"Aku bersedia menikahinya, tapi dengan satu syarat. Kakek harus merestui hubungan aku dan Jessica"
Bagaimana jadinya jika seorang pria bersedia menikah, tapi meminta restu dengan pasangan lain?
Akankah pernikahan itu bertahan lama? Atau justru berakhir dengan saling menyakiti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dj'Milano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps11. Wujud A,,sli Jessica.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu.
Waktu pun berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, tiga bulan terlewatkan begitu saja.
Dalam waktu tiga bulan itu juga, Alex terus mencari keberadaan Viona. Pria itu mengerahkan seluruh orang kepercayaannya untuk mencari Viona. Bahkan Alex telah meminta bantuan pada tim rahasia Kakek Volcan pun tetap tidak membuahkan hasil apapun.
Kemana Viona? Berani-beraninya gadis itu mempermainkan seorang Winston Emeraldi.
Alex dan David sering kali langsung turun tangan untuk mencari Viona. Kedua pria itu tak segan memasuki tempat-tempat hiburan malam yang dirasa mereka ada Viona disana. Namun, lagi-lagi mereka tidak menemukan sosok Viona disana.
Untuk melepas penatnya, sore ini, Alex mengajak David bermain bola basket.
Dalam lapangan basket yang berbentuk persegi panjang itu, Alex bermain dengan sangat gila. Seakan ingin melampiaskan semua kekesalannya, Alex tidak peduli dengan David yang sudah sangat kelelahan.
Sementara David sendiri terlihat pasra, sesekali pria itu mengusap keringatnya dengan napas ngos-ngosan. Alex benar-benar menggila sore ini, tidak memberi David ,jedah bahkan untuk minum air sekali pun.
"Cukup, Lex. Gua nyerah," ucap David sambil melambaikan tangan, napasnya tersengal-sengal seperti habis lari maraton.
"Cih, baru segitu saja sudah menyerah." cibir Alex. Pria itu berjalan menuju kursi kayu yang berada di samping lapangan, lalu mendudukan pantatnya disana.
"Udah dua jam lebih Loe masih bilang baru segitu? Wah Loe benar-benar udah gila, Bro,"
"Ambil ini, keburu kehabisan nafas, Loe," Alex melemparkan satu botol minuman kaleng pada David.
"Thanks, Bro" Tanpa menunggu lagi, David langsung meneguk minuman itu hingga tandas. Setelah membuang kaleng bekas minumnya, David pun ikut duduk disamping Alex. "Apa rencana Loe selanjut?" tanya David.
Alex bergeming, pandangannya lurus kedepan. Ia sendiri tidak tahu apa rencananya ke depan, apa ia harus terus mencari Viona? Atau akan menyudahi semuanya.
Alex merasa bingung dengan perasaannya, disatu sisi, ia sangat marah pada Viona yang telah menginjak harga dirinya, tapi disisi lain ia juga terbebani dengan ucapan sang kakek yang mengatakan 'Jangan usir dia, ada nyawa yang sedang dia perjuangkan' Alex memikirkan bagaimana nasib gadis itu diluar sana.
"Alex, tunggu. Loe mau kemana?" tanya David dengan wajah panik ketika Alex pergi begitu saja.
"Pulang" sahut Alex singkat.
"Astaga ni bocah, bikin panik aja. Gua kira dia udah putus asa dengan hidupnya," ucap David pelan. Tadinya David pikir Alex telah putus asa dan akan melakukan hal-hal aneh.
"Tunguin gua, Bro" teriak David sambil berjalan cepat mengikuti langkah Alex.
Kedua pria sebaya itu pun pulang ke rumah masing-masing.
****************
Pagi kembali menyapa, matahari tampak malu-malu untuk menyapa bumi. Akibat hujan deras sejak semalam membuat awan pagi ini kurang bersahabat.
Kata orang, hujan merupakan sebuah berkah dari Sang Pencipta. Namun, entah mengapa Perasaan Alex sangat gelisah sejak semalam, seperti akan ada badai setelah hujan.
Benar saja semua firasatnya semalam. Pagi ini, Alex disambut dengan sebuah kejutan yang tidak pernah terpikirkan olehnya selama ini. Jessica Evelyn Hermanto, wanita cantik yang sangat diagungkannya telah kabur membawa semua harta miliknya.
Alex sedikit shock saat mengetahui semuanya, untung saja Alex belum memberikan 5% dari sahan Emerald Group pada wanita itu.
Emosi Alex semakin tak terkontrol ketika membaca secarik surat yang ditinggalkan oleh Jessica di atas meja kerjanya.
[Sorry, Lex. Gua pergi, gua udah nggak cinta lagi sama Loe. Thanks ya buat semua yang udah Loe kasih ke gua selama ini. Surat cerainya nanti bakal gua kirim ke rumah, Loe. Oh yah, tolong bilang sama Mama Vero, gua nggak bisa jadi menantu kesayangannya lagi. Jangan rindu goyangan maut sama bibir beracun gua ya, sayang. Suatu saat nanti gua janji bakal puasin Loe sampe Loe teriak minta ampun. 😘😘]
"What the fu ck, ternyata ini wujud asli Loe yang sebenarnya?" ucap Alex dengan rahang mengeras. Wajah pria itu terlihat memerah karena berusaha menahan emosi. Kertas yang tak bersala itu pun menjadi sasaran kemarahan Alex.
Ditengah amarahnya yang sedang memuncak, Alex dikejutkan lagi dengan sebuah pesan singkat dari David.
{Maaf, saya tidak bisa jemput, Bos. Sistem keamanan perusahaan telah dibobol.}
"****, apalagi ini?" upat Alex. Ia bergegas ke kamar mandi.
Biasanya Alex membutuhkan waktu lima belas sampai tiga puluh menit untuk membersihkan diri, tetapi tidak untuk pagi ini, Alex bersiap sesingkat mungkin. Bahkan pria itu mandi dan berpakaian tidak lebih dari lima menit.
Selesai bersiap, Alex segera berjalan keluar kamar dan berlari kecil menuruni anak tangga.
"Alex! Tidak sarapan dulu, Nak?" Tanya Nyonya Veronika ketika melihat Alex melewati meja makan begitu saja.
"Tidak, Mah. Alex sedang buru-buru" sahut Alex tanpa menghentikan langkahnya.
Nyonya Veronika merasa aneh, tidak biasanya Alex bersikap seperti itu. Penampilannya juga sedikit acak-acakan. "Ada apa dengan, Alex? Apa dia sedang ada masalah?" batin Nyonya Veronika mengkhawatirkan putra semata wayangnya.
.
.
.
Happy reading ya, Guys. jangan lupa mainkan jempolnya, Like dan Comen.❤🖤
banyak kerananya