Kayla sangat mencintai ayahnya, sangat, hingga Kayla nekat naik ke atas ranjang sang ayah untuk membuat pria tampan berusia 32 tahun itu bertekuk lutut padanya.
Setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik Kayla selalu berusaha menggoda ayah angkatnya supaya ia bisa mendapatkan cinta dari pria itu.
Kayla sangat ingin mendapat Glen hingga ia nekat menyakiti dirinya sendiri untuk membuat perjodohan antara Glen dan wanita pilihan orang tua Glen batal. Dan karena hal itu juga Kayla di benci oleh orang tua Glen.
Tapi Kayle tentu saja tidak peduli, yang terpenting baginya, ia bisa mendapatkan cinta, kasih sayang dan perhatian Glen untuk dirinya sendiri. Obsesi? Siapa peduli, salah sendiri Glen terlalu tampan dan hot untuk diabaikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizkook lovers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Laura pergi menemui Al selepas menyelesaikan pemotretan terakhirnya hari ini. Ia membutuhkan penjelasan dari pria itu tentang mengapa Glen bisa mengeluarkan pernyataan seperti itu.
Walaupun perusahaan sudah ada di tangan Glen, namun jika Glen ingin mengeluarkan bantahan atas nama perusahaan seharusnya pria itu masih harus meminta izin pada Al dulu kan? Lalu kenapa Al mengizinkan?
Laura benar-benar tidak habis pikir. Ia kecewa dengan Al, karena jujur saja Laura sudah sangat mempercayai pria paruh baya itu.
Laura pikir Al ada di pihaknya.
Apakah ia salah mengira?
"Aku_"
"Ya, saya tau apa maksud kedatangan kamu. Duduklah," sela Al sebelum Laura sempat mengatakan sesuatu.
Laura mengangguk lantas segera mendudukkan dirinya berhadapan dengan sosok Al.
Kini mereka tengah berada di taman samping kolam renang kediaman Alfonso.
Baru mengenal mengenal Al selama beberapa minggu, Laura kini telah hafal dengan kebiasaan calon ayah mertuanya itu yang selalu menghabiskan waktu di taman ini sembari menikmati sinar mentari sore dengan ditemani secangkir susu hangat.
"Saya tau ini tidak adil untuk kamu, saya benar-benar minta maaf atas nama Glen."
Laura segera meraih tangan Al lalu menggeleng lembut. "Tidak, ini bukan salah ayah. Ayah tidak perlu meminta maaf atas nama Glen," ujarnya lembut.
Al menatap Laura dengan tatapan teduh. Tangannya terangkat untuk meraih surai perempuan itu lalu mengusapnya dengan penuh kasih sayang.
"Kamu adalah perempuan yang sangat baik, kamu pasti bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik daripada Glen."
"A_apa maksud ayah?" Laura menatap Al dengan tatapan tak percaya.
Al menggenggam tangan Laura dengan kedua tangannya. Tatapannya begitu lembut hingga Laura tak mampu berkata-kata.
"Glen dan Key memang salah, tapi anak yang ada di dalam kandungan Key sama sekali tidak bersalah. Ayah tidak tega memisahkan anak itu dengan ayah kandungnya. Aku ini seorang ayah, aku tahu persis bagaimana sakitnya saat kita harus di paksa berpisah dengan anak kita."
Laura sama sekali tak bisa berkata-kata. Lidahnya mati rasa, dadanya sesak dan kepala pening disaat yang bersamaan.
"Ayah tau kamu adalah orang yang lapang dada, jadi ayah mohon, tolong maafkan Glen kali ini saja. Kamu boleh marah, kamu boleh pukul anak itu, tapi memisahkannya dengan Key dan anak mereka,,," Al menggeleng. "Jangan pernah melakukannya."
"Besok kita makan malam bersama ya, kita bicarakan masalah ini dengan musyawarah. Ayah akan memberikan kompensasi apapun untuk membayar semua kesalahan anak ayah."
Model cantik itu menunduk, ia menarik tangannya pelan-pelan dari genggaman Al.
"Baiklah jika itu yang ayah inginkan. Aku akan datang bersama orang tuaku. Terimakasih waktunya, aku pamit."
Laura bangkit dari duduknya lalu segera mengambil tasnya dan pergi dari sana dengan langkah cepat dan tergesa.
Maaf Laura, saya tidak tau bahwa semua akan berakhir seperti ini.
...***...
Tak,,,Tak,,,Tak,,,
Langkahnya begitu cepat membawa Laura keluar dari kediaman mewah keluarga Alfonso yang sempat ia impi-impikan akan menjadi rumahnya suatu hari nanti.
Namun harapannya itu pupus begitu saja setelah apa yang Al katakan padanya tadi begitu melukai perasaannya.
BRAK,,,
Laura menutup pintu mobilnya dengan kasar setelah masuk ke kursi penumpang.
Pak tua sia-lan! Tidak berguna, percuma saja aku berharap padanya! Batin Laura kesal.
"Cepat sekali kau kembali, padahal aku sudah berniat pergi meninggalkanmu bermesraan dengan pak tua itu," ujar Clara dengan kekehan di akhir.
Laura melirik perempuan itu dengan perasaan dongkol bukan main.
Clara yang sadar akan tatapan Laura sontak tertawa, senang karena berhasil membuat sepupunya itu kesal.
Ting,,,
Clara meredakan tawanya saat bunyi notifikasi terdengar dari iPad yang sedang dipangkunya.
"Oh, sepertinya story Instagram yang baru saja kamu unggah mendapatkan banyak perhatian dari para fans," ujar Clara sembari membaca beberapa komentar di aplikasi burung gendut tentang Laura.
"Benarkah? Apa yang mereka katakan?" tanya Laura penuh minta.
"Dengarkan. Wah, ini gila. Bukan kah Laura sedang memberitahu kita bahwa berita itu benar? Sepertinya dia merasa sedih karena calon suaminya justru menyangkal berita itu." Clara membacakan kalimat-kalimat itu dengan penuh penghayatan yang menggebu-gebu.
Laura tersenyum senang mendengarnya. "Lanjutkan."
"Ini tidak benar, kenapa pria itu harus menyangkal padahal jika dia mengiyakan maka reputasi perusahaannya akan naik karena Laura."
"Ya, seharusnya Glen berpikir seperti itu," gumam Laura.
"Yang ini benar-benar menarik, jadi dengarkan baik-baik." Clara berdehem pelan sebelum membacakan komentar itu. "Apakah ini cinta yang bertepuk sebelah tangan? Sepertinya pria itu tidak menyukai Laura. Laura akan menjadi perempuan murahan jika dia masih mengejar pria itu padahal sudah di tolak."
Clara tertawa puas setelah membacakan berita itu, apalagi saat melihat raut wajah Laura yang dipenuhi emosi.
"Kenapa mereka berpikir seperti itu?!" marah Laura.
Clara mengangkat bahunya acuh. "Seharusnya kamu sudah tidak perlu heran lagi bukan? Yang berkomentar bukan hanya fansmu, tapi haters dan netizen yang tidak mengenalmu juga. Ada pihak yang pro padamu dan ada juga pihak yang kontra, jadi tak usah marah begitu."
Model cantik itu menghela nafas panjang lalu menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. "Menyebalkan," gumamnya.
"Ck, kau ini seperti pendatang baru saja," komentar Clara.
...***...
Hari ini Glen banyak menghabiskan waktu dengan menemani Key menonton serial TV favoritnya, bahkan mereka sama sekali tak beranjak dari atas kasur sejak dua jam yang lalu karena itu.
"Ayah mengajak kita makan malam bersama besok."
Key menghentikan kegiatan mengunyahnya sejenak sebelum kemudian mengangguk pelan dan menyamankan kepalanya di dada bidang Glen.
"Sepertinya kita harus meminta maaf kepada Laura dan keluarganya," ujar Key dengan mata yang masih fokus ke depan.
"Apa yang_"
"Aku sadar, disini akulah yang salah dan Laura adalah korbannya. Aku bukanlah orang yang sulit mengakui kesalahan dan gengsi untuk meminta maaf," sela Key.
Lagipula jika aku meminta maaf, maka ayah mertuaku yang baik hati itu pasti akan tersentuh dan mau membuka hatinya untukku sebagai menantunya. Key tersenyum miring.
"Aku tau itu. Ya, kita memang salah. Sudah seharusnya kita meminta maaf atas kesalahan yang sudah kita perbuat pada mereka."
Key tersenyum lalu mendongak untuk menatap Glen.
Glen balas menatap Key dengan tatapan penuh cinta. "Semuanya akan baik-baik saja," ujarnya.
"Ya, aku tau, semuanya akan baik-baik saja karena ada Daddy bersamaku."
Kening Glen berkerut. "Kenapa masih memanggil Daddy?"
"Karena kamu adalah Daddy dari anak-anak kita."
Key tertawa geli saat Glen tiba-tiba menggesekkan hidungnya pada leher Key hingga rambut lebar Glen menggelitik wajah Key yang membuatnya kegelian.
"Hahaha, hentikan hahahaha cukup."
"Tidak akan."
...•Bersambung•...
secangkir ☕ 4u thor..🙂