Tertarik pada seorang wanita adalah hal tersulit untuk David rasakan setelah beberapa tahun yang lalu ditinggal pergi begitu saja oleh wanita yang sangat dicintainya.
Di usianya yang tak lagi muda, David bahkan tidak memikirkan untuk menikah dan berusaha memulai menjalin hubungan kembali dengan seorang wanita.
Di tengah ketenangan hidupnya, David mulai merasa terusik dengan kehadiran seorang wanita bernama Embun yang berstatus anak dari pembantu yang bekerja di rumahnya.
Menurut David, kehadiran Embun di rumahnya hanya membuat petaka untuknya sebab sang mama yang awalnya sudah tak lagi berniat menjodohkannya, kini kembali berniat untuk menjodohkannya dengan Embun dan melakukan berbagai cara agar dirinya mau menikahi Embun.
Hingga tanpa David sadari, di suatu malam ia terjebak dengan rencana sang mama yang mengharuskannya untuk menikahi Embun. Anak dari pembantu yang sudah lama bekerja di rumahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 - Tidur Di Sini Malam Ini
David yang sudah selesai memakai pakaian menatap ke arah pintu dimana Embun tengah memutar hendle pintu kamarnya beberapa kali. "Kenapa kau masih berdiri di situ?" Tanya David kesal.
Embun menoleh menatap wajah David yang nampak tak bersahabat saat menatap wajahnya. "Maaf, Tuan. Pintunya gak bisa dibuka."
"Apa?!" Kedua mata David melotot. Untuk memastikan perkataan Embun benar adanya, David pun melangkah ke arah pintu dan memutar hendle pintu. "Kenapa pintunya bisa terkunci?" Tanya David. Ia melihat ke arah gantungan kunci terlihat tidak ada kunci yang tersangkut di sana.
"Saya juga gak tau, Tuan. Tadi perasaan pintunya gak dikunci." Jawab Embun.
"Tidak mungkin pintunya bisa terkunci sendiri jika kau tidak menguncinya!" Ketus David.
Embun menggelengkan kepala. Ia benar-benar tidak tahu untuk hal yang satu itu. Tadi saat ia membantu David masuk ke dalam kamar, Embun ingat betul jika ia tidak mengunci pintu kamar itu. Lagi pula, untuk apa ia mengunci pintu kamar David?
"Kau pasti yang mengunci pintunya, kan? Sekarang ayo katakan dimana kuncinya!" Suara David terdengar mulai memaki.
"Saya benar-benar gak tau, Tuan. Bukan saya yang menguncinya. Lagi pula sejak tadi saya sibuk membantu Tuan." Embun memberikan pembelaan. Perkataan Embun pun berhasil membuat David yakin jika tidak mungkin Embun yang mengunci pintu kamarnya.
David kembali memutar hendle pintu. Berharap hendle pintu tersebut bisa terbuka. Namun setelah beberapa kali mencoba, usahanya tak kunjung membuahkan hasil.
"Bagaimana ini, Tuan. Siapa yang mengunci pintu kamar anda?" Embun mulai panik. Otaknya pun mulai berpikir buruk jika ada makhluk halus yang mengunci pintu kamar David.
David tak memberikan jawaban. Ia segera melangkah ke arah nakas berniat mengambil ponselnya. Namun setelah dekat dengan nakas, David tak melihat ponselnya di sana. "Dimana ponselku?" Tanya David.
Lagi, Embun menggelengkan kepala. Ia mana tahu dimana keberadaan ponsel David.
"Sial!" David menggerutu setelah teringat jika ponselnya tertinggal di atas dashboard mobil. Jika sudah begini, bagaimana caranya ia menghubungi orang rumahnya agar segera membantunya membuka pintu kamarnya.
Tak habis akal, David kembali melangkah ke arah pintu. Ia berteriak memanggil-manggil nama pelayan yang ada di rumah berharap ada salah satu di antara mereka yang dapat mendengar suara teriakannya. Namun setelah beberapa kali berteriak, tidak ada satu pun penghuni rumah yang merespon teriakannya.
David berdecak sebal. Suaranya sudah hampir habis untuk berteriak namun tidak ada satu pun orang di rumah yang merespon teriakannya.
"Mungkin para bibi sudah tidur, Tuan." Kata Embun hati-hati. Tadi ia memang sempat melihat lampu kamar para pelayan sudah mati pertanda penghuninya sudah pada tertidur. Kebetulan saja ia tadi sedang mengambil air minum di dapur sehingga dapat mendengar suara bel rumah yang ditekan oleh David.
David membenarkan perkataan Embun dalam hati. Jam segini pastilah pelayan di rumahnya sudah pada beristirahat di dalam kamar mereka masing-masing.
"Saya harus bagaimana ini, Tuan?" Tanya Embun. Ia dibuat bingung bagaimana caranya bisa keluar dari dalam kamar David. Tidak mungkin juga kan ia melompat dari atas balkon untuk turun ke bawah?
David memilih diam. Ia berpikir keras bagaimana caranya agar Embun bisa keluar dari dalam kamarnya. Namum setelah cukup lama berpikir, tidak ada satu pun cara yang bisa ia lakukan agar Embun bisa keluar.
"Tidurlah di kamarku malam ini!" Kata David tak punya pilihan. Kepalanya sudah sangat sakit. Dan ia tidak punya waktu untuk terus berpikir yang hanya membuat kepalanya semakin sakit.
***
Berikan giftnya dulu yuk sebelum lanjut. Dan jangan lupa follow instagram @shy1210 untuk seputar info karya SHy yang lainnya❤️
Terima kasyi❣️