[Update tiap hari, jangan lupa subscribe ya~]
[Author sangat menerima kritik dan saran dari pembaca]
Sepasang saudara kembar, Zeeya dan Reega. Mereka berdua memiliki kehidupan layaknya anak SMA biasanya. Zeeya memenangkan kompetisi matematika tingkat asia di Jepang. Dia menerima hadiah dari papanya berupa sebuah buku harian. Dia menuliskan kisah hidupnya di buku harian itu.
Suatu hari, Zeeya mengalami patah hati sebab pacarnya menghilang entah kemana. Zeeya berusaha mencari semampu dirinya, tapi ditengah hatinya yang terpuruk, dia malah dituduh sebagai seorang pembunuh.
Zeeya menyelidiki tentang masa lalunya. Benarkah dia merupakan seorang pembunuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adzalziaah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 | Kantor Papa
“Nona, bangun ...” pak Argan mengguncang tubuhku. “... kita sudah sampai di kantor tuan.”
Aku perlahan membuka mataku dan sedikit bingung. “Ah ... aku ketiduran ...”
“Iya, Nona. Anda terlelap selama perjalanan kemari.” Pak Argan membukakanku pintu mobil.
“Mungkin malam tadi aku sangat kelelahan, hingga bermimpi aneh.” Aku melangkah keluar dari dalam mobil.
“Mimpi aneh?” pak Argan bertanya padaku.
“Aku diculik oleh orang asing di dalam hutan ...” Aku terkesima dengan bangunan di luar mobil.
Begitu melangkah keluar, bangunan tinggi di hadapanku mengesankan sekali. Gedung itu berdiri megah, dengan kaca yang memantulkan sinar matahari. Di puncaknya, terpampang jelas tulisan ‘Vier Inc’. Sebuah nama perusahaan yang selama ini dibesarkan oleh papaku layaknya anak sendiri.
Langkahku terasa ringan saat memasuki lobi. Aroma kopi segar dan parfum mahal memenuhi udara. Karyawan berlalu-lalang, tawa dan percakapan. Aku berjalan selayaknya anak pemilik perusahaan ini.
Di resepsionis, seorang wanita cantik dengan senyum ramah menyapaku. “Selamat datang di Vier Inc! Nama Anda?”
“Ini Nona Zeeya Vierhalt, putri dari Tuan Karizal Vierhalt,” jawab pak Argan mewakili diriku.
“Maaf ... saya tidak mengenali Anda.” Resepsionis itu menunduk padaku.
“Sudah lah ... aku ingin segera bertemu papa. Tunjukkan ruangannya!” pintaku.
Dia segera mengangguk. “Baik, lewat sini.”
Ia mulai berjalan, dan aku mengikuti di belakang, diiringi pak Argan, Nova dan juga Tiana. Resepsionis itu mempersilakanku masuk ke dalam sebuah lift yang menuju ke lantai paling atas, tempat papa bekerja.
Koridor panjang yang kami lewati dikelilingi oleh foto-foto dan lukisan yang memperlihatkan sejarah Vier Inc. Beberapa di antaranya menunjukkan papa yang tampak muda, tersenyum di samping rekan-rekannya.
.........
Ketika kami sampai di depan pintu besar terbuat dari kayu gelap. Pintu ini terlihat megah dan kokoh. Aku merasa jantungku berdebar lebih cepat. Papa pasti sangat terkejut melihat kehadiran putrinya tercinta.
“Tunggu di sini, Nona Zeeya,” kata pak Argan sebelum mengetuk pintu dengan lembut.
“Masuk!” Suara papa menggema dari dalam.
“Papa!” aku berlari menghampiri papa dengan penuh kerinduan.
Aku memeluknya, berusaha bersikap manja padanya. Papa tersenyum lembut, matanya mencerminkan rasa sayang. Sosok yang selama ini membuatku berada dalam sangkar emas, kini ada di pelukanku.
“Zeeya?” papa menatapku tampak bahagia. “Apa kamu bisa menunggu di luar sebentar? Ada yang perlu papa bicarakan dengan pak Argan.”
Papa melepaskan pelukanku. “Aku masih rindu pada Papa,” ujarku.
“Papa juga, Zeeya. Tapi kita akan punya waktu bersama setelah ini. Sabar, ya?”
Aku duduk di salah satu kursi empuk yang ada di luar pintu ruang kerja papa, mencoba menunggu dengan tenang. Namun, pikiran tentang apa yang sedang dibicarakan papa dan Pak Argan terus menghantuiku.
Aku berjalan mendekat ke pintu. Menempelkan telingaku pada salah satu lubang kunci.
“Nona, Anda tidak boleh mencuri dengar pembicaraan orang lain.” Nova melarangku.
“Cih ...” aku kesal, akhirnya aku mengalihkan perhatian dari pintu.
Kenapa Nova selalu menghalangi rasa ingin tahuku? Rasanya seperti ada sesuatu penting yang sedang dibicarakan di dalam dan aku menebaknya, papa dan pak Argan sedang membicarakan kejadian yang aku alami selama berada di mansion.
“Aku hanya penasaran,” jawabku, mencoba menegaskan, sifat kekanak-kanakanku tidak pernah hilang.
“Tidak peduli alasannya, itu tetap tidak sopan. Nona tahu, Anda tidak boleh ikut campur masalah orang dewasa, kan?,” Nova melanjutkan dengan nada suaranya sedikit lebih lembut, dia menggiringku kembali ke sofa.
Aku menghela napas, merasa amat cemas. “Tapi, aku ingin tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Mungkin ini ada kaitannya dengan masalahku juga.”
Krek …
Pintu terbuka, pak Argan yang membukanya. Lalu mempersilakan aku untuk masuk.
“Pa, aku ingin mengatakan sesuatu!” tanpa pikir Panjang, aku berniat melontarkan isi pikiranku yang selama ini kupendam.
“Ada apa, Nak?”
“Tentang semua masalahku di sekolah. Aku ingin bercerita semuanya. Tapi jangan sembunyikan apa pun dariku lagi,” ucapku, suaraku lantang dan penuh tekad.
“Masalahmu di sekolah? Kalau itu masalah seseorang yang menuduhmu bukan-bukan, Papa sudah tau ...”
Aku terkejut mendengar kata-katanya. Jadi selama ini papa tau dari mana? Aku baru saja mau menceritakannya sekarang.
“… juga tentang seseorang yang mencoreng bangku di kelasmu, yang menikam temanmu, Papa tau semuanya.”
Kali ini aku kalah. Aku benar-benar dibuat tertegun. Papa mendekatiku, lalu tersenyum untukku kemudian memelukku lagi dengan lembut.
“Jangan khawatir, Papa akan menyelesaikan semua itu.”
“Pa ... apa yang terjadi sebenarnya? Apa kita berdua dalam bahaya?” suaraku kini merendah.
“Tidak perlu memikirkannya,” jawabnya dengan singkat.
Hatiku dipenuhi rasa takut. Mendengar jawaban itu membuatku semakin tahu. Mengapa papa sepertinya tahu lebih banyak daripada yang ia katakan? Papa seperti sedang menyimpan rahasia yang besar dariku.
Meskipun rasa penasaran menggelora di dalam diriku, aku tahu Papa selalu ingin melindungiku. Dia selalu melakukan yang terbaik untuk menjaga keluarga ini. Dengan perasaan campur aduk, aku mengangguk pelan.
“Aku tahu papa selalu melindungiku, tapi aku juga ingin tau situasi apa yang sedang kita hadapi. Aku ingin tahu apa yang terjadi dan bagaimana aku bisa membantu,” ucapku, menatap mata papa dengan penuh harap.
“Zeeya, ini bukan masalah yang mudah. Terkadang, ada hal yang lebih baik yang tidak kamu tahu. Ini bisa berbahaya bagimu, Nak. Biar Papa yang akan mengatasi masalah ini.”
“Justru karena itu aku ingin tahu, Pa! Mungkin ada sesuatu yang bisa aku lakukan, atau informasi tentang kasus kematian mama …” ah, aku keceplosan.
“Apa katamu?”
“Tidak … tidak ada …” aku bersaha mengalihkan topik.
“Apa papa sudah menemukan Sarah?” aku bertanya hanya untuk memastikan papa tahu tentang masalahku.
“Papa sudah mengirim orang untuk mencarinya. Dia tidak akan bisa lari lebih jauh.”
Papa memang sangat berkuasa. Dia memiliki akses ke mana saja di kota ini dan bisa menggerakkan banyak orang untuk melakukan apa pun yang dia mau. Tapi untuk menangkap satu orang saja, membutuhkan waktu yang lama. Aku meragukannya.
“Zeeya, bagaimana kalau setelah ini kita makan siang bersama? Lupakan semua masalah ini dan mari kita bersenang-senang sejenak.” tawaran papa padaku, ini lah yang aku tunggu-tunggu.
“Hm ... boleh. Aku mau makan di salah satu restoran terkenal. Tidak jauh dari sini.”
Pas sekali. Kesempatan ini akan aku manfaatkan sebisa mungkin. Aku sudah menyiapkan rencana ini dari beberapa hari yang lalu.
“Ayo, berangkat sekarang saja, Pa!” ujarku bersemangat.
Aku menarik tangan papa keluar kantor. Setelah beberapa menit, kami melangkah menuju mobil. Aku akan menuruti keinginan papa, lupakan semua masalah yang tidak berujung ini. Sesampainya di mobil, aku duduk di samping Papa, merasakan jantungku berdegup lebih cepat. Sudah lama sekali semenjak terakhir kali kita makan bersama.
.........
dari judulnya udah menarik
nanti mampir dinovelku ya jika berkenan/Smile//Pray/
mampir di novel aku ya kasih nasihat buat aku /Kiss//Rose/