Seorang Gadis Yatim Piatu, yang memiliki 1 kakak laki-laki dan 1 adik perempuan.
Namun memiliki banyak rahasia, yang hanya si ketahui oleh kakak dan adiknya. Bahkan ia juga menyembunyikan identitas dirinya, dengan berpenampilan culun. Menyembunyikan kemampuannya, yang ternyata membuat seorang pria takjub.
Dwi panggilannya, ia juga menyembunyikan warna berbeda di kedua matanya.
Bagaimana kisahnya?? Suka-suka kalian ajaaaa.... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir Nora dan Santi
"Kenapa kamu melakukan ini? Kenapa kamu menyalahgunakan kepercayaan saya Nora?"
Glek
Nora menunduk, ia tak berani menatap Briana atau siapapun yang ada di ruangan ini. Kedua tangannya saling meremat, begitu juga dengan Santi. Ia menunduk, seraya menggigit bibir bawahnya.
"Hampir dua tahun, kamu sudah dzolim pada bawahan mu. Aku tidak mau tau, kedua orang ini harus di pecat. Tanpa pesangon, tanpa uang gaji terakhir. Berikan uang itu pada Meta, Andri dan Rusdi." ucap Dwi angkat bicara, Nora dan Santi langsung menegakkan kepalanya dan menatap tajam pada Dwi.
"Dan aku yakin, uang itu pun tidak cukup mengganti uang mereka bertiga. Mau tidak mau, aku ingin Nora dan Santi HARUS mencari sisanya. Dalam waktu 2 minggu, paling lama satu bulan. Tak ada bantahan, Mereka berdua sudah menikmati hasil keringat orang lain. Dan bersenang-senang di atas, kesulitan orang lain. Aku benci orang-orang seperti mereka, paham pak Alex?" lanjutnya
"PUNYA HAK APA KAMU, MEMECAT ORANG SEENAKNYA. DAN APA TADI? UANG PESANGON KAMI TIDAK DI BAYARKAN? DI BERIKAN PADA MEREKA? ENAK SAJA!!!" maki Nora tak terima
Dwi mengangkat salah satu alisnya, dan menatap Nora tak suka.
"Punya hak apa? Pak Alex, tolong jelaskan pada dua manusia ini. Siapa saya dan punya hak apa saya di perusahaan ini?" tanya Dwi dan meminta Alex menjelaskan siapa dirinya.
"TOLONG YANG SOPAN KAMU, DIA ADALAH CLAIRE DWI MAHENDRA. NONA MUDA MAHENDRA, DENGAN KATA LAIN.. DIA ADALAH PEWARIS PERUSAHAAN MAHENDRA." jelas Alex penuh penekanan
Deg
"I itu.. Itu tidak mungkin, tidak mungkin dia pemilik perusahaan ini? Bukankah bapak pemilik perusahaan ini?" tanya Nora terkejut, begitu juga dengan yang lainnya.
Meta, Rusdi dan Andri saling bertatapan. Mereka terkejut bukan main, karena selama ini Dwi tidak memperlihatkan bila dirinya adalah seorang pewaris perusahaan. Bahkan melihat penampilan Dwi yang sederhana, juga selalu membawa bekal nasi dari rumah.
"Disini aku hanya mewakili dan menjalankan perusahaan ini, atas perintah kakak dari nona Dwi. Dan kini, nona Dwi akan mengambil alih kepemimpinan di perusahaan ini. Karena itu ia memilih untuk menjadi staff biasa, demi bisa melihat kinerja para karyawan." jawab Alex
Tubuh Nora dan Santi, mendadak lemas. Bagai raga tak bertulang, sudah seperti jelly.
"Bila kalian tidak segera mengganti uang yang sudah kalian ambil, maka tunggulah panggilan dari kantor polisi. Kita akan lanjut kasus ini meja hijau, aku tidak suka pengkhianat atau pun perundung. Silahkan angkat kaki dari perusahaan ini, SEKARANG JUGA!!!" ucap Dwi dengan suara dingin
"N-nona muda... T-tolong ampuni kami, jangan keluarkan kamu dari sini. Kami membutuhkan pekerjaan ini, apalagi bila keluar dari perusahaan ini. Pasti perusahaan lain tidak akan menerima kami, saya mohon maafkan saya nona." ucap Nora
"Kemana ke angkuhan mu tadi? Tak ada tawar menawar, saya tidak ingin melihat wajah kalian. Pak Alex, tolong seret mereka keluar. Saya muak melihat wajah-wajah pemain drama, seperti mereka." Dwi kembali mengerjakan pekerjaannya, Alex pun pamit undur diri. Dengan mengawasi Nora dan Santi, untuk membereskan barang-barang milik mereka.
"Oya bu Briana...tolong buka lowongan, untuk 3 orang. Dan saya ingin Meta yang menjadi kepala di tim ini, Rusdi menjadi wakilnya. Tidak apa-apakan Ndri? " Titah Dwi, Andir mengangguk setuju.
Ia tak ingin di limpahkan tanggung jawab besar, cukup seperti ini. Dan dengan gaji normal seperti biasa, itu sudah lebih dari cukup baginya.
"T-tapi ini terlalu berlebihan nona muda, kami... "
"Tak ada penolakan, yakinlah pada kemampuan kalian." potong Dwi
Air mata terus mengalir, wajah mereka berdua terlihat begitu pucat. Uang dari mana, memang ada tabungan. Tapi... Itu untuk kehidupan mereka, sekarang mereka tak memiliki pekerjaan. Untuk kembali ke kampung halaman pun rasanya enggan, karena pasti akan banyak orang yang membicarakan hal tersebut.
Briana segera pamit undur diri, ia juga tak mau ikut campur masalah ini. Dia sudah cukup kecewa dengan apa yang sudah dilakukan oleh Nora.
"Ada apa?" tanya Dwi, saat ini hanya ada 4 orang di ruangan ini.
Meta, Rusdi dan Andri merasa segan sekarang.
"N-nona...
"Bersikaplah seperti biasa, disini hanya kalian yang tau identitasku. Aku masih ingin mengawasi beberapa bagian di perusahaan ini, jadi jangan sampai bocor keluar." potong Dwi
"Tapi... Kami merasa segan" ucap Meta, Dwi berbalik dan tersenyum.
"Kita satu tim, partner kerja. Anggaplah aku masih Dwi yang sama, jangan seperti ini. Santai saja, jangan merasa segan atau apapun itu. Kalau kalian tidak bisa, aku akan meminta bu Briana memecat kalian." balas Dwi tersenyum kecil
"T-tidak... Jangan, baiklah Dwi. Tolong jangan pecat kami, kami akan bersikap biasa. Dan.. Terima kasih" Dwi mengangguk
"Kembali bekerja, bukankah kita sedang mengerjakan proposal untuk tender proyek dengan perusahaan xxx. Jadi... Ayo kita bekerja sama, dan menangkan tender ini."
"SIAP BOS" jawab mereka serentak, Dwi terkekeh
ting
Ada notif pesan masuk pada ponselnya, Dwi membuka pesan tersebut.
'Kak, aku pulangnya mungkin telat, aku sedang main di rumah temanku. Tenang saja dia seorang perempuan, namanya Senja.'
ting
'Atau ga jemput saja Aca, sepulang kerja kakak. Malam juga tidak apa-apa, bukankah akhir-akhir ini kakak selalu lembur. Nanti Aca sherlock, ok. I love you kak'
Dwi menggelengkan kepala, membaca pesan dari sang adik.
'Oke, nanti kakak jemput. Kakak sepertinya keluar perusahaan jam 7 malam, tunggu di sana sampai kakak jemput.'
ting
'Siap kak'
.
.
"Sudah jam 7, ayo kita pulang. Lanjutkan besok lagi, hanya tinggal penghitungan modal dan persentase keuntungan kan?" Meta, Rusdi dan Andri mengangguk.
Mereka membereskan meja, dan keluar ruangan bersama.
"Apa kamu akan langsung pulang Dwi?" tanya Meta yang sudah mulai nyaman kembali
"Tidak, aku mau jemput adikku di rumah temannya. Sebelumnya, aku mau mampir ke toko kue yang ada di pertigaan lampu merah." jawab Dwi
"Toko Kue Manis Manja?" Dwi mengangguk, mendengar pertanyaan Andri
"Kamu menyukainya?" tanya Meta
"Hmm... Rasanya tak terlalu manis, dan ga bikin eneg. Jadi cocok dengan lidahku, juva adikku. Kami menyukai Cheesecake dan Red Velvet di sana, rasanya enak." jawab Dwi tersenyum
"Waahh... Kamu harus beri diskon pada Dwi, Met." ucap Rusdi, membuat langkah Dwi terhenti
"Maksudnya?"
"Toko itu milik Meta bu, sudah satu setengah tahun ini berjalan. Dan dikelola oleh, ibunya Meta." jawab Andri
"Benarkah?? Waahhh... Saya suka dengan orang-orang yang memanfaatkan penghasilan, untuk usaha lain." ucap Dwi, Meta tersenyum bangga.
"Terima kasih Wi, tadinya hanya menyalurkan hobi dan mengisi kekosongan ibu. Agar tidak banyak melamun di rumah dan Alhamdulillah, Allah mempermudah semuanya." ucap Meta
"Alhamdulillah, karena apapun yang diniatkan untuk membahagiakan orang tua. InsyaAllah, akan di beri kemudahan salam segala hal." Meta mengangguk setuju
"Ya sudah ayo, kamu pulang naik apa?" tanya Dwi
"Aku naik ojol, kadang nebeng Andri"
"Ya udah, bareng aku aja. Yuk.. "
"Apa tidak merepotkan?"
"Ck... " Dwi langsung menarik tangan Meta, entah kenapa Dwi merasa cocok berteman dengan ketiga partner kerjanya.
Andri dan Rusdi naik motor, mereka pun berpisah di luar gerbang.
...****************...
Seperti biasa, jangan lupa buat jadiin Favorit!!! Tinggalkan jejak💓
...Happy Reading all🤗🤗...