24 tahun yang baru saja merintis karier. Arini sempat ragu, bukan karena David, tetapi lebih kepada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia, yang lebih tua, menjadi pendamping yang baik bagi pria muda itu?
Namun, kekhawatirannya segera sirna setelah mereka menikah. David adalah pria yang dewasa dalam berpikir dan bersikap. Meski lebih muda, ia selalu memperlakukan Arini dengan penuh perhatian dan pengertian. David selalu ada saat Arini butuh teman bicara, pendengar setia ketika Arini lelah setelah hari yang panjang.
Arini ingat masa-masa awal mereka menikah. Setiap kali ada keraguan dalam dirinya, David selalu hadir dengan senyum dan kata-kata yang menenangkan. Mereka belajar untuk saling memahami, saling menghargai, dan yang paling penting, saling mencintai tanpa syarat. Meski hubungan mereka diawali dengan perjodohan, cinta tumbuh di antara mereka dengan perlahan tapi pasti.
Setiap pagi, David akan membangunkan Arini dengan secangkir kopi hangat. Bagi Arini, hal-hal kecil seperti itu adalah bukti betapa besar cinta suaminya. David, meski terkadang sibuk dengan pekerjaannya, selalu berusaha meluangkan waktu untuknya. Di setiap kesempatan, ia tak pernah lupa menunjukkan rasa sayangnya—entah lewat pelukan hangat atau ciuman lembut di kening.
"Kenapa kamu selalu memperlakukan aku seperti ini?" tanya Arini suatu hari, ketika mereka sedang duduk berdua menikmati malam.
David menatap Arini dengan lembut. "Karena aku mencintaimu, Arin. Usia kita memang berbeda, tapi bagiku, kamu adalah segalanya. Kamu membuatku menjadi pria yang lebih baik, lebih bijaksana."
Arini tersenyum. Hatinya terasa hangat mendengar jawaban David. Meski sepuluh tahun telah berlalu, ia masih merasakan cinta yang sama, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.
Mereka memang dijodohkan, tapi takdir membawa mereka pada kebahagiaan yang mungkin tak pernah mereka bayangkan. Kini, setiap hari adalah bukti bahwa cinta tidak selalu datang dengan gemuruh besar, tapi dengan ketenangan, pengertian, dan kebersamaan yang tulus.
Dan bagi Arini, David adalah anugerah yang membuat hidupnya terasa sempurna.
"Aku jalan dulu, inget yah selama aku di kantor kamu gaboleh kemana mana oke" ucap David ketika ingin berpamitan dengan istrinya
"Siap pun bojo"ucap Arini aga meledek membuat hidungnya jadi sasaran tangan David yang gemas dengan tingkah laku istrinya
David memang selalu seperti itu aga posesif kepada istrinya itu ketika ia sedang bekerja ia melarang Arini untuk pergi keluar jika pun keluar ia akan terus menerus meminta dokumentasi pada Arini namun sikap positifnya itu tak membuat Arini keberatan ia justru malah senang ketika suaminya bersikap seperti itu karena itu tandanya suaminya sangat mencintai dirinya dan tak ingin terjadi apa apa pada istri tercintanya
David pun berangkat menggunakan mobilnya meninggalkan Arini yang tengah berdiri sambil melambaikan tangan kearah mobil yang semakin menjauh, hari ini ada urusan mendesak di kantor membuat David mau tak mau harus segera menyelesaikan urusan tersebut dan mau tak mau Arini harus tinggal sendiri an dirumah besar milik mereka karena urusan mendesak itu David tak mungkin bisa pulang cepat.
"Hm..sepi banget ini rumah kalo gaada mas David"ucap Arini sambil duduk di sofa embuk yang menghadap langsung kearah layar tv besar yang ada di ruang tengah rumah nya.
Arini duduk di ruang tengah, menatap layar laptop yang menyala di hadapannya. Malam itu sunyi, hanya terdengar suara dari Tv yang menyalah. David, suaminya, baru saja pamit untuk lembur di kantor, seperti biasa kantor yang di pegang oleh suaminya itu selalu membuat suaminya bekerja ekstra yang tentunya menyita waktu kebersamaan mereka dimalam hari. Tidak ada yang mencurigakan, mereka selalu punya jadwal yang teratur. Arini pun terbiasa dengan kesibukan pekerjaan David yang sering mengharuskannya pulang larut.
Namun, malam ini ada sesuatu yang berbeda. Perasaan tak nyaman menyelinap di dadanya. Ia tak bisa mengabaikan rasa gelisah yang tiba-tiba muncul begitu saja. Mungkin itu hanya kecemasan tak beralasan, pikirnya. Dia berusaha menepisnya dengan sibuk bekerja di laptop milik suaminya, tapi pikirannya terus melayang. Setelah beberapa menit, dia menghela napas panjang dan memutuskan untuk mengalihkan perhatian dengan membuka galeri foto mereka.
Galeri itu penuh dengan kenangan—liburan ke Bali, ulang tahun pernikahan, dan momen kecil yang mereka abadikan selama sepuluh tahun menikah. Senyum David terlihat begitu tulus di setiap foto. Arini mendesah lega, mengingat betapa bahagianya mereka. Namun, saat ia menggulir lebih jauh ke bawah, ia menemukan sebuah folder foto yang tak dikenalnya “Liburan di Singapura”.
"Liburan di Singapura?" bisiknya pelan. Setahunya, mereka belum pernah ke Singapura. Tanpa pikir panjang, ia mengklik folder itu.
Mata Arini terbelalak. Di sana terdapat serangkaian foto yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Foto-foto David—bersama seorang wanita asing. Wanita itu tersenyum manis di setiap potret, dan di beberapa foto, mereka terlihat terlalu dekat, terlalu mesra untuk hanya sekadar teman.
Darah Arini mendidih. Jantungnya berdetak kencang, tangannya bergetar. Siapa wanita ini? Dan kapan David pergi ke Singapura? Pertanyaan-pertanyaan itu menghantam pikirannya bertubi-tubi, tapi tidak ada jawaban.
“Tidak mungkin,” gumamnya, meski bayangan yang mulai terbentuk di kepalanya membuatnya mual. Apa mungkin ini hanya kesalahpahaman? Mungkin ini foto lama sebelum mereka menikah? Arini mencoba menenangkan diri, tapi rasa penasaran mendorongnya untuk menggali lebih dalam.
Ia membuka satu foto yang menampilkan David dan wanita itu berdiri di depan sebuah restoran mewah. Di sudut bawah foto, tertulis tanggal kecil: *Maret 2023*. Arini terdiam. Itu hanya enam bulan yang lalu saat David mengaku pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan.
Tubuhnya terasa dingin. Selama bertahun-tahun, Arini selalu percaya penuh pada suaminya. Tapi kenyataan yang baru saja terungkap di depannya menghancurkan fondasi kepercayaan itu dalam sekejap.
Ponselnya berbunyi, notifikasi pesan masuk. Arini meraih ponselnya, dan seketika hatinya terasa makin sakit.
🗨️ David "Sayang, aku mungkin akan pulang lebih malam. Jangan tunggu ya. Aku sayang kamu."
Arini menatap pesan itu dengan tatapan kosong. Kata-kata yang biasanya membuat hatinya hangat, kini terasa seperti pisau yang menusuk. Dia tahu ada yang salah, ada yang disembunyikan.
Dengan tangan yang masih gemetar, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Ia membuka akun email David di laptopnya, mencoba mencari petunjuk lebih lanjut. Jantungnya berdegup semakin kencang saat ia melihat sebuah email yang terhapus—tapi belum sepenuhnya hilang.
_
Salam Author;)
Katanya perlu bicara ujung2nya perlu waktu lagi dan lagi baik sama lara juga sama arini beberapa bab muter itu2 aja, Maaf ya Thor kayak ceritanya hanya jalan di tempat aja 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻