Terjebak Cinta Dosen Pembimbing
Bulan November kembali menyapa, begitu juga dengan hujan yang akan selalu setia menemani bulan ke sebelas di tahun Masehi ini. Seorang gadis dengan hijab berwarna mocca tampak mengibaskan blouse berwarna hitam selutut yang terkena hujan. Gadis dengan tinggi 164 cm itu merengut melihat penampilannya yang sedikit berantakan dibanding ketika ia berangkat dari kostnya tadi.
Langit di hari kedua bulan November ini mengisyaratkan jika ia masih mempunyai banyak stok air untuk dijatuhkan ke bumi, dilihat dengan bagaimana awan menghitam saat ini. Mata bulat dengan manik mata berwarna coklat gelap itu terus memandang ke arah langit, hatinya berdoa semoga saja ketika pulang nanti dia tidak basah kuyup.
Tangan lentiknya mengambil sehelai tisu dari tas hitam yang tersampir di bahu kanannya, dan menyapunya dengan lembut ke sekitar wajah untuk menghilangkan beberapa tetes air yang masih di melekat di kulitnya yang tidak di tumbuhi jerawat itu.
Jika si gadis tidak ingat hari ini ia akan mengurus persoalan dengan dosen pembimbing pertama skripsinya yang baru itu, ia tidak akan keluar dari selimut nyamannya sampai saat ini. Semua ini dikarenakan dosen pembimbing skripsinya yang dulu terkena stroke, dan tidak mungkin beliau akan menerima lanjutan konsultasi skripsi dari mahasiswa bimbingannya.
Hal itu membuat beberapa mahasiswa yang berada di bawah bimbingan beliau di alihkan ke beberapa dosen lain. Dan yang menjadi masalahnya sekarang adalah, gadis tersebut tidak tahu lebih tepatnya tidak mengenal dosen pembimbingnya yang baru tersebut. Meskipun kemarin ia telah mendapat surat penggantian pembimbing dari pihak Staf Program Jurusannya, namun ia tidak mengenal nama siapa yang tertera di SK pembimbingnya yang baru itu.
Dengan baju yang masih sedikit lembab ia menghampiri loket jendela kaca di depan kantor jurusannya dan mengetuknya sedikit sehingga membuat seorang perempuan yang usianya mungkin terpaut tujuh tahun di atasnya itu tersenyum ramah kepadanya dan menanyakan apa sang gadis punya masalah yang ingin ditanyakan.
“Apa ada masalah dengan SK pembimbing mu, atau ada kesalahan pengetikan” Senyum ramah tak pernah luntur dari wajah perempuan tersebut.
“Saya mau nanya mbak, ini kok saya gak kenal ya sama nama dosennya, ini salah atau ini memang dosen baru” Gadis itu berucap sambil menyodorkan SK Pembimbingnya.
“Oh, ini dosen baru, jadi beberapa mahasiswa dibawah bimbingan pak Anwar di alihkan ke dosen baru ini.” Perempuan tersebut masih setia dengan senyum manisnya. Bahkan si gadis sempat berfikir jika seandainya ia terlahir sebagai seorang lelaki, dia akan mencari tipe perempuan yang ramah seperti perempuan di depannya untuk menjadi pendampingnya.
“Oh gitu, makasih mbak Lis ya, oh iya mbak boleh saya minta nomor kontak beliau, saya berencana untuk konsultasi skripsi besok.” Perempuan itu menyodorkan sebuah buku yang sedikit tebal di mana di dalam buku tersebut terdapat data tentang dosen-dosen. Setelah membalik-balikkan beberapa halaman buku tersebut akhirnya gadis itu menemukan kontak orang yang dicarinya di halaman terakhir, di buku tersebut tertulis.
Nama : Aiman Al-Faruq
Tempat dan tgl lahir.: Melbourne, 06 April 1992
Pendidikan. :
S1 : Economy Business Management, Melbourne University
S2 : Economy Business Management, Melbourne University
S3 : Economy Business Management, Stanford University
Nomor kontak : 081167869xx
Setelah membaca data singkat mengenai dosen pembimbingnya itu, gadis tersebut sedikit ragu apakah dosennya itu bisa berbahasa Indonesia, namun setelah memastikan kembali nama dosennya, ia yakin jika dosennya itu memanglah orang Indonesia. Kini gadis itu sedang duduk seorang diri di kantin fakultasnya, dari tadi tangan kanannya sibuk menggeser layar ponselnya, sedangkan tangan kirinya sibuk memegang sedotan dan mengaduk cappucino dingin di depannya.
Semenjak 15 menit yang lalu, ia melakukan perang batin antara otak dan tangannya, otaknya memerintahkan untuk mengirim sebuah pesan ke dosen barunya tersebut, untuk mengatur jadwal konsulnya, namun tangannya belum melaksanakan perintah otaknya tersebut. Ada sedikit rasa takut untuk menghubungi dosen barunya tersebut.
Gadis itu tampak menyedihkan duduk seorang diri, bukan karena ia tidak memiliki teman, dia adalah gadis yang di cap mood booster oleh teman-temannya, ia bahkan sangat mudah menemukan teman dengan sikap supel dan sedikit sok kenal nya itu.
Namun sekarang kondisinya sedikit berbeda, dia merupakan mahasiswa tua, mungkin jika di survey dia merupakan angkatan tertua yang ada di kantin saat ini. Hal itulah yang membuatnya ingin cepat-cepat menyelesaikan kuliahnya. Mengingat hampir semua temannya sudah menyelesaikan kuliah mereka bahkan ada yang sudah menikah.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Cah Dangsambuh
mencoba mampir
2024-12-08
0
Anonymous
d
2024-11-25
0
Muslimah 123
123
2024-11-08
1