Sabar bukan berarti lemah,bertahan bukan berarti bodoh.Itulah ungkapan Arumi menjalankan rumah tangganya.
Sejak menikah, Arumi harus banting tulang cari nafkah untuk suami, anak dan juga mertuanya.Tapi apa yang di dapatkan Arumi, hanya perlakuan kasar dari suaminya
Setelah mendapatkan kekerasan rumah tangga.
Apakah Arumi masih akan mempertahankan rumah tangganya?
Jika ingin tahu kelanjutan ceritanya ikutin terus ya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selviana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Siapa pelakunya?
Hari ini, akan kembali menginjakkan kakinya di perusahaan ayahnya.Arumi sudah bersiap dengan Outfit yang pas di gunakan,layaknya seorang CEO dari segi penampilan.
"Aku harap kamu menjalani perusahaan dengan baik.Jangan buat ayah kecewa!" ucap Irawan dengan penuh harapan.
"Bismillah.Semoga aku bisa memegang amanah yang ayah berikan kepadaku," kata Arumi sambil tersenyum simpul karena ada rasa kecemasan di dalam dirinya.Dia takut akan membuat ayahnya kecewa dalam kinerja dia di perusahaan nantinya.
"Ya sudah, kamu boleh pergi! Tapi asisten ayah yang akan mengantar kamu ke perusahaan termasuk kemana pun kamu akan pergi.Aku tidak ingin kecelakaan yang menimpa kamu terulang kembali."
' Ternyata ayah begitu peduli padaku, tidak seperti yang aku pikirkan," batinnya.
"Baiklah, ayah," ucap Arumi dengan rasa kagum pada ayahnya.
Lalu Arumi pamit pergi dengan menyelami tangan orang tuanya dengan takzim.Hal itu, membuat Irawan dan Aleta tercengang karena Arumi tak pernah melakukan itu sebelumnya.
Bukan saja dari segi penampilan berbeda tapi sikap putrinya juga berbeda.Arumi yang dulu di kenal cerewet dan susah di atur, tapi sekarang begitu kalem dan penurut.Sebagai orang tua mereka bahagia melihat hal itu.
+++++
Arumi yang sudah tiba di perusahaan.Di disambut oleh karyawan yang sedang berdiri sejajar di depan pintu perusahaan.
"Jika Atasan kita secantik ini,aku sih semakin betah kerja di sini," ucap seorang Staf.
" Benar banget tuh, cantiknya alami," sambung pria di sampingnya.
'Itulah mengapa aku suka padanya," batin seorang pria yang kini mengunakan topi dan masker dengan bunga mawar di tangannya.
"Aku sangat berterima kasih atas sambutan kalian semua.Aku harap kerja sama kalian untuk mengembangkan perusahaan ini, supaya lebih berjaya lagi dengan penjualan produk terbanyak.Sekarang kalian boleh kembali bekerja!" ucap Arumi yang mengkondisikan dirinya sebagai Atasan mereka saat ini.
Setelah itu mereka bubar, tapi satu pria yang tidak meninggalkan tempatnya yaitu pria yang mengunakan masker membuat Arumi menatap aneh pria itu.
Kemudian pria itu mendekati Arumi, tetapi Adit segera menghadang pria itu.Dia takut jika pria itu adalah orang jahat karena dari gerak-geriknya mencurigakan.
" Sepertinya anda ini bukan karyawan di sini? Mending anda pergi dari sini ,sebelum aku panggil satpam!" usir Adit yang mencoba melindungi Arumi dari orang jahat.
"Jika Pak Irawan tahu konsumen dia di perlukan seperti ini.Aku pastikan kamu di pecat," ucap pria itu karena Adit begitu lancang padanya.
Karena takut di pecat, Adit segera menyingkir dari hadapan pria itu.Dia tidak ingin mencari masalah, apalagi dengan orang yang bekerja sama dengan perusahaan Irawan.Hanya saja ,Arumi tidak asing dengan suara itu hingga meraih masker yang menutup wajah pria itu hingga terlepas.
"Pak Angga!Kok bisa ada di sini?" tanya Arumi heran.
" Bisalah,Rum.Jangan,kan perusahaan ayah kamu, lautan samudra pun akan aku lalui asalkan aku bisa bertemu dengan dirimu.Aku harap, kamu menerima Bunga mawar ini sebagai lambang cintaku padamu!" ucap Angga sambil berlutut di hadapan Arumi.
"Astaga!Pak Angga tidak perlu melakukan ini! Malu di lihat orang!Ayo, berdiri!" titah Arumi.
"Sebelum kamu menerima Bunga mawar ini! Aku akan terus berlutut di hadapan kamu!"ucap Angga yang tetap kekeh dengan pendiriannya.
Mau tidak mau, Arumi menerima Bunga mawar itu membuat Angga segera bangkit.Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian di perusahaan ayahnya.
' Apa itu artinya Non Arumi menyukai pria itu?" ucap Adit dalam hati.
Lalu Arumi kepikiran tentang produk yang di janjikan Baskoro hingga menanyakan hal itu pada Angga.
" Mana produk kamu? Kenapa belum sampai di perusahaan kami," tanya Arumi.
"Sabar, sayang.Barangnya masih di packing."
Mendengar hal itu, Arumi membulatkan kedua matanya begitu sempurna."Ha...Sayang?Siapa yang kamu panggil sayang?" tanya Arumi heran.
"Siapa lagi, bukan kamu? Bukankah kamu pacar aku sekarang?" sahut Angga yang begitu pedenya sambil tersenyum menggoda Arumi.
"Tapi, aku ini bukan----"
Seketika ucapan Arumi terhenti, di saat handphone Angga berdering hingga pria itu mengangkatnya.
"Apa? Ternyata dia pelakunya?Tidak aku sangka aku telah memperkerjakan orang yang licik. Baiklah aku segera ke sana!" ucap Angga yang sontak kaget hingga wajahnya nampak tegang.Setelah itu, memutuskan panggilan telepon dari Al.
"Sekarang ikutlah dengan ku!" Angga mengajak Arumi pergi sambil menggenggam tangan wanita itu.
Tetapi Arumi enggan untuk melangkah kakinya." Kemana? Dan siapa pula yang kamu maksud pelakunya?" tanya Arumi dengan tatapan selidik.
"Nanti aku jelaskan di dalam mobil. Mending sekarang kita pergi! ucap Angga yang tidak sabar lagi membawa Arumi pergi untuk mengungkapkan sesuatu yang belum diketahui oleh Arumi.
Dengan rasa penasaran,Arumi meninggalkan perusahaan ayahnya bersama Angga tanpa mempedulikan Adit yang ada di sampingnya.
'Lah.. kok aku di tinggal," batin Adit dengan menatap kepergian mereka.
+++++
Sarita melihat lemari sudah terbuka saat terbangun dari tidurnya hingga bergegas bangkit lalu mengecek uang tersebut karena takut ada yang hilang.Ternyata benar, kalau uang itu hilang separuh hingga Sarita pergi ke kamar putranya.
"Cepat bangun,Ger! Kamu pasti yang telah mengambil uang itu di lemari Ibu.Iya,kan,Ger? Cepat kata di mana uang itu!"omel Sarita yang nampak kesal.
Tetapi Gerry tidak mempedulikan ibunya, hingga Sarita ke kamar mandi mengambil Gayung lalu di isi air,kemudian mendekati Gerry dengan menyiram ke arah wajah putranya.
Sontak Gerry bangun dengan mengusap wajahnya yang basah.
"Arghhh! Kenapa aku di siram sih,Bu?Aku ini anak ibu,bukan tanaman," kesal Gerry dengan menatap tajam ibunya.
"Kamu pantas di siram! Siapa suruh mengambil uang ibu di lemari? Cepat berikan uang itu padaku!" pinta Sarita sambil mengulurkan tangan ke arah putranya.
"Aku tuh sama sekali tidak mengambil uang itu sedikit pun.Bukankah ibu yang menyimpan semuanya?"sanggah Gerry untuk menutupi kalau dirinya yang telah mengambil uang itu.Di saat, ibunya tertidur pulas." Apa mungkin, semalam ada pencuri masuk ke kamar ibu lalu mengambil uang itu?"
Kemudian Sarita berpikir sejenak." Apa iya, ya..? Tapi kenapa hanya separuh di ambil, jika itu benar pencuri yang mengambilnya.Ah..kamu mencoba ya mengelabui ibu?"
"Mana ada? Mending ibu cek CCTV untuk memastikan! jangan langsung menuduh anak sendiri! Bukankah menuduh orang itu lebih kejam dari pembunuhan?" ucap Gerry yang cari pembelaan atas dirinya.
"Dasar anak bodoh!! Mana ada CCTV di rumah ini," umpat Sarita kemudian keluar dari kamar Gerry karena putranya hanya bisa membuat darah tingginya naik.
Tetapi Gerry justru menatap kepergian ibunya sambil tersenyum puas di dalam hatinya.
'Ha..ha..siapa suruh pelit anak sendiri?Jangan salahkan aku mencuri uang itu, untuk kesenangan aku!" batin Gerry tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
Tetep berusaha saling percaya dan menyemangati Arumi bersama Angga ...hati" jng mudah luluh dan waspa ma gilang laki" pecundang tempat ttp sampah
kayak gaji umr staff biasa..