NovelToon NovelToon
Dibuang Karena Hamil Anak Perempuan

Dibuang Karena Hamil Anak Perempuan

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Single Mom / Janda
Popularitas:19.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: D'wie

Dicampakkan saat sedang mengandung, itu yang Zafira rasakan. Hatinya sakit, hancur, dan kecewa. Hanya karena ia diketahui kembali hamil anak perempuan, suaminya mencampakkannya. Keluarga suaminya pun mengusirnya beserta anak-anaknya.

Seperti belum puas menyakiti, suaminya menalakknya tepat setelah ia baru saja melahirkan tanpa sedikitpun keinginan untuk melihat keadaan bayi mungil itu. Belum hilang rasa sakit setelah melahirkan, tapi suami dan mertuanya justru menorehkan luka yang mungkin takkan pernah sembuh meski waktu terus bergulir.

"Baiklah aku bersedia bercerai. Tapi dengan syarat ... "

"Cih, dasar perempuan miskin. Kau ingin berapa, sebutkan saja!"

"Aku tidak menginginkan harta kalian satu sen pun. Aku hanya minta satu hal, kelak kalian tidak boleh mengusik anak-anakku karena anakku hanya milikku. Setelah kami resmi bercerai sejak itulah kalian kehilangan hak atas anak-anakku, bagaimana? Kalian setuju?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Liliana

Tak ingin membuat sang ibu mertua marah, Zafira lantas segera membuatkan teh dan menyiapkan beberapa makanan untuk tamu sang ibu mertua. Zafira juga meminta tolong Bik Mina untuk membuatkan Refina susu. Memang sudah kebiasaan Refina meminum segelas susu hangat sebelum tidur, baik itu tidur siang maupun malam. Karena ini sudah waktunya Refina tidur siang, jadi Zafira hendak membuatkan Refina segelas susu rasa madu. Namun, karena Liliana memintanya membuatkan teh dan makanan untuk tamu-tamunya, jadi dengan terpaksa ia meminta tolong Bik Mina untuk membuatkannya.

"Terima kasih ya, bik. Kalau Refi nanyain Fira, bilang aja Fira sedang sakit perut," tutur Zafira terpaksa berdusta sebab biasanya Refina baru tertidur setelah ia memeluk dan mengusap kepalanya.

Bik Mina tersenyum maklum. Ia sedikit banyak tahu kebiasaan anak-anak Zafira. Ia pun merasa iba dengan keadaan Zafira. Tapi sayang, ia hanyalah seorang pembantu rumah tangga, ia tak memiliki kuasa untuk membantu Zafira dan anak-anaknya.

"Nggak usah makasih-makasih segala kayak sama siapa saja," omel bik Mina sambil bersungut-sungut. Namun, setelahnya ia tersenyum. Ia sangat menyukai nyonya mudanya itu yang bukan hanya cantik, tapi baik, ramah, dan lemah lembut. Tapi sayang, kelebihannya tetap tidak membuat keluarga itu bisa benar-benar menerimanya. Majikannya terlalu pongah dan mengutamakan bibit, bebet, dan bobot sehingga mau sehebat apapun Zafira, mereka tetap tak bisa menerimanya hanya karena satu alasan, yaitu Zafira terlahir dari keluarga biasa saja. Bahkan orang tua Zafira tinggal di kampung membuat majikannya kian tak menyukainya.

Zafira tersenyum yang di saat bersamaan ia baru saja selesai menyiapkan teh dan camilan untuk tamu ibu mertuanya. Kemudian ia pun bergegas mengantarkan minuman tersebut untuk para tamu tersebut.

Setibanya di ruang tamu, Zafira pun segera menghidangkan makanan dan minuman tersebut sambil tersenyum ramah. Tapi berbanding terbalik dengan tatapan para tamu sang ibu mertua yang menatapnya dengan tatapan penuh menyelidik bahkan ada yang menatap dengan tatapan mencemooh.

"Dia art kamu jeng?" celetuk salah seorang teman Liliana.

Wajah Liliana sontak memberengut masam, "sebenarnya sih bukan."

Zafira yang baru saja hendak beranjak diam-diam mengulum senyum. Hatinya menghangat saat mertuanya tidak menganggapnya seorang art.

"Maksudnya?" celetuk wanita itu lagi dengan dahi berkerut.

"Dia itu menantu jeng Liliana, jeng." Timpal yang lain yang memang sudah mengetahui perihal siapa itu Zafira.

"Hah! Yang benar aja. Jadi dia istri putramu, Refano? Masa' selera putramu kayak gitu sih, jeng?"

Liliana mendengkus, "kata siapa dia selera Refano. Kalo bukan kakek Refano yang memaksa, mana mau anakku yang sempurna dengan perempuan kampung kayak gitu."

Zafira memang sudah berjalan menjauh, tapi suara percakapan itu masih cukup terdengar di telinganya. Mendengar kata-kata tersebut, perasaan hangat tadi tiba-tiba terhempas. Sakit. Bahkan setelah 7 tahun menjadi menantu di dalam keluarga itu, ia tetap saja dipandang rendah dan hina. Sehina itukah dirinya di mata orang-orang itu? Apakah dirinya memang tak pantas menjadi bagian dari keluarga ini? Seandainya bisa, Zafira telah menolak perjodohan itu. Bahkan orang tuanya pun sempat menolak karena takut hal seperti inilah terjadi pada Putri mereka. Tapi karena keluarga mereka pun pernah memiliki hutang budi, mereka jadi tidak kuasa untuk menolak. Kakek Refano mengancam akan menagih hutang-hutang biaya perawatan ayahnya dulu. Dahulu, saat Zafira masih kecil, ayahnya pernah mengalami sakit jantung dan untuk mengobatinya dibutuhkan biaya yang besar. Lalu datanglah kakek Refano menawarkan bantuan. Ayah mereka tak menyangka, kakek Refano menggunakan hutang budi itu untuk membuatnya terpaksa menerima perjodohan itu. Tapi kakek Refano berjanji, Zafira akan bahagia menjadi bagian dalam keluarga itu. Tapi sayang, janji tinggal janji. Setelah kepergian kakek Refano, sikap asli mereka keluar. Mereka terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan mereka pada Zafira. Zafira yang tidak ingin keluarganya bersedih dan sakit jantung ayahnya kambuh pun terpaksa menerima segalanya dengan tabah. Ia tak pernah sekalipun menceritakan perlakuan keluarga itu pada orang tuanya dengan harapan perlahan hati suami dan mertuanya melembut dan mau menerima dirinya dengan hati yang tulus.

Tapi, hingga 7 tahun berlalu ternyata semua tak ada yang berubah. Dirinya tetap saja merasa seperti orang asing di dalam keluarga itu. Bahkan ibu mertuanya kerap memperlakukannya seperti seorang pembantu. Sampai kapankah ia mampu bertahan, ia tak tahu.

"Dia cantik sih, tapi gayanya itu ... Mana kusam banget," timpalnya lagi.

Zafira sebenarnya cantik. Tapi kesibukannya mengurus rumah tangga keluarga belum lagi kedua anak dan suaminya membuatnya tidak memiliki waktu untuk sekedar merawat diri. Ditambah ia sedang hamil, membuatnya mudah kelelahan, alhasil ia benar-benar tak sempat untuk mengurus dirinya sendiri sebab bila ia memiliki waktu luang, ia lebih memilih mengistirahatkan dirinya.

"Jeng, kayaknya Fira hamil anak cewek lagi tuh!" celetuk teman Liliana yang tahu keluarga itu menginginkan cucu laki-laki, bukan perempuan.

"Iya kah? Duh, bisa-bisa rumah ini jadi kayak tempat penampungan anak, udah kayak panti aja, kalo lagi-lagi anaknya perempuan."

"Iya, itu tuh perutnya melebar gitu, itu ciri hamil anak perempuan."

"Iya, bener. Aku dulu hamil Si Anca juga gitu. Emang kenapa kalau hamil anak perempuan?"

"Kami itu butuh penerus YG Group. Kalo lagi-lagi lahir anak cewek, bisa-bisa YG Group nggak ada penerus. Aku nggak mau kalau YG Group sampai jatuh ke tangan anak-anak saudara suamiku. Kamu tahu kan, YG Group itu perusahaan keluarga. Jadi harus ada penerus laki-laki kalau tetap mau mempertahankan perusahaan." Liliana menjelaskan.

"Jeng kok pusing-pusing sih, suruh nikah lagi aja. Jeng kan tahu, Saskia dari dulu suka sama Refano, tapi Refano malah selalu nganggap Saskia sahabat. Aku yakin, Saskia bisa mewujudkan keinginan jeng untuk punya cucu laki-laki. Lihat aja, kakak Saskia, Lidia, anaknya udah 3, laki-laki semua. Aku yakin, Saskia pun sama kayak Lidia, bisa kasi anak laki-laki yang banyak malah."

Sontak saja, kata-kata wanita paruh baya bernama Merry itu membuat mata Liliana berbinar. Ia lantas tersenyum lebar.

"Kamu benar juga, Mer. Bagaimana kalau kita jodohkan anak kita?" tukas Liliana seolah tidak merasa bersalah pada Zafira.

Degh ...

Hati Zafira seketika berdenyut nyeri. Ia yang tadinya hendak mengantarkan kue yang baru saja ia buat sontak menegang di tempat. Tubuhnya seketika kaku, ia tak menyangka, mertuanya bisa memiliki niat seperti itu.

...***...

"Ma, Minggu depan ada acara di sekolah Regi. Mama sama papa disuruh datang. Nanti Regi disuruh nyanyi, Ma. Kira-kira papa mau datang nggak Ma ya?" tutur Regina dengan wajah sendunya. Melihat sikap sang papa yang selalu acuh padanya membuat Regina ragu sendiri. Bahkan saat Regina ulang tahun pun, tak pernah sekalipun papanya memberikan ucapan selamat apalagi memberikan kado.

Hati Zafira bagai disayat-sayat sembilu. Perihnya merajam hati. Zafira menggigit bibirnya. Lidahnya kelu. Bahkan tangannya sudah bergetar dengan mata memanas.

Namun sebisa mungkin ia berusaha untuk tetap bersikap tenang dan tersenyum. Ia mengusap lembut surai panjang putri sulungnya.

"Nanti mama coba tanya sama papa ya, papa sibuk nggak. Regina jangan sedih, papa kan sibuk kerja, sayang, bukannya nggak mau. Papa kerja cari duit untuk siapa, coba? Untuk kita semua, untuk beli susu Refi, untuk bayar sekolah Regi, untuk jajan, untuk belanja beras, sayur, ayam, daging, buah, dan lain-lain. Regi jangan sedih ya, sayang. Kan ada mama, mama pasti akan datang. Mama kan mau lihat putri cantiknya mama nyanyi. Refi pasti juga mau lihat kak Regi nyanyi kan, sayang?" Zafira menoleh ke arah Refina yang sedang bersandar di pundaknya.

"Iya ma, Lefi mau nonton kak Legi nyanyi. Kak, Lefi boleh ikutan nyanyi nggak? Lefi juga mau nyanyi. Mau nali juga," ujar Refina dengan mata berbinar.

"Yang boleh nyanyi cuma yang sekolah jadi Refi nggak boleh ikutan," sahut Regina membuat Refina memberengut masam.

"Yah, kan Lefi mau nyanyi juga kak. Lefi mau sekolah juga deh kalau kayak gitu, Lefi mau sekolah sama kak Legi boleh Ma?" tanya Refina dengan suara cadelnya yang tidak bisa mengucapkan huruf R.

Sontak saja tawa Zafira pecah mendengar permintaan Refina, belum lagi ekspresinya yang menggemaskan. Kemudian ia memeluk kedua putrinya dan mencium kedua pipinya gemas. Dalam hati ia berdoa, semoga suatu hari hati suami dan mertuanya melembut sehingga dapat menerima kedua putrinya yang lucu dan menggemaskan ini. Padahal apa kurangnya putri-putrinya, selain pintar, mereka juga memiliki kulit yang putih, mata bulat, bulu mata lentik, senyum yang menawan, hidung bangir, rambut panjang dan hitam. Bila Rambut Regina lurus, maka rambut Refina sedikit bergelombang, namun tetap terlihat indah, sesuai dengan parasnya.

Lagi-lagi, Zafira mengusap perutnya yang sudah sedikit membukit. Bolehkah ia berharap anak yang ia kandung laki-laki agar ia memperoleh kasih sayang keluarga suaminya? Tapi secepat mungkin Zafira menggeleng, tidak. Ia tidak akan meminta itu. Baik laki-laki ataupun perempuan, sama saja, mereka adalah anugerah yang Kuasa. Yang utama bukankah anaknya lahir sehat sempurna tanpa satu kurang apapun. Ya, hanya itulah yang akan ia minta pada Tuhannya.

...***...

...HAPPY READING 🥰🥰🥰...

1
Sumiati Ningsih
Luar biasa
Mbak Cik
Biasa
Mbak Cik
Kecewa
Mama lilik Lilik
Luar biasa
Jade Meamoure
novel yang cakeeep moga d novel" selanjutnya novel anda akan lebih baik dari novel" sebelumnya sukses selalu
Jade Meamoure
aduh meleleh aq bang 😍😍😍
Jade Meamoure
jodohku?? 🤣🤣🤣 bagus juga ada temen yg somplak
Jade Meamoure
kalo ada laki" kyk Alvian bisa request 1 gak buat anak gadis aq 🤣🤣🤣 itu langka lho
Rafalia Azen
bangkrut
Rafalia Azen
part ini aku ikut meleleh karena bawang
Rafalia Azen
refano kamu jaya kebo yg di cocok hidungnya 😂😂
Rafalia Azen
keselamatan zafira dn ank anak nya ad di tngn othor
Rafalia Azen
babang Al 👍👍👍👍
Rafalia Azen
siap siap JD gembel keluarga refano
Rafalia Azen
apa aku bilang Revano dn alvian satu bapak beda emak,,,,makanya golongan darah nya sama dgn regina
Rafalia Azen
Refano Lo emang bego
Rafalia Azen
Buruk
Rafalia Azen
rasain
Rafalia Azen
bikin gila refano thor bikin ankny perempuan kalo laki laki bikin autisme sindrom
Rafalia Azen
jngn jngn ayahnya Alvian sama refano itu sama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!