Bagi Kenzio Danierka Velert yang seumur hidupnya hanya diisi dengan belajar dan belajar, cinta itu tak nyata adanya. Ia tidak pernah percaya dengan adanya cinta, terlebih melihat bukti nyata yaitu keluarganya yang tak lagi utuh.
Dan saat ayahnya menikah kembali, hadirlah Zafanya Reskantara sebagai adik tirinya yang membuat Kenzio berubah. Zafanya dengan segala kegilaannya membuat Kenzio berhasil menyicipi seberapa panas cinta yang sahabat-sahabat gilanya sebutkan.
Dan saat itu terjadi, dirinyalah yang lebih tergila-gila dengan adik tirinya itu.
•••
"Kak, mau ciuman?"
-Zafanya Reskantara
"Mumpung Ayah Bunda lagi nggak dirumah, lo mau coba lebih jauh?"
-Kenzio Danierka Valert
...
"Hmphh, Kak, pelan-pelan, nanti Ayah Bunda denger." Zafanya membekap mulutnya rapat-rapat.
"Sshh..." erang Kenzio tak peduli.
•••
Warning⚠️
Bocil jangan mendekat🙂↕️🙂↕️
Dosa tanggung sendiri ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Polaroid Usang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 24 I Love You. Yes, I'am.
•••
"Za." Panggil Kenzio pelan, membuat Zafanya menoleh, tanpa sadar, kepalanya hanya bergerak sendiri.
"Iya, Za." Kata Kenzio lagi, dia menatap wajah Zafanya dengan intens, dengan raut wajah yang mulai menghangat. Telinga Kenzio perlahan mulai memerah, matanya berkabut.
"Renungkan dulu baik-baik, Kenzio cinta Zafanya, iya atau enggak? Jangan jawab sekarang, jawab setelah lo renungkan berhari-hari, okey?" Ucapan Zafanya hari itu kembali terngiang dalam otak Kenzio.
"Kenzio cinta Zafanya, iya atau enggak?"
"Iya." Kata Kenzio pelan, matanya masih terkunci pada mata Zafanya.
"Jawaban gue iya, Za."
Zafanya mengerjab, "Hah? Iya apa?" Tanyanya masih sedikit jutek.
Kenzio menghembuskan nafasnya berat, lalu langsung menarik Zafanya kedalam pelukannya. Mendekap tubuh itu dengan erat untuk menekan rasa aneh yang bersarang didalam dadanya.
"Lepass!!"
"Ssttt, bentar aja, sebentar." Katanya sembari memundurkan diri —dengan Zafanya yang masih berada didalam pelukannya— dan mendudukkan tubuhnya pada lengan sofa di lorong lantai dua itu.
Tinggi Kenzio menjadi lebih rendah dari pada Zafanya, ia melingkarkan tangannya erat di pinggang Zafanya. Tubuh mereka menempel tanpa jarak saking eratnya. Dan Zafanya hanya bisa berdiri kaku diantara kedua kaki panjang Kenzio, tangannya tadi berusaha menyingkirkan tangan Kenzio namun tak berhasil.
Mata Kenzio perlahan berair, di setiap helaan nafas perasaan gelisahnya perlahan mulai menghilang. Dan dengan perlahan ia mulai sadar sepenuhnya dengan perasaannya, jantungnya mulai berdebar tak karuan menyadari hal itu.
"Kak," panggil Zafanya kaget, sebab dapat ia rasakan sesuatu yang basah jatuh ditangannya yang berada diatas lengan Kenzio.
"Gue sayang sama lo, Za, sayang banget." Kata Kenzio serak, air matanya jatuh. Ia jadi kesal, karena menjadi emosional seperti ini.
"U-udah tau." Balas Zafanya pelan.
"Enggak, bukan." Sahut Kenzio cepat, "Bukan sebagai adek, Za. Gue sayang banget sama lo, saking sayangnya gue bisa gila lama-lama. Gue nggak tau harus apa, gue beneran bisa gila." Sambungnya frustasi.
Zafanya diam, benar-benar tak berani lagi menyimpulkan setiap perkataan Kenzio, bener-benar takut salah paham lagi. Hal itu membuat Kenzio sedikit merenggangkan pelukannya untuk menatap wajah Zafanya dengan matanya yang memerah.
"Pertanyaan lo waktu itu ... jawaban gue iya, Za." Katanya kembali memeluk pinggang Zafanya, dan menelusupkan wajahnya di diperut Zafanya.
"Setelah gue renungkan berhari-hari ini," Kenzio menelan ludahnya susah payah, ia memejamkan mata, "jawaban gue iya, Za." Sambungnya lirih.
Deg!
Barulah Zafanya mengingatnya, barulah Zafanya paham dengan semua maksud Kenzio. "Kenzio cinta Zafanya, iya atau enggak? Jangan jawab sekarang, jawab setelah lo renungkan berhari-hari, okey?" Zafanya ingat betul perkataannya hari itu.
Kenzio cinta Zafanya, iya atau enggak? Dan jawaban Kenzio iya.
Di sela wajah dan matanya yang mulai memanas, Zafanya menggelengkan kepalanya, berusaha menepis asumsinya itu, "Gue nggak mau salah pah—"
"Cinta!" Potong Kenzio cepat, "Entah apa pun itu namanya, gue nggak pernah ada perasaan kayak gini ke perempuan lain, Za. Gue nggak mau kehilangan lo, gue mau deket-deket lo terus, gue nggak suka lo menjauh, gue nggak suka liat lo sama cowok tadi, gue benci ngeliat lo berubah kayak tadi, gue nggak suka. Gue marah dan frustasi liat lo sama cowok lain, gue nyaris gila, kepala gue mau pecah mikirin itu." Katanya cepat, nafasnya menjadi memburu.
"Kayaknya gue beneran cinta sama lo, Za. Gue cuma mau lo, gue nggak butuh siapapun lagi didunia ini selain lo. I love you. Yes, I'am" Sambungnya serak sembari terus mengeratkan pelukannya, merasakan kenyamanan yang hanya ia dapatkan dari Zafanya seorang.
Zafanya membeku, hanya dapat mengerjabkan matanya. Masih begitu kaget dengan semua pengakuan itu. Jantungnya berdebar, bersahut-sahutan dengan debaran jantung Kenzio yang dapat ia dengar.
Matanya mulai berembun, membuat Zafanya mengerjabkan matanya cepat untuk mengeringkan air mata itu.
"Za," panggil Kenzio karena Zafanya hanya diam.
Zafanya tersentak kaget, "hmm?"
"Kenapa diam?" Tanya Kenzio membuat Zafanya menelan ludahnya gugup, "You still love me, right?"
Zafanya mengerjap, ia berusaha mendorong Kenzio dan mencari cara untuk terbebas dari situasi ini, "U-dah jam makan malam, Kak. Kita makan—"
"Nggak, sebelum lo jawab. Still love me, hm?" Potong Kenzio mengeratkan pelukannya, hidungnya mengendus aroma tubuh Zafanya.
"Please, be my girlfriend..." Lirih Kenzio.
Deg!
Jantung Zafanya semakin berdetak kencang, ia mengerjap dan mengedarkan pengelihatannya, berusaha menahan gugup serta rasa menggelitik didalam perutnya.
"K-kak, makan dulu," Kata Zafanya masih berusaha menghindari pertanyaan Kenzio.
"Nggak mauu!"
Zafanya mengerjap kaget, apa itu tadi? Sepertinya Zafanya mendengar Kenzio ... merengek?
"Zaa!" Panggil Kenzio meregangkan pelukannya, ia menatap Zafanya dengan alis mengernyit kesal.
"Lo mabuk, Kak?" Tanya Zafanya.
"Gue sadar, Za."
"Tapi lo bau alkohol." Kata Zafanya setelah mendekatkan wajah.
"Gue cuma minum dikit."
"Ohh mabuk..." Zafanya tersenyum kecut.
"Gue nggak mabuk, gue sadar sepenuhnya sama apa yang gue ucapin tadi, Za!" Kata Kenzio, "Gue harus apa biar lo percaya?" Tanyanya frustasi.
Zafanya terdiam, ia menatap mata Kenzio dalam, "Lo sadar?" Tanyanya pelan.
"Sadar, Za," Jawab Kenzio membalas tatapan Zafanya dengan jelas, membuktikan bahwa dirinya sadar tanpa dipengaruhi oleh alkohol.
"Ayo pacaran." Katanya.
Pipi dan telinga Zafanya memanas, ia segera mengalihkan pandangannya, lalu menjauh dari Kenzio.
"Be-besok! Tanya lagi besok setelah lo sadar!" Katanya sebelum masuk kedalam kamar dengan membanting pintunya.
"Tapi sekarang gue sadar, Za!" Kata Kenzio keras dibalik pintu.
Zafanya segera menjauhi pintu itu sembari memegang dadanya. Jantungnya menjadi tak terkendali, berdebar tak karuan.
"Sekarang kayaknya gue yang gila! Kak Ken ... dia nyatain perasaannya... Gu-gue bisa gilaa, sekarang gue yang bisa gilaa!" Batin Zafanya mondar mandir dengan wajah super merah.
•••
LIKE COMMENT AND SUBSCRIBE BIAR DAPAT NOTIF UPDATE GUYS!!
See you in the next episode!
tolong di up terus yah Thorr☺️☺️