NovelToon NovelToon
11 (Peringatan)

11 (Peringatan)

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Balas Dendam / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Tasya_putt

Peraturan sekolah yang membuat semua siswa-siswi sekolah merasa takut jika melanggar 1 kesalahan saja. Dimana jika terjadi kesalahan akan terjadinya sesuatu yang membuat dirinya tidak bisa melihat Bumi lagi.

Angka Lahir 11 menjadi tidak tenang karena Hidupnya akan menjadi giliran selanjutnya jika melanggar atau melakukan kesalahan tersebut.

Permainan itu perlahan hancur ketika Datangnya Seorang wanita dari luar negara yang berperan sebagai Siswa Pertukaran Pelajar. Dan mulai mencari cara untuk menggagalkan Permainan tersebut bahkan ingin sekali menghancurkannya.


Real Hasil Karya Author sendiri, Jangan lupa dukung Aku ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tasya_putt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peraturan Aneh

Larangan sekolah Dwight School mempunyai peraturan Aneh, bahkan sebagian siswa pernah membantah peraturan tersebut karena dianggap aneh.

Tetapi itupun tidak diperdulikan oleh pihak sekolah peraturan tetaplah peraturan, semua yang siswa yang bersekolah di Dwight School wajib mengikuti peraturan tersebut.

Dan Yesha pun baru mengetahui peraturan itu, bagaimana perasaannya melihat salahsatu yang tidak diperbolehkan adalah yang dilakukan oleh Yesha, yaitu mempunyai Sabahat dan angka kelahiran nomor 11.

Jika seperti ini Yesha harus bagaimana.

" Masuklah, jangan kemana-mana" mengantar Yesha sampai depan kelasnya.

" Iya " jawab singkat Yesha langsung masuk kedalam kelas.

Tanpa disadari Kim Haneul melihat mereka yang terlihat begitu dekat, Yong jin pun menyadari seperti ada yang melihat mereka berdua.

Tatapan mereka bertemu dan tidak ada sapaan atau senyuman kecil. Hanya ekspresi datar yang mereka lihatkan.

Yesha hanya pura-pura tidak tahu dalam hal ini. Dengan cepat Yesha langsung menyapa Haneul yang masih memasang wajah datarnya

" Haneul-a bagaimana kabarmu? " Menepuk kecil bahu kiri Haneul dengan senyuman tipisnya

" Cukup baik " tanpa melihat ke arahnya, sepertinya moodnya kurang mengenakkan.

Dalam beberapa menit mereka hanya berdiam saja dan tidak ada kata ataupun kalimat yang keluar dari mulut mereka berdua.

Yesha yang merasa perasaannya tidak enak, Dia pasti terkejut mengapa dirinya diantar oleh Yong jin sampai depan kelas yang notabenenya adalah mantan pacarnya Kim Haneul.

" Haneul-a " panggil Yesha dengan nada rendah

" Hm " jawab singkat

" Apa kau tidak bertanya mengapa aku berangkat bersama dengan Yong jin? " Tanyanya dengan ragu

" Untuk apa? Aku bahkan bukan lagi siapa-siapa Dia, jadi tenanglah " balasnya sambil melebarkan senyumnya.

Yesha pun sedikit lega dengan jawaban Haneul barusan.

Masalah mengenai peraturan aneh itu, Yesha ingin sekali bertanya pada Haneul. Apakah peraturan ini sudah lama didirikan atau ini peraturan baru.

Menepuk kecil punggung Haneul dan bertanya padanya mengenai peraturan Aneh tersebut.

" Haneul-a, aku ingin bertanya apakah peraturan ini sudah lama didirikan, atau peraturan masih baru? " 

" Kenapa? Kau tidak setuju dengan peraturan itu? " Menaikkan sebelah alisnya

" Bukan seperti itu, hanya saja agak Aneh jika diikuti " dengan senyum kikuknya

" Kau tahu jika kau melanggar peraturan tersebut akan mendapatkan hukumannya? " Wajahnya Menoleh kearah Yesha

" Memangnya apa hukumannya? Apakah berat? " Tanya lagi Yesha

" Kau tahu mengapa banyak sekali siswa disini yang tewas? " 

" Maksudnya tragedi di Toilet itu? " Membuatnya semakin penasaran

" Hm, mereka semua yang melanggar salah satu peraturan tersebut dan harus menerima konsekuensinya " 

Jantung Yesha seketika berdetak dengan cepat, bagaimana kehidupan selanjutnya jika dihantui dengan peraturan aneh itu. Bahkan ada 2 peraturan aneh yang Yesha tidak bisa dihindarkan

Yaitu Yesha mempunyai 2 sahabat yang sudah seperti keluarga, Wisna dan Abram dan yang kedua Sudah dari lahir Yesha di takdirkan mempunyai angka kelahiran nomor 11, itupun tidak bisa diubah.

Jika ini adalah hukuman, apakah ada solusinya untuk menghindari hukuman peraturan tersebut?. Sampai sini juga Yesha tidak tahu harus bagaimana.

" Jadi Yesha-ssi, kau harus berhati-hati jika dari salah satu peraturan tersebut ada padamu. Ingat!! selalu waspada " bisikkannya mempunyai bulu kuduk Yesha berdiri.

Wajah ekspresi semakin tegang, pikiranpun tak tenang. Dulu hanya ingin sekolah tingkat tinggi dan sekarang malah menjadi sebuah malapetaka baginya, seharusnya Yesha mematuhi ucapan ibunya, Pasti dirinya tidak akan mendapatkan masalah seperti ini.

( Dinggg.....Donggg.....) Waktu istirahat dimulai

Sikap Kim Haneul kini merubah yang biasanya selalu tersenyum padanya dan selalu mengajaknya berbicara bahkan bercanda, sekarang tidak bicara sedikit pun kalau bukan Yesha yang memulai pembicaraannya.

Teman dekat kelasnya menjauh dan Yesha merasa Sedih, Sikap baik dan perhatiannya seketika menghilang dari diri Haneul untuk dirinya, apakah karena Sosok Yong jin ini? Jika itu membuat pertemanannya terputus, Yesha bersedia untuk menjauh bahkan menghilang dari hadapan Yong jin demi sebuah pertemanan untuk tetap utuh.

" Haneul-a apakah kau tidak mau kekantin? " Panggil Yesha melihat Haneul berbelok ke arah kiri yang bukan jalur ke kantin sekolah.

" Aku tidak lapar " balsnya menoleh ke Yesha lalu pergi meninggalkan Yesha sendiri.

" Dia sekarang berubah " lirihnya melihat kepergiannya semakin menjauh.

Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang, otomatis Yesha berbalik arah melihat siapa yang menepuk punggungnya.

" Wisna Abram? Aaahh gue kangen Kalian berdua " memeluk kedua tubuh Mereka dengan sangat erat.

" Kita jarang ketemu ah sekarang sha " jawab Abram dengan cemberut.

" Kalo gitu bantu gue buat bisa melepaskan Yong jin dari gue " 

" Bakal gue usahain " bisiknya agar tidak terdengar oleh orang lain.

Wisna dan Abram mengajak Yesha kekantin untuk menikmati istirahatnya. Mereka tidak banyak memesan, Yesha dan Wisna memesan minuman jus Pisang dan jus semangka, sedangkan Abram memesan nasi goreng dan air putih.

" Sha, dia tahu kalo Lo sama kita? " Tanya Wisna, apakah Yong jin sudah tahu kalau Yesha sedang berada dikantin bersama mereka berdua

" Astaga gue lupa " menepuk jidatnya karena lupa memberitahu Yong jin, segera mengambil Hpnya di saku Roknya dan mengetik nama Yong jin di ponselnya lalu menghubunginya.

Tut.. (Yong jin menerima telponnya)

" Wae?(Kenapa?) " Tanya Yong jin

" Aah Oppa, mian... Pasti Oppa mencariku kan? Aku sedang ada di kantin bersama temanku dan Oppa pun pasti tahu siapa temanku... Maaf, aku tidak izin padamu " dengan sedikit ragu

Jawaban Yong jin malah membuat Yesha menautkan kedua alisnya, tumben sekali Yong jin menjawabnya dengan tenang dan Biasa saja saat Yesha bersama dengan sahabatnya itu tanpa seizinnya.

" Hm Baiklah " balasnya singkat

" Mwo?(Apa?) " Yesha terkejut

" Ada apa? " 

" Aah tidak, terimakasih Oppa " jawabnya dan langsung memutuskan sambungannya

Wisna dan Abram penasaran apa yang mereka bicarakan berdua dibalik telponnya, dan yang lebih penasarannya lagi saat Yesha terkejut saat mendengar jawaban Yong jin tadi.

" Lo kenapa kaget gitu? " Tanya Wisna

" Yesha Lo kenapa? " Tanya Abram

" Dia bikin gue kaget, baru kali ini gue gak izin tapi gak dimarahin terus biasanya gue langsung disamperin, tapi baru kali ini beda, Dia jawab 'Hm Baiklah' santai banget woy.... Tapi gapapa, kayaknya dia butuh waktu sama yang lain juga, gue juga masih kangen sama kalian " Ucap Yesha sambil memeluk Wisna gemas

" Gue gak dipeluk gitu? " Dengan wajah sinisnya

" Dasar pala Peang, kalo dia meluk Lo yang ada pawang dia nerkam Lo sampai mampus " celetuk Wisna membuat Abram diam seribu bahasa

" Sudahlah, jangan berantem Mulu... Sekarang kita nikmati waktu yang singkat ini " sambil menikmati minuman pesanan mereka

Yesha pun penasaran dengan bukti selanjutnya tentang Teror 11 itu, akhirnya Yesha bertanya pada mereka bagaimana perkembangannya. Apakah sudah ada kemajuan?

" Na... Ram... Gimana tentang Teror itu, Lo udah dapet bukti? " Ucapnya dengan nada pelan agar tidak terdengar siswa lain.

" Abram Nemu pintu rahasia dibalik dinding, tapi belum tahu cara bukanya gimana? " Bala Wisna

" Lo serius? " Menatap Abram, dan Abram pun menganggukkan kepalanya

" Pintu itu ada diruangan yang tidak boleh dimasuki oleh orang lain bahkan guru sekalipun, hanya yang diperbolehkan adalah kepala sekolah dan pemilik sekolah tersebut, dan anehnya di ruangan itu gak ada Cctvnya, itu yang membuat gue curiga " penjelasannya

" Aneh, biasanya kalo itu ruangan rahasia... Pasti bakal banyak cctv dimana-mana, bahkan Alarm pendeteksi bahaya bila ada orang yang masuk suka berbunyi tiba-tiba, dan ini enggak ada sama sekali? Aneh sekali " berusaha berpikir

" Menurut gue Ruangan itu bukan target kita, itu hanya tipuan belaka. Mereka hanya ingin memancing kita hanya berfokus pada Ruangan itu. " Penjelasan Wisna membuat Yesha dan Abram menganggukan kepalanya

Yesha baru sadar kali ini, otaknya seketika encer. Lalu membuka suara mengenai ucapan yang ada di otaknya itu.

" Tunggu!! gue mau tanya, kejadian teror 11 ini sudah terjadi berapa lama? Apakah ditahun sekolah kita pas awal atau sudah bertahun-tahun lamanya? " Tanyanya

" Lah iya gue gak kepikiran kesana " Wisna baru ngeh.

" Dan korban teror itu pun jika dihitung sudah ada 4 korban di berbeda tempat dan mempunyai ciri-ciri yang sama yaitu tulisan angka 11 di telapak tangannya, yakan? " Wisna dan Abram mengangguk

" Lalu saat kejadian tersebut, apakah orang tua mereka menjalankan otopsi? biasanya mencari bukti lain lewat uji lab di tubuhnya, dan aku belum pernah dengar dari pihak orangtua para korban memaksa menjalankan Otopsi untuk anaknya yang meninggal, malah dibiarkan begitu saja. Kasus itupun hilang tanpa sebab dan berjalan seperti kehidupan biasanya " 

" Hanya saja kejadian baru itu mayat cewek di kamar mandi itu, orangtua korban minta keadilan, bahkan sebagian reporter ingin meliput sekolah itu lebih dalam tetapi tidak diperbolehkan, nah setelah itu gak ada berita lagi yang beredar dimana-mana. Bahkan pihak orang tua korban pun tidak bersuara lagi meminta keadilan untuk anaknya. Hilang begitu saja " tambah Abram

" Terus kalo gitu Lo mau maksa Otopsi Korban itu? Mana mungkinlah orang mayatnya juga udah jadi debu karena sudah di kremasi " balas Wisna

" Gue mau datang langsung ke orangtua korbannya " jawabnya membuat Mereka berdua terpelongo sambil melihat Yesha yang sedang serius.

" Lo gila? " Abram panik

" Sha, mending Lo pikirin baik-baik dululah " bujuknya

" Waktu kita gak banyak Na... Ram, kita disini hanya diberi waktu satu tahun, bahkan kita gak terasa sudah 4 bulan tinggal dikorea. Apa kalian berdua mau terus-terusan seperti ini  menunggu korban selanjutnya? Bahkan Lo (Wisna) dan gue pasti mati juga kalo kita gak bertindak lebih jauh " Wisna pun pastinya setuju karena ini juga menyangkut nyawanya sendiri.

Abram pun mengangkat suara dan bertanya mengenai tindakan selanjutnya untuk mencari bukti lain

" Jadi apa yang harus kita lakuin buat dapet bukti Otopsi itu? " Tanya Abram pada Yesha.

" Paksa orangtuanya untuk bicara dengan jujur, orangtua mana anaknya yang meninggal secara tragis tidak mendapatkan keadilan secara hukum " 

" Kapan? " Tanya Wisna

" Dimulai Minggu depan " jawab Yesha " mana mungkin Korban secara tragis seperti itu tidak dilakukan untuk Otopsi, pasti antara di pihak orang tuanya dan Dokter Ahli Patologi tersebut mempunyai buktinya dan itu disembunyikan paksa secara sengaja agar tidak diketahui publik " mereka bertiga pun Saling memandang dengan tatapan serius, benar yang dikatakan Yesha, mereka berdua menganggukkan kepalanya.

1
anggita
ooh, sudah lama banget yah sekolahnya😑.
anggita
dukung like👍+ hadiah tonton iklan☝. semoga lancar jaya novelnya 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!