Dendam petaka Letnan Hanggar beberapa tahun lalu masih melekat kuat di hatinya hingga begitu mendarah daging. Usahanya masuk ke dalam sebuah keluarga yang di yakini sebagai pembunuh keluarganya sudah membawa hasil. Membuat gadis lugu dalam satu-satunya putri seorang Panglima agar bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal yang sulit. Setelah mereka bersama, siksaan demi siksaan terus di lakukan namun ia tidak menyadari akan perasaannya sendiri.
Rahasia pun terbongkar oleh kakak tertua hingga 'perpisahan' terjadi dan persahabatan mereka pecah. Tak hanya itu, disisi lain, Letnan Arpuraka pun terseret masuk dalam kehidupan mereka. kisah pelik dan melekat erat dalam kehidupannya. Dimana dirinya harus tabah kehilangan tambatan hati hingga kembali hidup dalam dunia baru.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya???
Penuh KONFLIK. Harap SKIP bagi yang tidak biasa dengan konflik tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Mengorbankan kewarasan.
Setibanya di wilayah kerja, Bang Raka segera menemui Bang Hanggar. Sungguh dirinya tidak menyangka akan mengalami situasi semrawut seperti ini.
"Apa kabar Dantim." Sapa Bang Raka.
Seringai senyum Bang Hanggar sudah menunjukan bahwa dirinya tidak menyambut sahabatnya dengan baik.
"Buruk jika melihatmu." Jawab Bang Hanggar terus terang.
"Hmm.. bisa kita bicara sebentar??"
"Saya sibuk, saya juga sudah melihatmu. Silakan selesaikan tugas anda, Letnan Arpuraka..!!" Usir Bang Hanggar secara halus.
"Kamu cemburu??"
"Dalam hal apa saya harus cemburu. Saya disini untuk kerja." Kata Bang Hanggar malas.
Bang Raka tersenyum tipis namun juga seketika menjadi kesal. "Yang saya tau, ternyata Letnan Hanggar sudah tiba di Indonesia beberapa hari yang lalu. Sehari kemudian putri Panglima di begal orang. Kenapa kamu melukai Arlian lagi??? Apa kamu tidak puas menyiksa fisik dan batinnya??? Visum mengatakan tubuhnya banyak memar."
Baru saat ini Bang Hanggar mengerti arti 'begal' yang sesungguhnya. Itu berarti kemungkinan besar Arlian tidak mengatakan apapun terkait peristiwa tersebut. Jujur tidak ada penanganan fisik yang ia lakukan. Jika memang ada lebam, itu semua karena Arlian yang terus saja memberontak. Kulit 'tuan putri' begitu tipis hingga benturan sedikit saja akan meninggalkan bekas.
"Saya tidak memukulnya, saya juga berniat kasar padanya."
"Itu berarti kamu membenarkan kalau kamu sudah bertemu Arlian diam-diam????" Kata Bang Raka memastikan.
"Apa ada cara lain??? Kalian mematikan akses komunikasi saya dengan wanita yang masih menjadi istri saya. Dan kamu... Saya percaya kamu bisa menjaga Arlian, tapi kamu malah 'memakan' Arlian. B******n tengik..!!!!" Umpat Bang Hanggar tak kalah kesal.
Bang Raka terdiam. Agaknya ia mulai menyadari status Arlian yang simpang siur, tapi matanya membaca sendiri bahwa Bang Hanggar sudah mengirimkan surat perceraian dan Arlian pun menanda tangani nya.
"Sabar Gar, bisa kita bicara dengan kepala dingin??" Bujuk Bang Raka.
Seakan tak mau mendengar penjelasan apapun lagi, Bang Hanggar membuka laci meja dan mengambil badiknya.
"B******t, kenapa kamu selalu mengeluarkan badik kalau sedang marah???" Bang Raka memilih kabur daripada nyawanya harus melayang dengan sia-sia karena tebasan badik milik Bang Hanggar.
Bang Hanggar menebas asal badiknya ke arah tanaman yang ada di dalam ruangannya. Hatinya sungguh tidak sanggup membayangkan sahabatnya memadu cinta cinta bersama istrinya.
Setelah puas membabat tanaman di ruangannya, Bang Hanggar membanting badiknya kemudian duduk lemas bersandar di lemari kerjanya. Kini sungguh dirinya merasakan kesakitan teramat dalam di hatinya.
Ekor mata Bang Hanggar melirik badik yang tergeletak di lantai. Senyum liciknya pun tersungging menghias paras tampannya.
:
Dokter dan team medis berlarian memberi pertolongan pada Bang Hanggar, disana Bang Raka dan Bang Rumbu sampai ternganga di ruang kesehatan melihat Bang Hanggar terluka oleh badiknya sendiri.
"Biar saya yang periksa." Kata dokter Sarah.
"Biar Dokter Bowo saja yang memeriksanya." Pinta Bang Hanggar yang tau bahwa dokter Bowo sedang sibuk dengan persiapan pemeriksaan kesehatan warga.
"Dokter Bowo sedang tidak ada di tempat. Bagaimana kalau saya saja??" Saran Dokter Sarah karena melihat lelehan darah dari pinggang Danton.
Beberapa saat kemudian Arlian masuk ke dalam ruangan membawa banyak peralatan medis.
"Kalian keluar saja, saya mau sendiri. Biar Dokter Bowo yang menangani saya..!!" Tolak Bang Hanggar setengah mengusir.
"Tapi lukanya parah, Pak."
Bang Hanggar tidak menjawabnya. Seketika Bang Raka dan Bang Rumbu peka dengan keadaan. Mereka meminta seluruh tim medis keluar dari ruang kesehatan.
"Semuanya keluar dulu.. nanti saya yang tangani Letnan Hanggar." Pinta Bang Raka dengan wajah serius dan akhirnya seluruh team medis dan para anggota keluarga dari ruangan.
Arlian sudah mau melangkah tapi Bang Hanggar segera menarik tangannya.
"Ada apa??"
"Tolong obati dan tangani luka saya..!!" Perintah Bang Hanggar.
"Nanti saja, tunggu Dokter Bowo." Tolak Arlian.
Paham Arlian masih marah padanya. Bang Hanggar pun mengerang kesakitan. Tak hanya itu saja, rintihannya terdengar semakin menyakitkan. Nafas Bang Hanggar terdengar memburu.
Melihat Bang Hanggar masih belum mendapatkan respon terbaiknya, terpaksa Bang Rumbu membantu iparnya itu.
"Baaang.. sakit ya Bang. Sabaar..!! Bang Bowo masih ada kesibukan, tahan ya..!!" Ocehnya memanaskan suasana sembari memberikan 'pelukan yang menenangkan'.
Arlian sedikit ragu. Ia menoleh mencari celah untuk mengintip keadaan Bang Hanggar.
Sesaat kemudian darah menyembur dari mulut Bang Hanggar, Arlian pun terkejut bukan main melihatnya. Ia mendekati Bang Hanggar dan mencoba memeriksa keadaannya.
Dari tempatnya, Bang Raka sampai berkacak pinggang melihat acting natural dan begitu luar biasa dari seorang Letnan yang begitu di segani. Bahkan juniornya yang seorang perwira juga bisa terseret masuk dalam acting sesat tersebut.
"Lian rasa ada yang aneh, Bang. Tidak ada tanda lemas dari Bang Hanggar. Denyut nadi juga stabil." Kata Arlian.
"Masa, cepat ambil peralatan medis mu..!!" Perintah Bang Raka akhirnya ikut masuk dalam 'masalah' Bang Hanggar.
Begitu Arlian menoleh mencari tasnya, dengan cepat Bang Raka menghantam sisi leher Bang Hanggar hingga sahabatnya itu benar-benar pingsan.
"Hanggar pingsan, dek..!!" Pekik Bang Rumbu.
Arlian kaget dan segera kembali memeriksa keadaan Bang Hanggar. Benar saja, pria itu pingsan. Arlian segera mengambil alih situasi.
Beberapa detik tak sadarkan diri, akhirnya Bang Hanggar pun tersadar namun saat akan membuka matanya, ia merasakan Arlian sibuk menanganinya. Ia pun memilih tetap memejamkan matanya.
Arlian segera membuka pakaian atas Bang Hanggar lalu melonggar ikat pinggangnya.
"Iihh.. sulit sekali." Gumam Arlian sembari sedikit melepas kancing celana dan menurunkan resletingnya.
Agaknya Arlian tidak menyadari bahwa tubuh Bang Hanggar kini bereaksi. Bang Raka dan Bang Rumbu yang melihatnya sampai tidak bisa menahan geli melihat kegelisahan Bang Hanggar.
Tangan sigap itu menyentuh Bang Hanggar disana sini. Saat Arlian sedang lengah, Bang Hanggar menarik selimut untuk menutupi bagian tubuhnya yang tidak bisa bekerja sama.
"Ternyata lukanya lebar dan dalam. Jadi Bang Hanggar benar-benar kesakitan??" Ucap lirih Arlian lali menjahit sisi pinggang Bang Hanggar yang terluka.
"Pastinya luka itu sangat dalam, dek. Laki-laki sanggup menahan sakit dan luka sedalam apapun asalkan..... Tidak kehilangan gadis yang di sayangi nya. Kaum kami bisa berbuat bo*oh karena jatuh cinta. Mungkin kami kurang peka merasa karena hanya memikirkan logika, tapi kalau kami sudah main perasaan.. jangankan berkorban darah, mati pun kami rela." Kata Bang Raka.
"Ya itu kan, Abang. Tak tau lah untuk yang satu ini. Lian tidak yakin laki-laki satu ini punya perasaan." Jawab Arlian sambil sibuk menjahit sisi pinggang Bang Hanggar.
Bang Hanggar mendengarnya namun dirinya hanya sibuk memercing hingga tubuhnya mendadak keringat dingin.
"Ngomong-ngomong, Bang Hanggar tidak kamu bius???" Sela Bang Rumbu karena melihat ada sesuatu yang janggal.
"Astaghfirullah Bang. Lian lupa." Sungguh Arlian panik dengan kecerobohannya sendiri. "Jangan bilang siapa-siapa ya Bang..!!"
Di saat yang sama, Bang Hanggar pun tersadar. "Aaawwhh.. sakiiit..!!" Rintihnya.
"Baaang.. Abaaang..!! Abang bisa dengar suara Lian??" Tanya Arlian kembali panik.
"Rasanya Abang mau mati." Jawab Bang Hanggar dengan sengaja.
"Baaang.. ayo sadaaar..!!!" Arlian mengguncang kedua lengan Bang Hanggar, sungguh paniknya membuatnya ketakutan.
Bang Hanggar yang usil kembali lemas dan pingsan menimpa Arlian.
.
.
.
.
mbak nara yg penting d tunggu karya terbarunya
buku baru kpn mbak.. 🙏 penasaran sm mbak Fanya dn Bang Juan.