Lala, Si OB Lugu

Jarum jam sudah menujukkan pukul 02.00 dini hari. Kedua mata Lala dibuat tetap terjaga guna menunggu kepulangan pria yang akan menikahinya dalam waktu dekat. Pria itu belum pulang juga, tidak ada kabar apapun tentangnya.

Sampai pagi menjelang pun, Ethan belum pulang. Satu malaman ini Lala begadang hanya menunggu orang yang tidak pulang. Namun Lala tetap senang melakukannya karena ternyata rasa cintanya pada Tuan Ethan nya sangat lah besar.

Dua hari sudah Tuan nya belum ada pulang juga, hanya satu kali mengirimkan pesan pada Lala berisi kabar Ethan yang baik-baik saja dan belum bisa pulang karena banyak urusan.

Siang itu senyum Lala mengembang ketika terdengar bel apartemen berbunyi. Pasti Taun nya pulang. Lala segera berlari dan membukakan pintu. Namun saat pintu telah dibuka, senyumnya menghilang karena ternyata bukan Tuan Ethan nya. Melainkan Grandma yang datang sendiri.

"Grandma" Lala memeluk wanita sepuh itu cukup lama dan sangat erat. Kemudian keduanya duduk di sofa. Lala menawarkan diri untuk membuat teh herbal hangat untuk Grandma. Tetapi Grandma melarangnya, lalu meminta Lala duduk di depannya.

Kedua wanita beda generasi itu sangat mengkhawatirkan Ethan yang belum kunjung pulang. Itu semua karena kesalahan Lala yang sangat fatal.

"Bagaimana kabar kamu, La?." Tanya Grandma terkesan basa basi.

"Baik, Grandma. Grandma sendiri bagaimana?." Tanya balik Lala.

"Sehat, hanya saja..." sengaja Grandma menjeda ucapkannya sambil menatap wajah Lala.

Lala tahu Grandma lebih bersedih dari siapapun. Lala pun sangat menyesal telah melukai hati Grandma.

Hening untuk beberapa waktu hingga Grandma yang kembali buka suara.

"La."

"Iya, Grandma."

"Apa boleh Grandma meminta sesuatu dari kamu?."

"Boleh, Grandma. Apapun yang Grandma minta akan Lala penuhi dengan senang hati."

"Pergi yang jauh ke tempat dimana Ethan tidak akan pernah bisa menemukanmu. Supaya Ethan bisa menikahi Laura demi ribuan orang yang menggantungkan hidup mereka pada perusahaan Antam Group milik Ethan."

Deg...deg...deg

Degup jantung Lala berpacu dengan sangat cepat namun meski begitu kepala Lala mengangguk tanda menyetujui tanpa adanya bantahan.

"Tapi, kemana Lala harus pergi? Kemarin waktu Lala ke rumah Bang Rizal, Tuan Ethan tahu dan langsung membawa pulang ke apartemen." Akunya Lala jujur.

"Kamu bersedia meninggalkan Ethan?." Tanya Grandma lagi guna memastikan.

"Iya, Grandma." Tidak ada sedikitpun keraguan dalam ucapan Lala. Meski Grandma tahu itu pasti sangat berat Lala lakukan. Cinta pertamanya harus dia relakan untuk ribuan karyawan perusahaan.

"Kamu akan pergi ke negara yang Ethan tidak akan pernah tahu. Di sana kamu akan sekolah dan tidak akan pernah kekurangan apapun. Karena Grandma yang akan menanggung semuanya."

Lala tersenyum sambil mengangguk. Mempercayakan masa depan dan hatinya pada keputusan yang Grandma buat untuknya.

"Kapan Lala harus pergi dari Tuan Ethan?."

"Secepatnya, mungkin dua tiga hari ini. Itu akan lebih baik bagi perusahaan. Nanti akan Grandma kasih tahu pastinya kapan kamu akan berangkat. Kamu tidak akan membawa apapun hanya diri mu sendiri."

"Baik, Grandma."

Grandma tahu dia orang yang paling egois untuk hubungan Lala dan Ethan. Namun dia pun tidak memiliki pilihan lain karena Ethan sudah menolak keras untuk menikahi Laura. Maka jalan satu-satunya adalah melalui Lala.

.....

Lala termenung di depan jendela yang sengaja dibukanya sedikit. Menikmati angin malam yang menerpa kulit wajahnya. Sangat berharap Tuan nya segara pulang sebelum Lala pergi jauh.

Lala ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama Tuan nya dengan segenap perasaan cintanya.

Kalau pun Lala tidak sempat bertemu dengan Tuan nya dulu, mungkin itu sudah memang yang terbaik.

Air mata Lala menetes untuk pertama kalinya karena cinta. Cinta yang harus segara berakhir padahal itu cinta pertama Lala yang tidak akan pernah didapatkan lagi dari pria mana pun di luar sana.

Sayup-sayup terdengar langkah kaki yang tertangkap oleh pendengarannya. Lala berdoa semoga itu cintanya dan benar saja saat Ethan masuk ke dalam kamar. Pria tampan itu terlihat begitu sangat lelah.

Lala segera menghambur ke dalam pelukan Tuan Ethan nya. Memeluknya dengan sangat erat sambil berurai air mata.

"Lala sangat mencintai Tuan Ethan." Bisiknya sambil memberanikan diri mengecup pipi Tuan nya untuk beberapa saat.

Raga Ethan yang begitu sangat lelah sirna sudah seketika karena perlukan hangat Lala yang menyambut kepulangannya dengan senyum bahagia serta ungkapan cinta yang begitu manis dari gadis lugunya.

"Aku lebih sangat mencintaimu, Lala ku." Ethan semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh mungil Lala. Wanita yang benar-benar sangat dicintainya sampai dia sudah merelakan perusahaan dan mengorbankan ribuan orang hanya untuk Lala.

Lala tersenyum menatap wajah Tuan nya, membingkai wajah tampan nan rupawan itu dalam ingatan yang akan selalu menemaninya.

"Besok tidak usah masuk kantor, kita di sini saja."

"Iya, Lala akan menemani Tuan Ethan di sini selama yang Tuan Ethan mau."

"Please jangan panggil Tuan, panggil aku apa saja asalkan jangan Tuan."

Lala tampak berpikir sejenak, mencari panggilan yang tepat untuk disematkan pada pria yang benar-benar sangat dicintainya hingga dia pun rela melakukan apapun demi cintanya.

"My First Love" ucap Lala serius.

"Dapat dari mana kata-kata seperti itu?."

"Lala mencari di internet."

"Apa Tuan Ethan suka?."

"Sangat suka, Lala. Tapi Bagaimana kalau dipanggil cintaku saja?."

"Hmmm...." Lala mengangguk setuju.

Ethan dan Lala saling menatap dalam diam, keduanya miliki cara berpikir yang berbeda. Melihat dari sudut pandang yang berbeda pula namun hanya cinta mereka yang benar-benar sama. Rela memberikan yang terbaik untuk cinta mereka.

Malam semakin larut, kedua orang berlainan jenis itu duduk di depan tv layar lebar yang menyala. Keduanya masih terjaga ditemani dengan sebuah tontonan drama yang ternyata sangat menyayat hati Lala. Sepasang kekasih yang rela berkorban untuk satu sama lain. Hal itu akan segara dilakukannya untuk cintanya.

"Kamu menangis?." Ethan menarik dagu Lala hingga wajah mereka saling berhadapan.

"Filmnya sedih banget" ucap Lala sambil terisak.

"Itu hanya film saja, sayang. Di dunia nyata mana ada yang seperti itu. Dan kita pun tidak akan pernah terpisahkan oleh apapun."

Lala mengangguk sembari menubrukkan wajahnya pada dada bidang Ethan. Menyembunyikan air matanya di sana, merasakan setiap detak jantung Ethan yang berpacu dengan sangat cepat.

" Maaf kan Lala, Lala sudah membuat Ethan dalam masalah besar." Batin Lala sambil cepat menghapus air matanya. Lalu tersenyum saat Ethan kembali menarik dagunya hingga jarak bibir mereka sangat dekat.

"Cintaku boleh melakukannya, Lala sudah siap dan dengan senang hati ingin melakukannya." Ucap Lala sembari menempelkan kening mereka.

Bersambung

Terima kasih untuk dukungannya 🙏🙏😘😘