Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Kurang ajar, tunggu saja pembalasanku!"Batinnya.
"Cepat seret mereka keluar!" perintah Widi pada bodyguard nya.
"Lepaskan aku! Widi!"
"Hei, jangan sentuh aku! Aku bisa jalan sendiri, lepaskan!"
Henti dan Dela berontak tak terima di paksa bekerja, karena mereka belum makan siang. Widi dan bodyguardnya tidak perduli dengan rintihan Henti dan Dela.
Brukk!
"Aw! Sakit banget!"
"Aduh! Kurang ajar kalian!" Henti langsung berdiri dan ingin menampar Widi. Sayangnya, bodyguard Widi cepat menghalangi Henti.
"Minggir!" bentak Henti seraya mendorong tubuh 2 bodyguard.
"Sudahlah ua, jangan mencari masalah lagi. Masih untung aku ringankan hukuman untuk kalian!" ucap Widi dengan malasnya menghadapi dua manusia yang pernah menghinanya.
Henti dan Dela menatap tajam ke arah Widi, entah apa yang di rencanakan Ibu dan anak itu secara diam-diam.
Kebetulan sekali tetangga Henti lewat di depan, dari kejauhan warga sangat penasaran dan melihat gerak-gerik sudah tidak asing lagi.
"Ibu-Ibu lihat itu, bukannya itu Widi?"
"Iya, itu Widi deh sepertinya. Tapi, Widi lagi berbicara sama siapa ya, kelihatannya sangat serius?"
"Tapi dua orang itu siapa, yang lagi membersihkan sampah di depan rumah mbak Nia?"
"Kalau dilihat dari belakang mirip Mbak Henti sama Dela."
"Ah nggak mungkin deh kalau itu Mbak Henti sama anaknya, kan Ibu-Ibu tahu sendiri Mbak Henti orangnya seperti apa?"
Tidak disangka tebakan Mereka pun benar, Henti pun tidak mengetahui jika temannya berada di belakangnya, refleks Henti sedikit ke sampingnya. Lantas membuat teman Henti terkejut melihat dirinya yang tengah membersihkan tumpukan sampah, buru-buru mereka menyamperin Henti.
"Mbak Henti!"
Seketika Henti langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut yang diikuti oleh Dela dan Widi. Betapa terkejutnya Henti melihat sosok orang yang memanggil dirinya, lantas saja membuat dirinya buru-buru bersembunyi dari pandangan temannya.
"Mau kemana Mbak Henti?" pekik Ai temannya Henti.
Henti pun menghentikan langkahnya begitu mendengar suara temannya, ia berdiri mematung membelakangi teman-temannya. Salah satunya membalikkan badan Dela untuk memastikan jika dugaan mereka itu salah.
"Astaga, benarkan ini Dela!"
Deg!
"Sialan, kenapa mereka ke sini semua sih! Mau di di simpan dimana wajah aku."Batinnya.
"Mbak Henti!" ucap Ai menepuk bahu Henti. Sontak Henti melotot melihat temannya.
"Lho, ada Nak Widi ternyata?"
"Hehe iya Bu, apa kabar? Sudah lama ya kita gak ketemu," jawab Widi dengan lembut sembari memancarkan senyuman indah dengan teman-temannya Henti.
"Eh iya ya Nak, Alhamdulillah kabar baik, gimana kabar orang tua kamu sekarang?" tanyanya lagi
"Alhamdulillah Ibu dan Bapak sehat."
"Alhamdulillah, sekarang kamu cantik banget ya." goda teman Henti yang paling melihat Widi yang sekarang.
"Ah biasa saja sih Bu," jawab Widi dengan tersipu malu.
"Beneran loh, oh iya sekarang kamu kerja di mana? Apa betul kamu kerja di sebuah perusahaan sejahtera?"
Seketika Henti dan Dela terkejut mendengar ucapan tetangganya, mereka tidak tahu selama ini pekerjaan Widi.
"Mah, perusahaan itu kan baru resmi beberapa tahun yang lalu?" bisik Dela
"Iya ya, Mamah juga baru tahu sama perusahaan itu. Kenapa kamu gak kerja di sana saja?" tanya Henti dengan berbisik.
"Boleh kali masukin anak Ibu ke perusahaan itu," coleknya dengan baik, ia tidak ingat dengan kejahatannya yang pernah dilakukan pada orang tua Widi.
Ibu-Ibu pun berdemo meminta tolong pada Widi untuk memasukkan pekerjaan anaknya. Namun Widi tidak menggubrisnya, ia berpamitan pulang karena ada urusan yang harus di selesaikan.
"Yah, padahal cuma minta tolong saja."
"Iya, udah keburu pulang lagi hm."
"Ngaco deh kalian, jelaslah Widi kagak mau bantuin. Kan kita pernah jahat sama orang tuanya!"
Sontak membuat mereka merasa malu pada Widi ketika dimintai pekerjaannya, dengan perlahan mereka menoleh ke arah Henti yang tengah berdiri diam karena menahan malu pada teman-temannya.
Widi membalas dengan senyuman manisnya saja, Mereka pun yakin Widi bukan orang sembarangan. Berbeda dengan dahulu kala, yang menjadi topik utama di perkumpulan mereka.
.
.
.
Di rumah Widi. Kedua orang tuanya berencana ingin membuka usaha agar tidak terlalu bosan yang selalu berdiam diri di rumah, mereka juga ingin memiliki aktivitas selagi tubuh masih sehat.
"Bu, apa gak bosan selalu di rumah terus?" tanya Wendi ingin tahu pendapat istrinya.
"Bosan sih, tapi kan kita selalu di ajak Widi jalan-jalan pak." jawab Nia dengan santai.
"Iya tahu, maksudnya aktivitas lain gitu Bu,"
"Maksud Bapak mau kerja gitu?" tanya Nia heran seraya mengerutkan keningnya, Wendi mengangguk kepalanya dengan pelan.
"Memangnya mau kerja apa untuk seusia kita ini pak?" Nia pun terkejut mendengar pengakuan suaminya.
Kebetulan sekali Widi lewat di depan mereka, berhubung Widi baru pulang kerja Wendi memberi perintah untuk anaknya agar cepat membersihkan dirinya.
Tidak berlangsung lama akhirnya Widi sudah selesai mandi, dan ia langsung duduk di hadapan orang tuanya karena sudah menunggu sejak tadi.
"Ada apa Pak? Tumbenan menyuruh Widi buru-buru mandi," tanya Widi penasaran
"Kamu sIbuk nggak, Nak?"
"Enggak Bapak, langsung saja Bapak butuh apa?" jawab Widi dengan lembut seraya menatap ke arah Ibunya.
"Ibu juga tidak tahu apa yang Bapak inginkan," sambung Nia yang paham dengan tatapan anaknya sembari melirik ke arah Wendi.
"Hm. Bapak bosan Nak kalo di rumah terus," ucap Wendi dengan tertunduk.
"Bosan kenapa pak? Kan di rumah ini Bapak bebas mau ngapain aja," bingung Widi dengan ucapan Bapaknya.
"Bapak ingin membuka usaha."
"Wah, bagus itu Pak. Bapak mau buka usaha apa, biar Widi yang mengaturnya." Widi tersenyum bahagia.
"Itu dia Bapak bingung." Wendi sambil mencari ide untuk usahanya.
"Gimana kalo kita jualan Bubur sumsum aja, pak? Kan Bubur sumsum buatan Ibu enak lho," saran Widi
"Ide yang bagus!" ucap Wendi sembari melirik ke arah istrinya yang sedang tersipu malu.