Demi kehidupan keluarganya yang layak, Vania menerima permintaan sang Ayah untuk bersedia menikah dengan putra dari bosnya.
David, pria matang berusia 32 tahun terpaksa menyetujui permintaan sang Ibunda untuk menikah kedua kalinya dengan wanita pilihan Ibunda-Larissa.
Tak ada sedikit cinta dari David untuk Vania. Hingga suatu saat Vania mengetahui fakta mengejutkan dan mengancam rumah tangga mereka berdua. Dan disaat bersamaan, David juga mengetahui kebenaran yang membuatnya sakit hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PutrieRose, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 SERBA BINGUNG
Sudah beberapa hari ini, Rissa tak bertegur sapa dengan Marshel. Ia juga telah pindah kamar menempati kamar tamu. Saat David malam-malam pergi ke dapur, ia pun memergoki Rissa yang masuk ke kamar lain.
"Ma ..." David menghampiri Rissa yang akan masuk ke dalam kamar tamu itu. Karna yang ia tahu bahwa kamar itu tak pernah dipakai dan selalu dikunci.
"David, kamu lagi ngapain, Nak?" Rissa lekas menutup pintu dan memandang putranya.
"Mau ambil minum. Mama ada perlu apa masuk kamar itu?"
Saat David sedang bertanya, tiba-tiba Marshel datang.
"Mama mu sudah beberapa hari ini mendiamkan Papa," adunya kemudian.
Tak heran dengan hubungan orang tuanya, mereka memang sering berselisih.
"Ada apa sih, Ma, Pa?" tanyanya pada kedua orang tuanya. Ia menatap bergantian keduanya.
"Ma, ayo kembali ke kamar. Nanti malu kalau sampai Vania tahu. Udah tua gini masih aja berantem. Ayo," bujuknya sembari menarik tangannya. Akhirnya Rissa menuruti suaminya karna ia tak sengaja melihat Vania yang diam-diam menguping dibalik tembok.
"Hm, ada-ada saja," gerutunya.
"Ada apa, Mas?"
"Oh, Tuhan." Jantungnya hampir saja copot karna tiba-tiba Vania menepuk pundaknya dari belakang saat ia sedang membuka pintu lemari es. "Ah, kamu." David mengacak rambutnya asal dan Vania hanya terkekeh.
"Ada apa tadi, Mas? Papa sama Mama?" tanyanya lagi.
"Ya biasa, permasalahan kecil," jawabnya seraya meneguk sekaleng minuman berwarna.
Sejak mereka pergi bulan madu ke dua, hubungan mereka semakin dekat. Vania merasakan bahwa David sudah bisa menerima kehadirannya. Bahkan David selalu memberi perhatian layaknya seorang suami kepada istri. Dia cukup bahagia dan bisa sedikit melupakan rasa sedihnya yang menerima kenyataan bahwa dia bukanlah putri kandung Temmy dan Rissa.
"Hmm, gitu," jawab Vania.
"Tidur gih sudah malam. Aku mau duduk di balkon sebentar. Beberapa hari ini, kepalaku sering pusing karna aktivitas kerjaan yang padat. Aku ingin menikmati angin malam sebentar." David membawa beberapa kaleng minuman dan snack untuk dibawa ke atas.
"Mau sendirian aja? Gak mau ditemenin?" tanyanya dengan bola matanya yang memutar seolah ia tak dibutuhkan.
"Maunya berdua sih. Tapi kamu tadi kan sudah tidur, kenapa bangun? Kamu pasti sudah mengantuk. Ayo tidur."
Sebenarnya David ingin menghubungi Karina. Karna mereka sudah jarang berkomunikasi, dan juga istrinya itu tak pernah menghubunginya lebih dulu.
"Hallo, Sayang. Kamu sibuk akhir-akhir ini? Tapi gak pernah telat makan, kan?" Dengan adanya Vania, ia merasa hari-harinya penuh bahagia. Tapi ia juga terkadang kepikiran dengan Karina. Karna jujur saja rasa cintanya masih lebih besar terhadap Karina. Mungkin dengan Vania karna terbiasa bersama, ia mulai merasakan nyaman.
"Aku sibuk, kamu juga sibuk. Kita fair," jawab Karina cuek.
"Minggu depan aku mau ke sana. Kamu boleh memarahiku sepuasnya atau memukuliku," ujar David pasrah.
"Baiklah, aku tunggu."
Setelah telepon terputus, ia kembali masuk ke kamar. Di sana, Vania sudah tertidur lelap dengan cantik. David mengecup keningnya dengan lembut. Entah kenapa debaran jantungnya berbeda dibanding awal pertemuan kala itu. Walaupun cintanya masih untuk Karina, tapi dengan Vania, ia seperti merasakan seribu kebahagiaan yang tak pernah dirasakan sebelumnya.
"Aku masih bingung dengan perasaanku."
***
"Gak bisa, Tuan. Minggu depan full. Anda tidak bisa mengajukan cuti. Jangan bikin aku susah dan hampir mati nanti!" Reno menatap tajam bosnya itu dengan berani. Karna ia sudah lelah dengan semua urusan dadakan bosnya yang semena-mena. Kemarin sudah cuti bulan madu lama, terus sekarang mau cuti lagi? Enak banget memang punya dua istri bisa jadi alasan terus.
"Karina lagi marah sama aku. Aku gak bisa tenang di sini." David terlihat gusar, ia semakin bingung sekarang.
"Ya gimana dong, Bos. Susah sih ya punya dua istri. Tapi lebih susah aku, yang selalu jadi kambing hitam akhirannya," keluh Reno.
"Kali ini aja deh. Kamu tolong atur jadwal lagi dengan Mawar. Nanti bonus kamu bulan depan dua kali lipat," ujar David. Seketika kedua mata Reno langsung berbinar-binar. Ia membayangkan berapa digit gajinya nanti.
"Wah, Tuan. Oke siap. Gampang itu. Serahkan pada Reno," jawabnya sembari memukuli dadanya. Senyumnya langsung mengembang dan berjalan menghampiri Mawar di mejanya.
"Dasar gila uang!" gerutunya saat Reno sudah pergi.
"Mas ...." Suara lembut dari seorang wanita yang ia kenali membuat mimik mukanya berubah sumringah.
"Vania ...." Istri keduanya tiba-tiba datang dengan banyak tentengan yang dibawa.
"Aku masak banyak hari ini." Dengan senyum manisnya, Vania tak sabar membuka satu persatu kotak makan yang ia bawa dari rumah. Dengan bantuan dari pelayan, ia berhasil memasak makanan kesukaan David. "Ayo makan, Mas. Kamu pasti sudah lapar."
David merasa takjub dengan perhatian dari Vania. Bahkan Karina tak pernah memperhatikannya seperti ini. Saat bersama Karina, cenderung yang suka masak adalah dirinya. Karina jarang sekali mau masak, lebih suka makan ke restoran atau pun pesan online. Masakan Karina enak, tapi dia tidak begitu telaten.
"Kamu yang masak semuanya?" Beberapa makanan kesukaannya terlihat sangat menggiurkan.
"Iya dibantu sama pelayan juga," jawabnya sembari tertawa kecil.
David benar-benar merasa memiliki istri. Setiap pagi pun pakaiannya sudah disediakan seperti sepatu, kaos kaki dan juga dasi semuanya sudah lengkap ditaruh disatu tempat. Bahkan Vania sering membantunya mengeringkan rambut dan menyisir rambutnya.
"Kamu pasti capek." David merasa kasihan dengan Vania, ia mengusap puncak kepalanya lembut.
"Jangan terlalu baik, Vania. Aku takut kamu kecewa nantinya."
Wajahnya mendadak sedih karena melihat begitu banyak kebaikan dari Vania yang diberikan untuknya.
***
Malam hari saat semuanya sudah terlelap, David diam-diam mengirimi pesan pada Mamanya. Karna ia melihat salah satu media sosialnya sedang online.
"Ada apa, David? Ganggu Mama aja malam-malam gini." Mereka sekarang sedang duduk di ruang tengah hanya berdua.
"David gak bisa tidur, Ma. Aku gak bisa kayak gini terus," keluhnya.
"Perasaan Mama gak enak nih. Jangan-jangan kamu mau mengatakan bahwa akan menceraikan Vania karna Karina sudah hamil? Gak akan Mama setujui, David. Vania akan tetap jadi istri kamu. Kalau perlu, nanti kalau Karina sudah melahirkan, ceraikan saja dan ambil bayinya."
DEG.
"MA!!!" David sampai shock dengan perkataan Rissa. Tanpa perasaan Rissa mengatakannya dengan santai. "Mama sebegitu gak sukanya dengan Karina? Karina salah apa, Ma?" Hatinya begitu sakit saat Rissa mengatakan itu dengan terang-terangan. Ia tidak tahu bagaimana perasaan Karina kalau dengar sendiri. Pasti sangat sakit, walaupun Karina cuma hamil pura-pura.
"Dia gak becus jadi istri. Masa ada istri yang gak pernah meladeni suami. Milih kerja jauh, ninggalin suami. Kamu di sini apa-apa sendiri. Kalau sakit gak ada yang ngurusin, kalau lapar ambil makan sendiri. Mandi juga ambil pakaian sendiri. Mana ada berbaktinya?" cerocosnya.