Mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya membuat Violetta Margareth seorang anak kecil berumur 4 tahun mengalami traums berat.
Beam selaku ayah daei Violetta membawanya ke sebuah mall, sampai di mall Violetta histeris saat melihat sebuah ikat pinggang karena ia memiliki trauma dengan ikat pinggang. Renata yang saat itu berada di mall yang sama ia menghampiri Violetta dan menenangkannya, ketika Violetta sudah tenang ia tak mau melepaskan tangan Renata.
Penasaran kan apa yang terjadi dengan Violetta? yuk ikuti terus ceritanya jangan lupa dukungannya ya. klik tombol like, komen, subscribe dan vote 🥰💝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Bilqis
Renata membereskan piring kotor yang sudah digunakan oleh Violetta, setelah membereskan semuanya ia mencuci piring dan memotong buah-buahan untuk Violetta.
"Vio kakak simpen buah-buahannya di meja ya." ucap Renata.
"Iya tatak." jawab Violetta.
Violetta sedang bermain mencetak pasir warna-warni, Renata ikut menemaninya sambil sesekali bercanda.
Ting Nong.. Ting Nong..
Bi Marni bergegas membuka pintu kala mendengar suara bel berbunyi, saat ia membukanya alangkah terkejutnya ia melihat Bilqis yang sudah berdiri di depan pintu.
Deg!
"Mau apa kau kesini?!" tanya bik Marni dengan nada tidak suka.
"Suka-suka gue dong, lagian ini rumah mas Bram bukan rumah loe jadi kenapa loe yang ngatur sih." sewot Bilqis.
"Ini memang rumah den Bram, tapi dia sudah mempercayakan padaku kalau tidak boleh memasukkan sembarang orang kedalam rumah apalagi tamunya itu kamu!" tegas bik Marni.
"Minggir!" ucap Bilqis menyingkirkan tubuh bik Marni.
Bilqis dengan tidak tahu dirinya masuk kedalam rumah Bram, dia melihat sekeliling rumah yang begitu mewah dan megah. Renata tak sengaja melihat kearah Bilqis yang sedang berjalan kesana kemari, ia tentu saja mengingat wajah Bilqis yang pernah bertemu di mall dengannya.
"Ngapain iblis itu kesini?" tanya Renata pada dirinya sendiri.
Bilqis melihat ke arah Violetta yang sedang bermain pasir-pasiran, ia menghampiri anaknya karena ia mempunyai tujuan tersendiri dibalik kedatangannya.
"Hallo Vio, anak mommy." sapa Bilqis.
Deg!!
Violetta langsung melempar mainannya ke sembarang arah, dia memeluk erat leher Renata yang berada di sampingnya. Tubuhnya langsung bergetar ketakutan, Renata melayangkan tatapan tajam kearah Bilqis.
"Pergi!" usir Renata.
"Loe gak ada hak ngusir gue, ini rumah gue dan anak yang loe gendong itu anak gue!" tekan Bilqis.
"Sayang gak usah takut, kamu turun dulu tenangin diri kamu biar kakak yang usir nenek sihir itu dari sini." bisik Renata di telinga Violetta.
Violetta menganggukkan kepalanya mengerti akan ucapan Renata, dia hendak melepaskan dekapannya dari Renata namun Bilqis maju memegang tangannya.
"Sini sayang sama mommy, mommy kangen sama Vio." ucap Bilqis.
"Aaaarrggghhh.. Tatak, Tolong Vio." teriak Violetta.
Renata menarik tangan Bilqis dari tangan Violetta, bik Marni datang menghampiri Violetta yang sedang bergetar ketakutan.
"Bik bawa Vio dari sini." ucap Renata.
"Ayo non, ikut mbok." ucap bik Marni.
Bik Marni lantas membawa Violetta pergi ke kamarnya, sedangkan Renata menatap nyalang pada Bilqis yang berdiri dengan angkuhnya.
"Pergi atau aku akan melakukan hal lebih padamu." ancam Renata.
"Gue sama sekali gak takut sama loe." tantang Bilqis.
"Baiklah kalau begitu." ucap Renata.
Renata berjalan maju kearah Bilqis, dia sudah berjanji akan melindungi Violetta dari orang yang membuatnya trauma. Bilqis berjalan mundur saat Renata semakin mendekat kearahnya, dia masih ingat betul bagaimana Renata menyerangnya di mall tempo hari.
'Jika aku takut maka kesempatan untuk kembali pada mas Bram akan sia-sia, lebih baik aku lawan perempuan gila ini' batin Bilqis.
Bilqis melesat pergi dari hadapan Renata, ia berjalan tergesa mengikuti arah kemana bik Marni membawa Violetta pergi. Renata langsung berlari mengejar Bilqis, sebelum Bilqis melangkahkan kakinya menaiki tangga Renata menarik rambut Biqis dengan kuat.
"Awwhh, lepaskan bodoh." protes Bilqis.
"Jangan pernah kau coba-coba samperin Vio, jangan kau buat mentalnya lebih hancur lagi." geram Renata.
"Walau bagaimanapun dia adalah anakku, kau tidak berhak menghalangiku untuk bertemu dengannya." seru Bilqis.
"Ibu mana yang tega menyiksa anaknya sampai banyak bekas luka ditubuhnya, satu tahun lamanya Vio berada di dalam kungkungan rasa traumanya akibat ulahmu! Kau tidak lebih dari seorang iblis." ucap Renata dengan nada yang mulai naik satu oktaf.
"Bukan urusanku!" sewot Bilqis.
Renata melepaskan cengkraman tangannya dari rambut Bilqis, dia menghempaskannya sampai Bilqis terjatuh. Dia tidak mengerti akan jalan pikir Bilqis yang datang mengakui Violetta sebagai anaknya, tetapi tiada rasa penyesalan maupun iba dihatinya.
"Kurang ajar!" amuk Bilqis.
Bilqis bangkit dari duduknya, ia melayangkan tangannya namun berhasil di tangkap oleh Renata.
"Berani kau padaku?! Maka terima ini." ucap Renata.
PLAK!
Renata melayangkan tangan kirinya ke wajah Bilqis, dia tidak akan membiarkan orang lain menindas dirinya maupun Violetta karena ia tidak mau dikatakan lemah. Sejauh ini Violetta sudah mulai dikatakan berangsur-angsur membaik, tetapi saat Bilqis datang Violetta kembali ketakutan.
"SATPAM." teriak bik Marni dari atas.
Satpam datang menghampiri Renata, dilihatnya Bilqis sedang memegangi wajahnya yang ditampar oleh Renata.
"Ada apa ini mbak?" tanya Satpam.
"Dia membuat kerusuhan disini, bawa dia keluar dari rumah ini atau nanti tuan Bram marah." jawab Renata.
"Loh, bukannya orang ini kerabatnya tuan Bram?" tanya Satpam.
"Bukan, dia mantan istrinya tuan Bram lebih tepatnya orang yang sudah membuat Vio trauma, pak satpam tahu bukan konsekuensinya kalau udah bikin Vio ketakutan?" ucap Renata.
Satpam tersebut langsung membulatkan matanya, dia kecolongan karena Bilqis datang berpura-pura mengakui dirinya sebagai kerabat Bram alhasil satpam mempersilahkan Bilqis masuk. Bilqis diseret keluar oleh satpam rumah, dia membalikkan wajahnya menatap Renata dengan tatapan permusuhan.
"Awas kau! Aku akan buat perhitungan padamu!" geram Bilqis.
"Aku tunggu perhitunganmu." tantang Renata.
Saat Bilqis sudah benar-benar pergi dari hadapannya, Renata menghela nafasnya lega. Renata berjalan menaiki tangga menyusul Violetta, dilihatnya Violetta sedang menangis di pojok kamarnya.
"Vio." panggil Renata.
Violetta mengangkat wajahnya yang sudah basah oleh airmata, dia melihat Renata yang sedang berdiri merentangkan tangannya ke arahnya kemudian ia menghamburkan tubuhnya ke pelukan Renata.
"Tatak dia datang huhuhu.. Vio takut hiks.." ucap Violetta sambil menangis.
"Enggak papa, dia udah pergi kok." ucap Renata dengan lembut.
"Vio gak mau ketemu mommy lagi tatak." ucap Violetta di sela tangisnya.
"Iya sayang, kakak paham kok. Sekarang Vio udah nangisnya ya nanti capek, mending sekarang kita cuci muka terus tidur siang." ucap Renata.
"Iya tatak." ucap Violetta.
Renata menggendong tubuh Violetta ke kamar mandi, ia membasuh wajah Violetta yang sembab dan memerah karena menangis.
"Vio bobok dulu ya." ucap Renata.
Renata membaringkan tubuh Violetta diatas kasur, ia pun ikut berbaring di samping Violetta. Renata memiringkan tubuhnya menghadap kearah Violetta, sedangkan Violetta memeluk tubuh Renata dengan posesif dan menelusupkan wajahnya di ceruk leher Renata.
Bik Marni keluar dari kamar Violetta, perlahan ia menutup pintu kamar Violetta agar tidak mengganggunya.
Kriiingg...Kriiinggg..Kriiinggg.
Telepon rumah berbunyi dengan begitu nyaring, bik Marni langsung bergegas turun ke bawah dan mengangkat telponnya.
"Hallo, selamat siang." ucap bik Marni.
"Bik, Vio lagi ngapain sekarang?" tanya Bram dari sebrang.
"Oh den Bram toh, non Vio lagi tidur siang den tadi habis nangis." ucap bik Marni.
"Loh nangis kenapa bik?" tanya Bram khawatir.
"Tadi Bilqis datang kesini tuan, makanya non Vio nangis." jawab bik Marni.
"Apa? terus sekarang Vio gimana bik? Dia baik-baik saja kan?" tanya Bram dengan panik.
"Alhamdulillah den, non Vio baik-baik aja untungnya ada mbak Renata jadi nenek sihir itu pergi." ucap bik Marni.
"Aku akan segera pulang, bilang pada penjaga di rumah jangan memasukkan orang sembarangan tanpa seizinku." ucap Bram.
"Baik den." seru bik Marni.
Tut..
Bram mematikan teleponnya.
Bik Marni bergegas keluar menghampiri satpam yang bertugas menjaga keamanan di depan, ia menyampaikan pesan yang di perintahkan oleh Bram.
"Pak Narto, den Bram bilang jangan izinkan orang lain masuk tanpa ada persetujuan darinya." ucap bik Marni.
"Iya bik, maaf tadi aku yang salah. Tadi aku izinin dia masuk katanya dia kerabatnya tuan, aku juga kan gak tahu kalau dia itu ibunya non Vio yang jahat itu." ucap Narto selaku satpam di rumah Bram.
"Iya gapapa jadiin pelajaran aja, lain kali hapalin tuh mukanya jangan sampai dia masuk lagi." ucap bik Marni.
"Iya bik." ucap Narto.
Bik Marni kembali masuk kedalam rumah, dia pergi ke dapur melanjutkan pekerjaannya.