Gairah My Step Brother
•••
Kenzio Danierka Valert.
Mahasiswa semester akhir yang sedang sibuk dengan skripsinya. Dia juga memiliki perusahaan akuntansi publik yang dibangunnya sejak awal masuk kuliah, karena sejak SMA lelaki itu sangat menggemari mata pelajaran akuntansi. Dan ditengah pusingnya serangan dosen pembimbing serta berbagai pekerjaannya di perusahaan kecil itu, hadirlah satu hal yang membuat kepalanya semakin ingin pecah.
Kenzio bersandar pada pintu rumah besarnya, dengan tangan yang masuk kedalam saku celana bahannya, ia menatap sesosok biang onar yang baru keluar dari mobil ayahnya. Sosok yang mulai saat ini akan menjadi keluarga barunya.
Zafanya Reskantara, namanya.
Junior semester 4 yang sejak masa ospek tergila-gila dengannya. Mereka sudah lumayan dekat sejak satu tahun lalu, lebih tepatnya sejak Kenzio menyelamatkan Zafanya dari kelakuan bejat mantan pacarnya. Zafanya menganggap lebih hubungan mereka, padahal Kenzio hanya menganggapnya sebagai adik dan teman yang harus ia lindungi.
Dan sosok cantik itu sudah menjadi adik tirinya sejak hari kemarin. Entah bagaimana ayahnya yang seorang duda itu, bisa mengenal ibu Zafanya yang seorang model terkenal dan menjalin hubungan hingga berhasil menikah kemarin.
"Tolongin, Ken!" Seruan Sang Ayah berhasil membuat Kenzio berdecak pelan. Tapi bukan berarti ia kesal dengan ayahnya, dia termasuk anak lelaki penurut yang menghormati kedua orang tuanya. Hanya saja, ia malas berurusan dengan kegilaan Zafanya lagi.
"Aaa Kak Ken! Kangennn!" Gadis itu berlari menghampirinya dan merentangkan tangan ingin memeluk. Membuat Kenzio langsung menahan jidat anak itu sembari berdecak.
"Jangan aneh-aneh lo! Inget kita saudara mulai sekarang!" Kata Kenzio sembari membawa beberapa koper dari bagasi mobil ayahnya. Sebelumnya ia masih sempat menyapa ibu Zafanya selaku istri baru ayahnya, Maishafa Reskantara.
"Ken, Ayah sama Bunda Shafa langsung pergi ke Singapore ya, nggak bisa ditunda-tunda lagi." Kata Daniel Valert sembari membawa beberapa koper juga, berjalan memasuki rumahnya dengan Maishafa disampingnya.
"Iya, Yah, hati-hati."
"Kamu jagain Zafa! Jangan macem-macem! Jangan jahat! Jangan judes!" Kata Daniel membiarkan koper ditangannya diambil alih oleh pelayan.
"Iya, Yah, iyaa." Kata Ken setelah menoleh pada Zafanya yang senyum-senyum tidak jelas.
"Ayah sama Bunda pergi aja, nggak usah khawatirin Zafa, Zafa udah gede, Yah." Cewek itu akhirnya membuka mulut.
Membuat Daniel menatapnya tak percaya, "Halah, waktu itu aja kamu kabur dari rumah sampai Bunda kamu pusing nyariin." Balas lelaki 47 tahun itu sembari tertawa.
"Itu beda cerita, Yah." Balas Zafanya tertawa malu-malu, membuat Kenzio berdecih pelan.
"Yaudah, kita berangkat ya, Za, Ken." Sahut Maishafa.
"Iya, Tan, Tante nggak usah khawatir, Ken bakal jagain Zafanya, kok." Balas Kenzio.
Setelah pasangan baru itu meninggalkan halaman rumahnya, Kenzio berjalan masuk kedalam. Membuat Zafanya mengekori lelaki tinggi yang langkahnya besar itu.
"Mau kemana kak?" Tanyanya.
"Makan." Jawabnya, "Lo udah makan malam?"
"Belum..." Jawab Zafanya sok imut, membuat Ken langsung menoyor kepala cewek itu.
"SAKIT!" Pekik cewek itu.
"Halah, lebay banget." Balas Kenzio, "Jadi lo mau nggak?" Tanyanya mengangkat selembar roti gandum yang sedang ia oleskan selai coklat.
"Engga... Maunya elo, Kak." Balas Zafanya dengan nada imut yang masih dibuat-buat.
"Merinding!" Kenzio berlalu pergi meninggalkan dapur, membuat cewek itu kembali mengikutinya sembari tertawa.
"Makan nggak boleh sambil jalan, Kak." Kata Zafanya berlari kecil menaiki tangga, berusaha mengimbangi langkah kaki Kenzio.
"Bodo amat." Kenzio masih asik menyuapkan roti gandum kedalam mulutnya, sampai saat cewek itu menarik lengannya dan ikut menggigit lembaran roti ditangan Kenzio.
"Ck, bikin sendiri sana!"
"Males! Bikinin, dong. Tapi coklatnya jangan banyak-banyak, mau diet." Katanya berhasil membuat Kenzio kembali berdecak kesal. Tetapi akhirnya ia kembali menuruni tangga dan berjalan menuju dapur.
Zafanya bersender pada meja, memperhatikan cowok itu dari samping. Ia membuka mulut, "Beberapa hari lalu gue ketemu Gior, loh."
Membuat Kenzio langsung menoleh kearahnya, "Terus? Dia apa-apain lo lagi?" Katanya kesal, bisa-bisanya cowok brengsek itu sama sekali tak punya malu.
"Enggak, kok. Cuma mohon-mohon bentar." Kata Zafanya tersenyum tipis.
Tumben-tumbenan seorang Zafanya kalem, membuat Kenzio mengangkat tangannya dan mengelus puncak kepala Zafanya, "Kalau dia datengin lo lagi, telpon gue. Biar gue kasih pelajaran."
Kenzio masih ingat betul sekitar semester lalu si Gior-Gior itu hampir melecehkan Zafanya di toilet fakultas. Untung saja ia mendengar teriakan cewek itu hingga langsung mendobrak pintu toilet laki-laki tersebut.
"Gue suka sama lo, Kak." Kata Zafanya tiba-tiba.
"Inget, kita saudara sekarang."
"Saudara tiri, Kak. Kalo lo lupa."
Kenzio menoleh pada cewek itu, lalu menghela nafas melihat tatapan aneh cewek itu. Dia tak suka ditatap langsung ke netranya, hal itu membuat jantungnya jadi berdebar lebih cepat.
Cinta? Bukan, itu bukan cinta. Dia tidak pernah menganggap cinta itu ada. Dia sama sekali tak percaya cinta. Buktinya saja, orang tuanya yang semasa ia kecil terlihat saling mencintai, bisa bercerai begitu saja dan saling membenci saat ini. Baginya cinta itu sama saja dengan sex, perasaan yang hanya berisikan nafsu semata.
Kenzio mengemas kembali sisa roti serta selai coklat tersebut saat ia selesai membuatkan empat lembar untuk Zafanya. Tapi pergerakannya terhenti saat ia merasakan pinggangnya dilingkari oleh tangan Zafanya, cewek itu tiba-tiba memeluknya dari belakang.
Dia berdecak, "Lepas, Za. Jangan aneh-aneh."
"Nggak mau," cewek itu malah mengeratkan pelukannya. "Gue capek kak, bentar aja." Sambungnya lirih.
Dan sudah lima menit mereka terdiam dengan posisi seperti itu, membuat Kenzio akhirnya berdecak kesal merasakan dua aset kembar Zafanya yang menempel di punggungnya.
"Lepas Za, makan nih rotinya."
"Nggak laper."
Kenzio menghela nafas, "Gue geplak lo lama-lama. Lepas dulu deh pelukannya." Katanya kesal.
"Nggak mau!"
"Lepas, Za! Nggak nyaman gue." Tangannya bergerak berusaha melepas lingkaran tangan Zafanya pada pinggangnya.
"Ck! Dada lo kerasa, anjir!" Decaknya akhirnya, berhasil membuat Zafanya spontan melepas pelukan itu dan menyilangkan tangan di dadanya.
"MESUM LO KAKHMM—"
Kenzio dengan cepat membekap mulut cewek itu, khawatir para pelayan mendengar dan melaporkannya pada ayahnya.
"Lo yang peluk gue, malah nuduh gue yang mesum?" Desis cowok itu.
"Ya, lagian kenapa nggak bilang dari awal? Kenapa baru bilang pas udah lama gue peluk lo?" Kata Zafanya ikutan kesal.
"Ck! Kan lo bilang capek, pengen peluk sebentar."
"Alesan! Lo pasti nikmatin kan, Kak? Ihh, serem banget!"
Kenzio mengernyitkan alisnya, gedek juga dia lama-lama.
"Nggak nafsu gue sama lo, Za. Nggak nafsu."
Cowok itu pergi meninggalkan Zafanya, ingin kembali ke kamarnya dilantai dua dengan menggunakan lift, tidak ada tenaga lagi untuk menaiki tangga satu persatu. Zafanya pun berlari memasuki lift dengan sepiring roti gandum tadi serta susu segar yang ia ambil dari kulkas.
"Kenapa nggak nafsu? Gue seksi gini?!" Katanya mengedipkan mata, membuat Kenzio lagi-lagi berdecih.
"Seksi? Datar gitu lo bilang seksi?"
Zafanya menganga kaget, "Kak sumpah frontal banget ngomongnya! Mesum! Jahat banget!" Pekik cewek itu, ekspresinya sok-sok merasa tersakiti.
"Iya, salahin aja gue terus, salahin." Kata cowok itu pasrah.
Pintu lift terbuka, membuat cowok itu segera berjalan memasuki kamarnya. Dan tentu saja diikuti oleh Zafanya yang dengan santainya nyelonong masuk. Kelakuannya benar-benar membuat Kenzio lelah.
"Kamar lo disamping, Za."
"Iya, tau, kok." Katanya memakan roti gandum tadi dengan santai, dia duduk di sofa dan menatap Kenzio dengan senyuman manis.
"Terserah lo lah." Kata Kenzio berusaha tak peduli. Dia membuka kemejanya, hingga Zafanya bisa melihat punggung polosnya.
"Wahh, keren, Kak." Cewek itu menghampirinya, "Boleh pegang nggak?" Katanya menunjuk kotak-kotak diperut Kenzio.
"Mau ngelecehin gue?" Tanya cowok itu sarkas.
"Boleh?" Tanya Zafanya mengulurkan tangannya hendak menyentuh.
Kenzio mendelik, dia lupa bahwa Zafanya itu rada gila. Dia berjalan menuju nakas, menaruh jam tangan yang baru ia lepas. Saat membalikkan badan, cewek mungil itu berdiri tepat dibelakangnya dan—
Brak!
Mereka terjatuh kelantai. Dengan Kenzio yang menindih cewek itu.
"ARGH BERAT, KAK, SUMPAH!" Zafanya berontak dari kukungan Kenzio, membuat Kenzio kembali berdecak frustasi. Bagian inti tubuhnya bergesekan dengan paha cewek itu.
"Ck!" Cowok itu segera bangkit dan duduk dilantai. Dan dalam sepersekian detik sebelum Zafanya ikutan duduk, tanpa sengaja matanya merekam pemandangan rok pendek cewek itu yang terangkat hingga melihatkan sedikit celana dalam hitamnya, baju semi crop nya pun terangkat hingga perut mulusnya ikutan terekspos.
Kenzio menelan ludahnya kasar hingga jakunnya naik turun, rahangnya mengeras, dia segera berjalan menuju kamar mandi.
"Sumpah, Kak! Lo itu manusia atau titan, sih? Berat banget?!" Gerutu cewek itu, tak tau bahwa hanya dalam satu detik saja Kenzio bisa memperhatikan dengan detail tubuhnya tadi.
"Keluar dari kamar gue." Ucapnya membanting pintu kamar mandi.
Dibawah shower yang membasahi tubuhnya, lelaki itu menatap kebawah, pada bagian tubuhnya yang menonjol dibalik celana.
"Bisa-bisanya lo bangun!" Katanya segera melepaskan celana itu, dan dilanjutkan dengan ritual para lelaki.
•••
Zafanya Outfit today⬇️⬇️
Kenzio Outfit Today⬇️⬇️
*all pic from Pinterest
Like, comment and subscribe juseyoo🔥🔥
Satu like aja sangat-sangaaaattttttttt berhargaaaa🙂↕️🙂↕️
Tolong dukung author kecil ini🙂↕️🙂↕️🙂↕️🙂↕️🙂↕️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Uthie
keep 👍
2024-12-09
1
®ayess👏😒
ritual adat mana lagi ini🤔
2024-09-09
1
𝔐𝔢𝔯𝔞𝔥 𝔇𝔢𝔩𝔦𝔪𝔞ルビー
aku mampir 😀
2024-08-12
1