NovelToon NovelToon
PESONA ADIK ANGKATKU

PESONA ADIK ANGKATKU

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / cintamanis / Cinta Terlarang / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Dalam keluarga yang harmonis, hidup seorang pemuda bernama Raka. Meski bukan saudara kandung, dia memiliki hubungan dekat dengan adik angkatnya, Kirana. Mereka tumbuh besar bersama, berbagi suka dan duka layaknya saudara sesungguhnya.

Namun seiring berjalannya waktu, Raka mulai memandang Kirana dengan cara yang berbeda. Kecantikan dan kemanisan gadis itu mulai membuatnya terpesona. Perasaan terlarang itu semakin membuncah, mengusik hubungan persaudaraan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14 Berselisih jalan

Setelah mengungkap kembali luka menganga di masa lalu, Raka merasa seperti berjalan di atas pecahan kaca. Hatinya begitu pedih mengingat betapa kejamnya dia telah memperlakukan Kirana, adik angkat yang seharusnya dilindungi dan disayangi. Namun hasrat terlarang justru membutakannya hingga sanggup berbuat tindakan keji tak berperikemanusiaan itu.

Dalam pertemuan konseling berikutnya, Dr. Rahmat kembali mengupas lebih dalam akar permasalahan yang mendorong Raka berbuat senekat itu terhadap Kirana.

"Jadi, sejak kapan Anda mulai memandang Kirana dengan cara yang berbeda, bukan lagi sebagai saudara?" tanya sang dokter, membidik tepat ke inti masalah.

Raka menghela nafas berat. "Saya mulai merasa ada yang berbeda sejak Kirana menginjak usia remaja, Dok. Tubuhnya mulai tumbuh dengan lekuk-lekuk yang memesona mata lelaki..."

"Lalu perasaan aneh apa yang Anda rasakan saat melihat perubahan fisiknya itu?"

"Entahlah... Yang jelas pandangan saya seperti terkunci melihat lekuk tubuh Kirana saat dia berjalan. Apalagi jika dia mengenakan pakaian yang agak ketat..." Raka memejamkan mata frustrasi. "Maaf, ini terdengar sangat mesum..."

Dr. Rahmat menggeleng. "Tidak perlu minta maaf. Justru kejujuran seperti inilah yang saya butuhkan untuk menyelami akar permasalahannya."

Raka mengangguk lemah lalu melanjutkan. "Saya merasa seperti ada gairah aneh yang membuat bibir saya kering setiap kali melihat Kirana berpakaian terbuka. Lalu bayangan-bayangan mesum dan vulgar tentang tubuhnya pun mulai melintas di kepala saya..."

Sang dokter mendengarkan dengan saksama, sesekali mengangguk sambil mencatat poin-poin penting di bukunya. "Saya mengerti, silakan teruskan..."

"Itu terus berlanjut hingga akhirnya saya mulai terngiang untuk ingin menyentuh dan mencicipi tubuh Kirana. Nafsu itu seperti monster buas yang menggerogoti saya tanpa ampun..." Raka kembali terisak pedih mengingat titik balik kehancuran dirinya. "Dan akhirnya saya benar-benar kerasukan nafsu laknat itu hingga melakukan perkosaan tak berperikemanusiaan pada Kirana sendiri..."

Dr. Rahmat menghela nafas panjang. "Ini sudah merupakan penyimpangan seksual yang akut, Raka. Tentu saja awalnya hanya hasrat terpendam, tapi karena tidak pernah tersalurkan ke jalur yang benar, makanya membengkak menjadi ke obsesian yang mengerikan pada akhirnya."

"Jadi maksud Anda... seharusnya sejak awal saya memang harus menekan atau mengalihkan hasrat kotor itu pada jalur yang benar?" tanya Raka dengan sorot memelas.

Sang dokter mengangguk singkat. "Harus diakui, hasrat dan gairah seksual memang hal yang wajar pada usia remaja menuju dewasa seperti Anda saat itu. Tapi karena objek hasrat Anda jatuh pada saudara sendiri, di situlah letak penyimpangannya."

"Lalu seharusnya bagaimana, Dok? Apa yang seharusnya saya lakukan agar tidak menjelma menjadi monster keji seperti itu?" Raka memandang Dr. Rahmat dengan putus asa.

Sang psikolog menghela nafas panjang. "Yang seharusnya Anda lakukan adalah segera menyadari bahwa hasrat pada Kirana adalah penyimpangan serius. Setelah itu, Anda harus mengalihkan hasrat tersebut ke jalur yang benar, seperti mencari pasangan atau mengalirkannya lewat hobi dan aktivitas positif lain."

"Sayangnya justru saya terlena dalam lingkaran setan itu hingga memuncak pada tindakan laknat saya pada Kirana..." Raka memejamkan mata meringis.

"Nah, itulah yang menjadi akar permasalahan sesungguhnya di sini. Andai dari awal Anda mengakui kecenderungan penyimpangan tersebut sebagai sesuatu yang harus disadari dan dikendalikan..." Dr. Rahmat menggeleng prihatin. "Pasti tidak akan sepahit ini jalannya..."

Raka mengangguk lemah dengan sorot memelas. "Bolehkah... bolehkah saya bertemu Kirana untuk memohon ampun setelah semua ini, Dok?"

Sang psikolog terdiam sejenak, lalu berkata bijak. "Tentu saja, Raka. Itulah sesungguhnya garis akhir dari proses rehabilitasi kita ini. Memulihkan keadaan batin Anda agar Anda bisa menemui Kirana dengan jernih dan meluruskan semuanya. Tentu dengan syarat Kirana sendiri telah membuka hatinya untuk menerima Anda kembali..."

Seketika sebersih harapan pun membuncah di dada Raka yang selama ini remuk redam oleh rasa bersalah. Dia akan berjuang menapaki jalan terjal rehabilitasi ini hingga ke puncaknya, demi bisa bertemu dan memohon ampun pada Kirana suatu hari nanti...

...

Hari demi hari berlalu bagi Raka dalam menjalani proses rehabilitasi jiwanya. Setiap kali bertemu Dr. Rahmat, luka menganga di hatinya seolah terkoyak semakin lebar. Membongkar memori kelam masa lalu memang bagaikan melewati neraka kedua kalinya.

Namun Raka bertekad untuk tetap melangkah maju, tak peduli seberapa pedih pun itu. Satu-satunya harapan yang menguatkannya adalah suatu hari nanti dia akan bisa menemui Kirana, sang adik angkat yang telah dinodai nya dengan begitu keji, lalu memohon ampun dengan sepenuh hati.

"Kenapa Anda begitu dibayangi obsesi pada Kirana saat itu?" tanya Dr. Rahmat dalam sesi konseling berikutnya. "Bukankah ada banyak wanita lain yang bisa menjadi objek pelampiasan hasrat Anda?"

Raka menghela nafas berat. Memories kelam itu kembali membanjiri benaknya seperti tsunami kenangan mengerikan yang tak tertahankan.

"Entahlah, Dok. Yang jelas obsesi saya pada Kirana sudah seperti binatang liar yang sulit dikendalikan," akunya dengan sorot memelas penuh rasa bersalah. "Setiap kali bersamanya, bayangan vulgar tentang tubuhnya terus bercokol di kepala saya. Membuat saya sulit berpikir jernih..."

Dr. Rahmat mengangguk, "Mungkin karena kedekatan sejak kecil sebagai saudara yang selalu bersama membuat obsesi itu makin kuat menancap di batin Anda?"

"Mungkin memang begitu, Dok..." Raka kembali terisak. "Apalagi Kirana begitu cantik dan memesona. Rasa kagum pada dirinya sebagai saudara perlahan tapi pasti berubah menjadi hasrat terlarang yang mengerikan..."

"Nah, inilah akar konflik batin terbesar yang seharusnya Anda sadari sejak awal," tukas sang dokter bijak. "Ketika hasrat terlarang itu muncul, Anda seharusnya bisa mengendalikannya dengan melakukan pelampiasan ke jalur yang benar. Bukan malah membiarkan obsesi itu membelenggu hingga memuncak pada tindakan perkosaan keji itu."

Raka memejamkan mata meringis pedih. Kenangan malam mengerikan itu memang tak pernah benar-benar sirna dari benaknya. Jeritan ketakutan dan air mata Kirana seolah terus menghantui.

"Tapi bagaimana caranya, Dok? Bagaimana saya bisa memupus obsesi itu saat itu? Saya sungguh tak berdaya melawan godaan nafsu belaka," Raka memandang Dr. Rahmat dengan putus asa.

"Yang seharusnya Anda lakukan adalah membuka diri Anda pada orang-orang tepercaya seperti orangtua atau psikolog," jawab sang dokter tenang. "Dengan begitu, kemelut batin Anda bisa dikendalikan sebelum berubah menjadi penyimpangan akut seperti itu."

"Jadi seharusnya saya tidak menanggung beban obsesi itu sendirian..." Raka mengangguk lesu. "Andai dulu saya cukup terbuka untuk berbagi pada orangtua atau mencari bantuan, pasti semuanya tidak akan separah ini..."

Dr. Rahmat menghela nafas panjang. "Memang benar begitu, Raka. Kehidupan seorang manusia tidak bisa terpisah dari dosa dan godaan. Yang terpenting adalah kita bisa mengakui dan mengendalikannya sebelum terlambat."

"Lantas... apakah masih ada harapan bagi saya untuk bertemu Kirana dan memohon ampun setelah semua yang terjadi, Dok?" Raka memandang sang psikolog dengan sorot memohon harap-harap cemas.

Dr. Rahmat tersenyum lembut. "Jalan untuk bertemu Kirana memang masih terbuka lebar. Tapi untuk mencapai kesana, Anda harus benar-benar melepaskan belenggu obsesi keji itu dari jiwa Anda. Bersihkan pikiran dan hati Anda hingga bak kembali suci seperti semula."

"Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk itu, Dok! Demi bisa menemui Kirana lagi dan menebus semua kesalahan saya..." Tekad membara kembali membuncah di dada Raka.

Memang jalan rehabilitasi yang dilaluinya kini bagaikan neraka dunia. Tapi demi meraih pengampunan Kirana dan membebaskan diri dari belenggu obsesi terlarang, Raka rela melaluinya sekuat tenaga. Dia tidak akan menyerah untuk bisa kembali bersatu jalan dengan sang adik di akhir penantian panjang itu.

. ..

Sepanjang sesi konseling itu, memori menyakitkan tentang malam mengerikan di mana Raka memperkosa Kirana terus membanjiri pikirannya. Jeritan ketakutan dan isak tangis memilukan sang adik angkat seolah bergema di telinganya, mengoyak nuraninya yang tersisa.

"Saya sungguh keji, Dok. Bagaimana mungkin saya bisa melakukan perbuatan sekeji itu pada Kirana?" Raka meringis pedih mengingat detik-detik mengerikan ketika dia mencengkeram tubuh Kirana yang meronta ketakutan.

Dr. Rahmat memandangnya dengan sorot teduh. "Memang tindakan Anda saat itu sudah kelewat batas, Raka. Tapi kita semua manusia, tak luput dari godaan setan nafsu sekalipun itu terlarang."

"Lantas apa yang seharusnya saya lakukan agar tidak terjerumus separah itu?" tanya Raka memohon. "Bukankah sejak awal saya seharusnya menyadari kecenderungan penyimpangan itu?"

Sang dokter mengangguk bijak. "Memang benar begitu. Ketika obsesi terlarang Anda pada Kirana mulai muncul, seharusnya Anda sadari bahwa itu adalah gejala buruk yang harus segera dikendalikan."

Raka menghela nafas panjang. Dia teringat lagi bagaimana awalnya dia hanya memandang Kirana sebagai adik yang disayangi. Namun lambat laun, pandangan itu berubah menjadi obsesi terselubung yang keji.

"Seharusnya sejak awal saya menyadari bahwa obsesi saya pada Kirana adalah penyimpangan serius yang harus disadari dan dikendalikan," gumam Raka memelas. "Kalau saja saya cukup terbuka untuk berbagi dengan orangtua atau mencari bantuan psikolog..."

"Tepat sekali," Dr. Rahmat mengangguk. "Anda tidak boleh membiarkan hasrat dan obsesi terlarang itu berkembang semakin akut. Segera sadari dan cari bantuan untuk meredam dan mengalihkannya ke jalur yang benar, seperti mencari pasangan atau mengalirkannya lewat hobi dan aktivitas positif."

Raka memejamkan mata meringis. Semua sudah terlambat ketika malam mengerikan perkosaan itu terjadi. Hasrat dan obsesinya sudah menjelma menjadi monster buas yang merenggut kemanusiaannya.

"Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang, Dok? Agar saya bisa menebus semua kesalahan keji saya di masa lalu?"

"Yang harus Anda lakukan sekarang adalah melepaskan belenggu obsesi itu sekuat tenaga dari jiwa Anda," jawab Dr. Rahmat tenang. "Bersihkan pikiran dan hati Anda hingga terbebas dari bayangan-bayangan keji tentang Kirana maupun hasrat terlarang lainnya."

Raka mengangguk lemah. "Saya akan berusaha sekuat tenaga... Meski rasanya seperti merobek belah jiwa sendiri."

"Lakukan itu, Raka. Berjuanglah sekuat tenaga untuk membersihkan diri dari obsesi terlarang itu. Hanya dengan begitu, Anda bisa benar-benar menemui Kirana dengan hati yang bersih dan jiwa yang jernih," Dr. Rahmat menepuk pundaknya meyakinkan.

"Itu adalah satu-satunya harapan saya... bisa memohon ampun pada Kirana atas semua noda hitam yang telah saya torehkan di masa lalu," Raka menghela nafas berat. "Terima kasih, Dok. Anda telah menunjukkan jalan yang benar untuk menebus dosa saya."

Sang dokter tersenyum bijak. "Kita semua berjalan di jalan yang sama dalam menjalani kehidupan, Raka. Yang terpenting adalah kita bisa mengenali dan meluruskan kembali saat melenceng dari jalur kebenaran."

Meski masih dibelenggu rasa bersalah yang membelenggunya, Raka bertekad untuk mengikuti proses rehabilitasi ini hingga tuntas. Menapaki jalan terjal penuh duri demi mencapai ujung pengampunan dari sang adik, Kirana. Hanya di sanalah dia bisa benar-benar memulai lembaran baru untuk menebus segala kekhilafan masa lalunya.

...

1
Almaa
kemilau hppyEnd, thanks sehat slalu thor🙆🏻‍♀️
Almaa
/Blackmoon/
Almaa
<3
dan
wah ini raka nya mesum🤣
Almaa
nyesekkk bgt jadi Kirana, until ifeel that:/
dan
menarik ceritanya
Almaa
greged/Blackmoon/
Almaa
sangat interesting thor🌚
Anonymous
👍👍👍
Anonymous
👍
Anonymous
semangat thor
Anonymous
bagus ceritanya
Anonymous
👍
yong leee
lanjut thor
remember
bagus
remember
seru
penakosong18
🔥🔥
penakosong18
lanjut tor
HRN_18
halo raeder semua,jangan lupa tinggalkan vote kalian ya🥰😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!