Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26. Drama Ditempat tidur
"Abang mau ngapain?" tanya Rena karena Rangga juga menuju sofa tempat yang sama dengan yang dituju oleh Rena.
"Gue mau tidur disofa, Lo tidur ditempat tidur aja." Rangga lebih baik mengalah dari, karena baginya perempuan harus tempat yang nyaman, beda dengan lelaki seperti dirinya dimana saja boleh tidur.
Rangga tidak lagi membenci Rena, Rangga akan coba membuka hati seperti yang pernah dikatakan pada Rena, karena Rangga pikir membenci Rena bukanlah suatu alasan, Rena sama dengannya dia juga korban. Lagi pula Rangga bisa melanjutkan study nya walaupun sudah menikah. Begitu juga dengan Rena.
"Jangan, biar aku saja yang tidur disofa, Abang baru pertama kali nginap disini, jadi Abang adalah tamu, dan tamu wajib diberi tempat yang nyaman." Jelas Rena pada Rangga agar Rangga mau tidur ditempat tidur.
"Gak, gue aja yang tidur disofa, gue ini lelaki, Lo perempuan, jadi perempuan harus dilindungi dan diberikan tempat yang nyaman." Rangga menolak tidur ditempat tidur, karena dia lebih kasihan pada perempuan.
"Tidak Bang, Abang tidur disana, biar aku yang tidur disini." Ucap Rena lagi sembari melangkah kesofa yang menjadi tujuannya.
Melihat Rena sudah tidur disofa, Rangga memilih mengalah, dia kembali lagi ketempat tidur. Rangga merebahkan tubuhnya dikasur empuk itu.
Sedangkan Rena baru saja merebahkan dirinya, dia langsung kedalam mimpi.
Rangga yang susah memejamkan matanya dia berbalik menatap kearah Rena yang sudah berada di alam mimpinya.
"Saat tidur saja Lo terlihat begitu cantik, maafkan gue sudah pernah benci sama Lo, dan perjodohan kita. Aku janji, aku kan belajar mencintaimu, dan melindungimu dari semua orang." Gumam Rangga, matanya tidak beralih menatap wajah canting dan anggun didepan matanya.
Rangga terus menikmati wajah teduh dan cantik itu hingga dia juga terlelap.
Jam terus berjalan, malam semakin larut, udara dari pendingin ruangan semakin terasa, karena terlalu dingin Rangga jadi terbangun. Rangga melirik jam yang tergantung didinding sudah menunjukkan pukul dua pagi.
Rangga bangun dan berwudhu, Rangga ingin melakukan sholat tahajud, Rangga ingin memohon meminta petunjuk atas apa yang terjadi hari ini.
Selesai sholat Rangga melihat kesofa dimana Rena sudah meringkuk di atas sofa karena kedinginan.
Rangga mendekati sofa. "Apa gue bilang, Lo sih keras kepala, jadi gini 'kan." lirih Rangga.
Rangga berinsiatif mengangkat Rena, namun dia urungkan karena takut kalau Rena terbangun dan marah padanya.
Rangga kembali ketempat tidur, dia ingin melanjutkan tidurnya. Namun dia sekali lagi melihat Rena yang benar-benar kedinginan.
Rangga kembali lagi kesofa tempat Rena tidur. "Kalau gue angkat, takut dia marah, kalau gak diangkat, kasihan kedinginan." Rangga berdiri di dekat sofa, dalam pikirannya saat ini hanya ada Angkat atau gak.
"Lebih baik aku angkat, gue suaminya, jadi gue halal menyentuhnya. Kalau dia marah gue bisa beralasan kalau gue suami Lo, dan kita sudah sah." pikir Rangga tanpa menunggu lagi langsung mengangkat tubuh mungil Rena dan membawanya tidur ditempat tidur.
Setelah menidurkan Rena, Rangga juga merebahkan dirinya lagi disebelah Rena, walaupun ranjang itu berukuran king size, namun Rangga tetap menjaga jarak, Rangga tidur lebih ke tepi agar Rena tidak marah padanya saat terbangun tadi.
Akhirnya kedua pasutri itu terlelap hingga pagi datang menyapa. Rena yang sudah terbiasa terbangun disaat azan berkumandang, dia mulai mengerjakan matanya.
Disaat matanya mulai terbuka, betapa terkejutnya dia saat melihat dirinya tidur memeluk Rangga dan kepalanya berada didada bidang Rangga.
Rena sempat ingin memukul dada Rangga, namun dia cepat teringat kalau dia sudah menikah dengan Rangga, jadi wajar saja kalau dia dan Rangga tidur dengan posisi begitu.
Namun yang jadi masalah, kenapa dia bisa tidur memeluk Rangga dan juga berada ditempat tidur bersama Rangga.
"Bukankah tadi malam aku tidur disofa, lalu kenapa bisa berada disini?" tanyanya pada diri sendiri.
Rena merasa malu, karena ini pertama kali dia tidur memeluk lelaki, Rena dengan pipi memerah malu bangkit dengan pelan agar tidak membangunkan Rangga yang masih terlelap.
Rena tidak mau kalau Rangga terbangun dan melihat dirinya memeluk Rangga, betapa malunya dia.
Akhirnya Rena berhasil bangkit dari tempat tidur dan tidak mengganggu Rangga yang masih tertidur.
Rena langsung masuk kekamar mandi dan mengambil wudhu untuk melakukan kewajibannya sebagai umat muslim.
Saat Rena kembali dari kamar mandi, dai melirik ketempat tidur lalu berpikir bagaimana bisa dia berada ditempat tidur dengan Rangga.
"Apa mungkin tadi Abang yang membawaku tidur disana, lebih baik aku tanyakan nanti saja." Gumamnya. Kemudian dia langsung menuntaskan kewajibannya.
Selesai sholat subuh, Rena kembali menghampiri tempat tidur, Rena membangunkan Rangga agar tidak telat mengerjakan sholat subuh.
"Abang...Abang, bangun sudah subuh, apa Abang tidak mengerjakan sholat subuh?" tanyanya sembari tangannya terus menggoyang-goyangkan tubuh Rangga.
Rangga mengerjap, lalu melenggangkan semua otot-ototnya. Rangga memegang dadanya yang terasa nyeri karena Rena tadi tidur didada bidangnya.
Mata Rena tertuju pada tangan Rangga yang mengusap dadanya, Rena tau Rangga merasa berat didadanya karena dia.
Nana malu, namun dia tahan karena tidak mau Rangga tau dirinya tidur didada Rangga.
"Abang pergi sholat, itu sarung, peci dan sajadah sudah aku siapkan." Ucap Rena menunjuk pada sajadah dan juga baju yang dia siapkan untuk Rangga.
"Terimakasih." Ucap Rangga sembari berjalan kekamar mandi. Rena mengangguk saja tanpa bersuara.
Setelah dari kamar mandi, Rangga langsung mengerjakan sholatnya. Sedangkan Rena merapikan tempat tidur sembari menunggu Rangga selesai sholat.
Selesai Rangga sholat, Rena menghampiri suaminya dan bertanya. "Abang, mau minum kopi, biar aku buatkan?" tanya Rena lembut.
Rangga mengangguk. "boleh, kalau tidak keberatan." Jawab Rangga tersenyum pada Rena.
Rena jadi terpesona melihat senyum Rangga yang pertama kali dia lihat lelaki itu tersenyum.
"Wah, manis sekali kalau tersenyum." Gumam Rena sembari keluar dari kamar itu.
Rangga duduk disofa, dia melihat ponselnya yang begitu banyak notifikasi dari kedua sahabatnya.
"Ternyata begini kalau sudah punya istri, semuanya tidak usah meminta ataupun menyiapkan. Semua dilayani, dari baju, sampai kopi semuanya dilayani." lirih Rangga setelah membaca dan membalas pesan dari kedua sahabatnya.
"Non, mau apa, biar Mbok buatkan." Tawar Mbok Darmi saat melihat Rena sudah berada didapur pagi-pagi sekali.
"Eh, aku mau buatkan kopi Mbok, buat suamiku." Jawab Rena sembari menuangkan kopi kedalam gelas.
"Biar Mbok yang buat, Non tunggu saja dimeja makan." Mbok Darmi merasa tidak enak karena majikannya membuat kopi sendiri.
"Tidak apa-apa Mbok, biar aku sendiri yang buatkan." Jawab Rena.
Setelah selesai menyedihkan kopi, Rena langsung membawanya kekamar.
"Ini kopinya Bang." Rena meletakkan kopi tepat didepan Rangga.
Bersambung.