NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar Aisha

Di Balik Cadar Aisha

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perjodohan / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika / Slice of Life
Popularitas:195.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Aisha berjalan perlahan mendekati suaminya yang terlihat sedang menelepon di balkon, pakaian syar'i yang sehari-hari menjadi penutup tubuhnya telah dia lepaskan, kini hanya dengan memakai baju tidur yang tipis menerawang Aisha memberanikan diri terus berjalan mendekati sang suami yang kini sudah ada di depannya.

"Aku tidak akan menyentuhnya, tidak akan pernah karena aku hanya mencintaimu.."

Aisha langsung menghentikan langkahnya.

Dia lalu mundur perlahan dengan air mata yang berderai di pipinya, hingga ia kembali masuk ke dalam kamar mandi, Alvin tidak tahu jika Aisha mendengar percakapan antara dirinya dengan seseorang di ujung telepon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hamil?

Alvian tersenyum.

"Aku sangat bahagia mendengarnya."

"Aku punya banyak pemakluman untuk sekedar memaafkan semua kesalahanmu. Tapi itu bukan berarti aku akan terus memaklumi." Aisha melangkah memasuki masjid.

"Aku mencintaimu. Hanya itu yang bisa kukatakan padamu." Alvian menahan Aisha untuk pergi.

Aisha menghentikan langkahnya.

"Aku tidak peduli apa alasanmu mau mempertahankan aku. Entah karena cinta atau terpaksa yang paling penting aku tahu jika kini kita akan selalu bersama karena aku akan lebih mempertahankan dirimu di sisiku dengan cintaku," lanjut Alvian lagi.

Aisha tak menjawab, dia kembali melangkah memasuki masjid.

Dengan mata berbinar, Alvian terus menatap Aisha. Hatinya berbunga-bunga. Kini dia tahu jika mereka akan selalu bersama.

Tengah malam.

Aisha melihat suaminya telah tidur lelap di sofa, begitu juga dengan kakaknya, sementara dirinya yang tidak bisa tidur, terus berada di samping sang ayahanda.

Aisha memegang tangan Abah dengan sesekali menciumi serta terus mendoakan kesembuhannya.

Selain karena penyakitnya, Aisha tahu jika sebenarnya permasalahan Kak Siti yang membuat kesehatan Abah semakin memburuk. Dia melihat kesedihan dan kekecewaan yang mendalam di mata Abah waktu itu. Waktu dimana Kakaknya menangis mengutarakan keputusannya untuk berpisah. Aisha tahu jika Abah kecewa. Kecewa pada dirinya sendiri yang telah salah memilihkan jodoh untuk putrinya. Sedih karena berkatnya pula sang putri mendapatkan rasa sakit yang bertubi dari lelaki pilihannya.

Aisha lalu melirik suaminya. Seandainya Abah tahu jika nasib pernikahannya juga hampir saja sama dengan sang kakak, entah betapa akan lebih sakit dan kecewanya ayahnya ini.

Tapi syukurnya itu tidak terjadi.

Aisha menatap lekat wajah suaminya.

"Abah. Semoga lelaki pilihanmu ini memang yang terbaik untukku. Aku tahu jika untukku Abah tak akan salah memilih. Semoga bahunya sekuat bahumu hingga mampu menjadi tempatku bersandar, punggungnya setangguh punggungmu hingga mampu menjadi tempatku bertopang. Peluknya sehangat pelukmu yang mampu memberikanku perlindungan. Dadanya seluas dadamu yang senantiasa memaafkan."

***

Selepas shalat subuh, Aisha baru merasakan kantuk, selesai mengaji di samping ayahnya, Aisha membangunkan sang kakak dan suaminya untuk shalat subuh, setelah keduanya bangun dan pergi ke masjid, dia lalu membaringkan diri di atas sofa, hingga kemudian Aisha terlelap.

Aisha bangun ketika menyadari jika sudah ada Ummi dan Kak Zainab disana, dia kaget ketika mengetahui jika ini sudah pukul 10 pagi.

"Ummi kapan datang?" tanya Aisha sambil membenahi kerudungnya.

"Dari jam 8 tadi Nak."

"Kenapa tidak bangunkan aku?" Aisha membuka cadar untuk minum.

"Suamimu melarang kita untuk membangunkanmu, katanya semalaman kamu tidak tidur." Zainab menjawab sambil tersenyum.

"Makanlah ini nak. Suamimu membelikannya untukmu," ucap Ummi sambil menyodorkan kotak makanan.

"Ummi dan kak Zainab sudah makan?" Aisha mengambil kotak makanan itu.

"Sudah. Suamimu juga yang membelikannya."

Aisha tersenyum. Begitu juga dengan Ummi.

"Suamimu sangat baik nak. Dia terlihat sangat menyayangimu." Ummi mengelus punggung Aisha.

Aisha dan Zainab saling berpandangan.

"Dia memang baik Ummi. Insya Allah dia juga menyayangi Aisha." Zainab tersenyum pada ibunya.

"Itulah yang Ummi harapkan. Cukup Siti saja yang mengalami kegagalan dalam rumah tangganya." Raut wajah Ummi berubah sedih.

***

Siang hari.

Aisha merasa kurang enak badan, karena itu dia tidak ikut Ummi dan kakaknya shalat Dzuhur di masjid. Setelah melaksanakan shalat Dzuhur, dia lalu membantu sang ayah untuk melakukan tayamum kemudian melaksanakan shalat dengan isyarat.

"Pulanglah Nak. Istirahatlah di rumah," ucap Abah seusai dia melaksanakan shalat.

"Tidak Abah. Aku bisa istirahat disini." Aisha memijit tangan ayahnya.

"Badanmu panas Nak, lebih baik kamu pulang saja dan beristirahat di rumah." Abah meraba kening putrinya dengan khawatir.

"Aku baik-baik saja Abah." Aisha tersenyum.

Tiba-tiba pintu terbuka. Alvian masuk ke dalam dengan dua orang perawat di belakangnya.

Alvian segera memeriksa ayah mertuanya, sambil bercakap-cakap keduanya tampak terlihat akrab.

"Abah pasti akan segera sembuh karena menantu Abah sendiri yang merawat Abah dengan baik," ucap Abah sambil tersenyum.

Alvian ikut tersenyum. Dia lalu melihat istrinya yang sedari tadi terdiam.

"Bawa istrimu pulang, sepertinya dia sedang tidak enak badan."

Alvian kaget. Dia lalu menghampiri lebih dekat istrinya.

"Kamu kenapa?" tanya Alvian dengan khawatir.

Bukannya menjawab. Aisha malah berlari menuju toilet dengan terburu-buru. Dia muntah-muntah.

Alvian terlihat sangat khawatir, berdiri di depan pintu menunggu istrinya disana.

Begitu juga dengan Abah.

"Bapak tidak usah khawatir karena sebentar lagi bapak akan segera punya cucu," ucap salah seorang perawat disana sambil tersenyum.

Abah langsung tersenyum bahagia. Lain halnya dengan Alvian dan Aisha yang baru saja keluar dari toilet.

"Wah.. Selamat ya pak Dokter, sebentar lagi jadi ayah." Dua orang perawat itu menghampiri keduanya memberi selamat.

Alvian hanya bengong menerima ucapan selamat, berbeda dengan Aisha yang mengerutkan keningnya.

"Jadi ayah?" tanya Aisha heran.

"Iya. Anda sedang hamil kan?" tanya salah seorang perawat sambil tersenyum.

"Hamil?" Aisha terbelalak sambil melihat Alvian di sampingnya.

Kedua perawat keluar ruangan sambil cekikikan.

"Kenapa mereka mengira aku hamil?" Aisha terlihat kesal sambil duduk di sofa.

Alvian menahan senyumnya.

"Kenapa harus marah, aminkan saja. Mudah-mudahan apa yang mereka ucapkan memang benar. Kamu sedang hamil nak." Abah tersenyum sambil melihat putrinya yang sedang kesal.

Aisha dan Alvian langsung berpandangan.

"Aku akan ambilkan obat untukmu," ucap Alvian kemudian sambil pergi meninggalkan ruangan.

Alvian kaget ketika beberapa orang dokter dan perawat datang menghampirinya mengucapkan selamat. Rupanya berita istrinya hamil telah tersebar akibat ulah dari kedua orang perawat tadi tentunya.

Alvian hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih, dia tak ingin banyak bicara apalagi menjelaskan jika sebenarnya istrinya hanya sedang sakit biasa saja.

Namun ada sesosok wanita yang melihat dari kejauhan dengan sangat marah. Wajahnya memerah menahan amarah mendengar jika mantan kekasihnya itu akan menjadi ayah.

"Kurang ajar kalian berdua. Bersenang-senang di atas penderitaanku!" Anita menghapus lelehan air mata di pipinya.

***

Aisha yang mendingan setelah meminum obat yang diberikan oleh suaminya, berjalan menuju kantin untuk membeli makanan. Sesampainya disana dia nampak mengurungkan niatnya melihat kantin yang sangat ramai.

Aisha lalu membalikkan badannya, kaget ketika tiba-tiba sudah ada Anita di depannya.

"Jadi kamu sedang hamil?" tanya Anita sambil tersenyum sinis.

Aisha tampak tak ingin meladeni, dia akan kembali berjalan namun Anita menghalangi jalannya.

"Wanita munafik!"

"Katakan apa kamu hamil?" Anita kali ini terdengar marah. Sehingga menarik perhatian beberapa orang.

"Memangnya apa anehnya jika wanita bersuami hamil?" jawab Aisha santai.

Anita menggertakkan giginya. Amarah membuatnya tidak lagi peduli jika kini semua orang tengah memperhatikan mereka berdua.

"Dasar wanita munafik!" Anita menarik cadar Aisha dengan kasar.

Aisha yang kaget langsung menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangan, namun tiba-tiba dari belakang Alvian datang lalu menarik kepala Aisha ke dalam pelukannya. Menenggelamkan wajah istrinya ke dalam dadanya.

Aisha yang hampir menangis, merasa lega, kedua tangannya yang tadi menutupi wajahnya kini telah bertengger di pinggang suaminya.

Anita yang kini memegang cadar Aisha tampak kaget dengan kedatangan Alvian yang tiba-tiba.

Mata Alvian memerah. Wajahnya tampak sangat marah.

Dengan satu tangan yang masih memegang kepala istrinya, Alvian memelototi Anita di depannya.

1
Dwingtyas Sofiya
noh...noh..di tantangin lu....🤣🤣🤣💪
Dwingtyas Sofiya
🤣🤣🤣🤤
Jon Agoos
Luar biasa
Suhardi Andi
aku suka dengan sikap dan ketegasan alvian itu nama ya cowok gentelman
Suhardi Andi
aku suka dengan ketegasan dan sikap alvian.
r i t a
Luar biasa
e.r indah
uwuw maasyaa Allah melting
e.r indah
boleh salting ga sih 😍😍😍
Bilqis Tiyati
sosok wanita sederhana dg pendidikan agama mampu menerapkan dlm. konten kekinian hebat... konsis dg ilmu serta berkepribadian tinggi
e.r indah
wih maasyaa Allah lucu kamu ais
Juniada Othman
Luar biasa
Juniada Othman
Lumayan
e.r indah
astagaaahahha
sak mat
Iftachul Muniroh (Ifa)
tresno jalaran Soko Kulino 🤭🤭🤭
Iftachul Muniroh (Ifa)
bersabarlah Aisha 💪💪💪
e.r indah
Good Job Aisha
Reno Mantiri
wkwwkkwkwk
e.r indah
oughhhh
kena deh
e.r indah
Bravo Aisyaaaa
nayya chan
jadi ikutan mewek lah/Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob//Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!