Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Tidurmu nyaman?" tanya Liam ketika melihat sang istri mulai membuka matanya.
Sedari tadi, dia memperhatikan Bianca yang masih terlelap dalam tidurnya. Dia ingin berangkat kerja, tetapi merasa pemandangan di depan matanya begitu menarik perhatiannya.
"Ya, kamu mau berangkat bekerja?" jawab Bianca dengan sebuah pertanyaan. Wanita itu mengerjapkan matanya khas orang yang baru bangun tidur.
Bianca memperhatikan penampilan Liam yang sudah rapi. Beberapa hari, Liam tidak pergi ke kantor karena menemaninya di rumah sakit. Belum lagi, ditambah Liam turut mengambil libur panjang setelah Bianca pulang dari rumah sakit.
"Ya, sudah hampir dua Minggu aku tidak ke kantor. Kamu tenang saja, sudah ada dua pelayan yang aku pekerjakan di apartemen. Kamu tidak boleh terlalu lelah," ucap Liam.
"Ehm...." Bianca tampak menggantungkan kalimat yang hendak dia katakan.
"Ada apa?"
"Aku ingin bertanya tentang Ivanka. Apa yang terjadi padanya?" Sudah lama Bianca penasaran dengan nasib wanita yang menjebak Laura.
Dari raut wajah Liam yang santai, Bianca bisa mengetahui dia dan James pasti telah membereskan Ivanka. "Kamu tenang saja, wanita itu tidak akan bisa menyakitimu atau pun Laura. Dia akan mendekam lama di penjara!" balas Liam.
"Baiklah, aku lebih setuju dia mendekam di penjara dibandingkan kalian memberikan pelajaran langsung pada Ivanka. Biar bagaimana pun dia adalah perempuan, rasanya mengerikan bila kalian meminta orang lain untuk menyakiti Ivanka," ucap Bianca.
Liam tidak menanggapi perkataan Bianca, dia memasang wajah datar mendengar ucapan wanita itu. Tidak pernah terbayangkan bila sang istri mengetahui hal yang telah James perbuat pada Ivanka. Biasa saja, Bianca malah membenci kakaknya yang kejam itu.
"Tidak perlu memikirkan wanita itu, sekarang yang paling penting adalah memikirkan kesehatan janin yang ada dalam kandunganmu. Aku sangat khawatir bila terjadi sesuatu yang buruk pada dirimu. Jadi, kuminta kamu lebih berhati-hati sebelum bertindak," pesan Liam.
"Apa itu artinya aku juga tidak boleh bekerja membantu Kak James di perusahaan? Kamu tahu, kan? Sebelumnya aku memiliki jabatan penting di sana?" cecar Bianca dengan wajah sendu.
Bianca adalah wanita karier. Dia tidak bisa hanya berdiam diri di rumah dan menunggu Liam pulang. Memang kebanyakan wanita menginginkan hal itu, tetapi tidak dengan Bianca.
"Aku sudah mengatakan pada James kalau pekerjaanmu akan dihandle oleh Lidya. Jadi, untuk sementara kamu tidak perlu bekerja. Lagi pula, aku dapat memenuhi semua kebutuhanmu, Bi," jawab Liam.
"Tapi..."
Liam duduk di ranjang mereka kemudian menggenggam tangan Bianca. Dia melakukan hal ini untuk kebaikan Bianca dan anak dalam kandungan mereka. Bianca harus menyetujui semua keputusan Liam.
"Tolong dengarkan aku kali ini saja. Aku tahu kamu ingin berkarier, tapi tidakkah kamu menginginkan pertumbuhan bayi kita berkembang dengan baik?" Liam menatap langsung ke dalam bola mata cokelat Bianca.
"Baiklah. Hanya saja, bolehkah aku sesekali menghubungi Lidya? Aku takut dia mengalami kesulitan." Bianca memandang Liam penuh harap.
"Ya, untuk hal itu tidak apa-apa. Bila sesuatu terjadi, mungkin saja James akan langsung mengatasinya. Jadi, kamu tidak perlu khawatir," balas Liam.
"Terima kasih, Liam."
"Aku harus segera berangkat, aku akan meminta Nayla untuk mengantar sarapan ke kamar," ucap Liam.
"Ya, terima kasih, Sayang," balas Bianca mencoba untuk bersikap romantis.
Sayang sekali, Liam tidak menunjukkan ketertarikannya pada panggilan sayang Bianca. Dia memilih untuk mengusap lembut kepala Bianca, kemudian berlalu dari hadapan wanita itu.
"Bagaimana cara meluluhkanmu, Liam? Kapan kamu dapat melihatku?" gumam Bianca.
***
Liam mengendarai mobilnya dengan tersenyum. Sikap manis Bianca mulai membuka hatinya. Dia merasa sudah seharusnya memperlakukan Bianca dengan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Namun, pria itu kesulitan untuk mengekspresikan perasaannya.
Setelah sampai di Perusahaan Smith, Liam melangkahkan kakinya di lobi. Dia terpaku ketika melihat sosok yang sangat familiar sedang berdebat dengan resepsionisnya.
"Sudah aku katakan! Aku tidak perlu janji untuk bertemu dengan Liam! Aku ini kekasihnya!" ujar wanita cantik yang berpenampilan glamor.
"Jangan bercanda, Nona. Tuan Liam sudah memiliki istri, tidak mungkin beliau memiliki kekasih!" balas sang resepsionis dengan tenang.
Di Perusahan Smith tentu saja setiap karyawan telah mengenali Bianca. Wanita cantik yang telah menikah dengan tuan muda mereka. Jadi, tidak mungkin Liam memiliki kekasih dengan status suami orang.
"Kau akan menerima akibatnya karena telah melarangku bertemu dengan Liam! Aku adalah calon istri Liam!"
"Hentikan bualanmu, Serena! Jangan membuat setiap orang di sini salah paham!" ucap suara bariton yang membuat semua orang terhenyak.
Serena menoleh ke arah Liam, dia melihat pria tampan itu memasang wajah datarnya. Hal yang tidak pernah terjadi selama ini. Dia selalu mendapatkan senyum dari Liam, rasanya tidak mungkin Liam sinis padanya.
"Syukurlah kamu ada di sini, Liam! Kamu harus memecat karyawanmu ini!" Serena mendekati Liam kemudian ingin menjatuhkan dirinya dalam pelukan Liam.
Seketika Liam menyingkir dari Serena. "Memangnya, kamu siapa? Memintaku memecat karyawanku yang kompeten!" balas Liam membuat hati Serena berdenyut nyeri.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca. ❤️
makanya laura jgn mudah dihasut sm sijalang ivanka...