Kisah ini bercerita mengenai sepasang suami istri yang di satukan dalam pernikahan karena perjodohan semata, Dafa... tidak pernah menerima pernikahannya dengan zila, karena di hati Dafa ada anak perempuan lain yang bertakhta di sana, sedangkan zila sangat bahagia dengan perjodohan itu, karena zila sudah lama mencintai Dafa, sampai satu tahun pernikahan mereka dafa tidak berubah juga, sampai akhirnya zila mengandung, perlahan Dafa berubah dan mulai memerhatikan zila, tapi kehadiran masa lalu Dafa kembali mengguncang rumah tangga mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
..."Mari akhiri semua nya, mari akhiri hubungan palsu ini,mari cukupkan semua nya sampai disini"...
Pertengkaran yang terjadi kemarin sore dengan Daffa benar benar membuat zila merasa tertekan, sakit rasanya ketika di anggap wanita murahan.
Lama berpikir__ zila akhirnya memutuskan untuk menenangkan diri beberapa hari kerumah orang tua nya yang berada di Bandung, zila hanya takut Jika terus bertengkar dengan Daffa akan berakibat buruk dengan kandungan nya apalagi emosi zila yang akhir akhir ini tidak terkontrol.
zila menghubungi Hana untuk meminta tolong , menyampaikan surat ijin nya ke kantor , mungkin beberapa hari ini zila tidak bisa bekerja dulu
"*assalamualaikum Han"
"waalaikumsallam Zil , kenapa"
"gw boleh minta tolong nggak"
"boleh __ kenapa enggak"
"mungkin 1 Minggu kedepan gw ijin ga kerja dulu han"
"kenapa Zil , Lo sakit ya"
"enggak Han, gw pengen ke Bandung "
"loh ko tiba tiba"
"iya, gw kangen bunda gw , udah lama gw ga ketemu"
"Lo lagi ga ada masalah kan Zil"
"engga Han, gw cuman pengen ketemu orang tua gw"
"Sama laki Lo ya Zil"
"enggak gw pergi sendiri"
"jangan bercanda Zil, Lo ke bandung sendiri, ga lucu Zil"
"enggak Han , gw serius, Daffa ga bisa nganter gw , dia banyak kerjaan di rumah sakit, gw ga bisa maksa dia"
"emang Daffa ga bisa ijin sebentar yaa, mau gw antar"
"ga usah Han, gw bisa pergi sendiri ko"
"tapi kan Lo lagi hamil Zil"
"ga papa lah, jangan kawatir, Lo cukup buatin surat ijin gw, soalnya gw ga sempet buat "
"Lo beneran ga papa kan Zil"
"iyaaa Han"
"ok , kalo sudah sampai di Bandung jangan lupa kabarin gw"
" dan sampai in salam gw buat Tante Sama om "
"iyaaa"
"ok, sudah dulu ya Zil, ini gw harus ngantar berkas "
"iyaa, makasih ya han"
"iyaa, assalamualaikum, hati hati"
" waalaikumsallam*"
tekat zila sudah bulat, zila akan ke Bandung untuk menenangkan pikirannya, zila juga sudah menyiapkan pakaian nya, tidak semua zila bawa , zila tidak berniat kabur hanya ingin menenangkan diri.
zila berdiri di depan cermin menatap sendu pantulan wajah nya. zila tersenyum getir
zila menunggu Daffa berangkat ke rumah sakit baru setelah nya zila juga akan pergi, zila hanya belum sanggup melihat wajah Daffa untuk sekarang.
Tepat jam 9 pagi zila keluar dari apartemen menggeret koper mini miliknya, sebelum nya zila sudah memesan taksi untuk mengantar nya ke stasiun. butuh waktu kurang lebih 4 jam untuk sampah ke Bandung, setibanya di Badung zila kembali menaiki taksi untuk sampai ke rumahnya , sebelum nya zila mampir sebentar untuk sholat Zuhur juga mengisi perutnya.
butuh waktu 30 menit akhirnya zila sampai dirumahnya, senyum zila tidak pernah luntur dari wajahnya.
zila mengetok pintu , tidak sabar bertemu 2 orang yang sangat ia rindukan.
"Zila"
"bunda" zila berhambur ke pelukan sang bunda, di balas dengan dengan pelukan hangat , Mendengar kalo yang datang adalah zila Putri nya , Ali sang ayah juga keluar
"ayah" zila melepas pelukan Farah dan memeluk Ali,
orang tuanya heran dengan kedatangan zila sendirian, dalam keadaan hamil__ zila menempuh perjalanan jauh seorang diri
"Suami kamu mana nak" tanya Farah
"Mas Daffa ga ikut Bun, zila sendiri , mas Daffa banyak kerjaan " zila terpaksa bohong , mana mungkin zila jujur dengan masalah yang menimpanya, jika zila jujur alasan kepulangan nya entah apa reaksi ibu dan ayahnya
"Dan kamu kesini sendiri nak" tanya Ali
"iya, yah"
"Astaga kenapa enggak ngabarin, biar ayah jemput"
"biar suprise aja" zila tersenyum tulus
"tapi bahaya sayang, kamu hamil, perjalanannya jauh "
"ga papah Bun, buktinya Alhamdulillah zila sampai dengan selamat"
Farah dan Ali hanya bisa pasrah dengan kelakuan putri nya
"ayoo masuk , mandi , makan , terus istirahat"
zila masuk dan menggandeng lengan sang ayah
..
Selesai membersihkan diri__ zila merebahkan tubuhnya yang terasa remuk di atas ranjang, matanya menatap langit kamar dengan tatapan kosong.
Tanpa permisi zila kembali menetes kan air matanya , ketika mengingat ucapan Daffa yang begitu menyakiti perasaannya.
Zila menghapus air matanya dengan punggung tangan, Zila kembali menyadarkan dirinya jika kepulangan nya ke Bandung untuk menenangkan diri bukannya malah mengingat hal hal yang menyakitkan
"Zila makan dulu nak"
"iyaa Bun"
.....
sedangkan di Jakarta, Daffa baru saja pulang dari rumah sakit, Daffa menatap apartemen nya yang masih gelap, biyasanya zila sudah menghidupkan lampu di jam seperti ini,
"apa dia belum pulang" Batin Daffa
Daffa mengindahkan bahunya acuh dan berjalan ke lantai 2 .
selesai membersihkan diri__ Daffa turun lagi kelantai dasar untuk membuat makan malam.
selesai dengan masakannya, Daffa mulai kawatir karena zila belum juga pulang, dan Daffa baru ingat kalo tadi di parkiran Daffa melihat motor zila terparkir rapi di sana itu tandanya zila tidak bekerja.
tapi kalo zila di rumah dimana zila , dari tadi Daffa tidak melihat zila lalu Lalang seperti biasa nya
Daffa semakin Kawatir dan naik ke atas untuk memastikan zila ada di dalam kamar, yang Daffa tau istrinya itu tidak akan berani keluyuran sampai malam hari
"Zila"
"kamu di dalam"
"zila, buka pintunya"
"zila, buka, sebelum saya rusak pintunya"
tidak ada Jawaban dari dalam, Daffa perlahan membuka pintu kamar zila yang ternyata tidak terkunci
Daffa di buat semakin Kawatir karena zila tidak ada di dalam kamarnya.
"zilaa" teriak Daffa
Daffa berpikir mungkin zila di dalam kamar mandi
"zila kamu di dalam"
"jawab saya zila"
jangan tanya seberapa kawatir nya Daffa sekarang,
Daffa meraih ponsel di sakunya berniat menelpon zila, Daffa lupa kalo selama ini Daffa tidak pernah menyimpan nomor zila di ponselnya.
sebegitu asing kah zila di hidup Daffa
"zilaa, kamu di mana"
Daffa mengusap kasar wajahnya
Pikiran Daffa sudah melayang kemana-mana,apa mungkin zila naik angkutan umum untuk ke kantor makanya motornya ada di parkiran, dan sekarang mungkin zila sedang di perjalanan.
Daffa kembali turun duduk di kursi tamu menunggu kepulangan zila.
Daffa menunggu hampir jam 10 malam dan zila tidak kunjung datang
"kamu di mana Zil"
Daffa mengingat kembali pertengkaran mereka kemarin,
"apa dia serius dengan ucapannya, tidak__tidak mungkin"
gumam Daffa
"apa mungkin dia pulang ke Bandung"
"tapi kalo zila betul betul ke bandung__"
Daffa dengan cepat berlari ke lantai dua membuka pintu kamar zila dengan cukup keras ,Daffa membuka lemari zila , Daffa melihat beberapa gantungan baju zila kosong, di tambah koper mininya juga tidak ada, Daffa sekarang yakin kalo zila benar pulang ke Bandung"
"AKKKHH" Daffa mengusap wajahnya dengan kasar
"apa aku sudah kelewatan sampai istri ku pergi"
"maafkan aku Zil"
.......
Zila terjaga dari tidurnya, zila merasa ada sesuatu yang menimpa perutnya
tangan zila terangkat menyentuh perut nya, bukan main betapa kaget zila setelah tangannya bersentuhan dengan tangan kekar yang melingkar di Perut nya
"ayaaaaaahhhhh" terik Zila
"bundaaaaaaaaaa"
Daffa yang terkejut mendengar teriakkan zila langsung bangun dan duduk di atas ranjang
"zilaa tenang __ini saya"
untung nya kamar zila kedap suara dan kamar nya juga berjauhan dengan kamar orang tuanya yang pasti Farah dan Ali tidak mendengar suara teriakan zila
mata zila membola tidak percaya, apa dia bermimpi atau apa
"Daffa" batin zila, posisi zila masih membelakangi Daffa
"Zila ini saya" Daffa membalik tubuh zila agar menghadapnya
"Daffa"
"iyaa, ini saya"
zila langsung berdiri dan turun dari ranjang
"kenapa anda di sini"
flashback on
Daffa memberanikan diri menghubungi mertuanya,
"assalamualaikum bunda"
"iya nak"
"Bunda apa zila di sana"
"iya nak, zila enggak ngasih tau kamu kalo dia mau ke Bandung, katanya kamu sibuk makanya ga bisa ngantar dia ke Bandung"
"ahh, iya Bun Daffa cuman mau mastiin zila sudah sampai Bun"
"iya nak, Alhamdulillah zila sudah sampai dengan selamat"
"sudah dulu yaa Bun jangan kasih tau zila kalo Daffa nelpon"
"loh ko gitu nak"
"Daffa mau nyusul zila ke bandung"
"kapan nak, bukannya kamu sibuk yaa"
"malam ini Bun, Daffa akan izin dulu dari rumah sakit"
"besok aja nak, ini sudah malam"
"tapi Daffa ga bisa kalo ga ada zila Bun"
Farah tersenyum mendengar ucapan menantunya, sebegitu sayangnya kah Daffa dengan anaknya sampai rela mau menyusul nya ke Bandung
"ya udah, kamu hati hati di jalan ya nak"
.
"iya Bun, assalamualaikum"
"waalaikumsallam"
entah apa yang ada di pikiran Daffa malam itu, setelah memasukkan beberapa baju ke dalam tas , Daffa dengan cepat mengurus izin ke rumah sakit untuk mengambil libur beberapa hari.
setelah nya dengan cepat, Daffa mengendarai mobilnya agar cepat sampai ke rumah mertuanya 4 jam kurang lebih Daffa di jalan dan sekarang sudah di depan rumah zila
ibu zila menyambut Daffa dengan hangat, tidak banyak basa basi, karena Daffa sudah memberitahu farah sebelumnya, Farah meminta Daffa untuk langsung istirahat , Farah bisa melihat kelelahan di wajah menantunya.
"Daffa masuk dulu ya Bun"
"iya nak"
Daffa memperhatikan zila yang tidur dengan lelapnya.
tangan Daffa terulur merapikan rambut zila ke belakang telinga.
"Maafkan saya Zil"
Daffa juga ikut bergabung tidur di samping zila, Lelah rasanya
flashback of
.....
"Kenapa anda juga kesini" tanya zila pada Daffa setelah menjelaskan semuanya
"apa saya ga boleh berkunjung ke rumah mertua saya"
zila menarik nafas kasar dan duduk di tepi ranjang membelakangi Daffa.
"Kenapa pulang sendiri, kamu bisa bilang biar saya yang antar"
"Tidurlah pasti anda lelah"
malas berdebat__ zila mengalihkan pembicaraan
Zila berdiri dari duduknya, berniat keluar , tapi Langkah nya terhenti karena Daffa mencekal tangan nya
"Mau kemana"
"mau tidur"
"Mau tidur di mana"
"di kamar mas Zidan , anda bisa tidur di sini"
"Tidurlah disini, saya janji akan menjaga batasan"
"Tidak perlu, biar saya tidur di kamar mas Zidan"
"Jangan keras kepala kalo bunda sama ayah liat bagaimana"
Zila pasrah dan akhirnya menidurkan kembali tubuhnya Di atas ranjang, tapi dengan posisi membelakangi Daffa, Daffa tersenyum dan ikut tidur di samping zila,
"Maaf , pasti kamu kaget ya"
"Jantung saya hampir tukeran posisi sama ginjal"
Daffa tersenyum , berpikir kalo zila sangat lucu
"Saya tidak bermaksud mengejutkan kamu"
"lupakan" Jawab zila singkat
Daffa memposisikan dirinya menghadap zila , memandangi punggung wanita itu,
Daffa sudah lelap dalam tidurnya sedangkan zila sampai sekarang belum bisa tidur, bukan cuman merasa asing dengan kehadiran Daffa di samping nya tapi juga pinggang nya yang terasa begitu nyeri
Zila turun dari ranjang , meraih gelas yang sebelumnya ia letakkan di atas nakas,
setelah nya zila kembali tidur, kali ini dia yang menghadap Daffa yang tidur dengan posisi telentang.
zila terseyum miris menatap Daffa,
"kamu jahat daf"
"kamu keterlaluan"
"aku benci kamu daf, benciii"
"apa kamu tau aku begitu menyayangi mu__ Hem, aku mencintaimu daf"
"kenapa tidak bilang kamu membenci perjodohan ini, kalo kamu bilang dari awal kan kita tidak perlu terikat dalam hubungan palsu ini"
"bukan cuman aku yang terluka Karena sikap mu, aku tau pasti kamu juga sangat terluka kan"
"kamu bisa bahagia dengan wanita lain diluar sana, aku bisa melupakan semua tentang mu daf"
"tapi apa sekarang__ kita sama sama terluka, aku terluka karena sikap mu, kamu terluka karena harus hidup dengan ku"
"tapi kenapa kamu malah setuju menikah dengan ku, dan membuat ku menilai mu seperti pria jahat karena sikap mu padaku"
"kamu juga membuat ku berdosa karena sebagai istri aku selalu meninggikan suara ku padamu , kenapa daf"
"aku lelah, kalo hubungan kita seperti ini terus, aku kira hubungan kita akan membaik setelah adanya calo bayi kita tapi nyatanya aku salah" batin zila
Satu tetes air mata zila keluar tanpa permisi, keluar membasahi pipi zila , dengan cepat Zila menghapus air matanya dan berbalik membelakangi Daffa kembali.
.....
"Jadi kamu pulang besok nak" Tanya Farah
"iya Bun, daffa ga bisa libur lama soalnya Daffa engga ajukan cuti kerumah sakit , Dafa cuman minta ijin"
Farah mengangguk paham
"Kalo zila"
"zila tetap di sini Bun"
Daffa mengalihkan pandangannya ke arah zila, tatapan nya seolah berkata "kenapa?"
"Masih kangen bunda yaah"
"iyaaa" jawab zila senang
"kangen ayah juga"
"anak ayah masih manja aja, padahal sudah ada suami , mau jadi calon ibu lagi"
"Yaa ga papa kali yah" bela Farah
zila hanya tersenyum mendengar pembelaan ibunya
"Kalo di rumah begini juga ga daf"
Daffa bingung harus menjawab apa, secara dia tidak dekat dengan zila dan sekarang justru Dafa baru tau kalo zila Sangat manja pada orangtuanya
Daffa hanya mengangguk dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
sedangkan zila hanya tersenyum miris
"Kamu yang sabar aja yaa daf , ngadapin zila, dari kecil zila anaknya memang manja"
"iyaa __kan zila bersikap manja cuman ke orang tertentu aja Bun, sama ayah bunda sama Abang Zidan"
"sama Daffa engga nak, tadi daffa mengangguk waktu ayah tanya"
Daffa dan zila saling berpandangan
"iyaa__ayah ku sayang , udah Dee jangan bahas zila terus jadi ga mood ni makannya"
"anak bunda jadi gampang emosi yaa sekarang, Daffa yang sabar ya nak kalo zila sering marah marah ke kamu , orang hamil emang seperti itu nak, moodnya cepat berubah, emosi nya naik turun nggak stabil
"iya Bun" Jawab Daffa singkat, bingung juga harus menjawab selain mengiyakan.
"berapa kebohongan lagi daf"
"berapa lama lagi aku harus terus berpura pura seperti ini" Batin zila
Alhamdulillah..
Maaf mbak author, sedikit masukan dalam penulisan :
Biasanya, bukan biyasanya
Siapa, bukan siyapa
Semangat dalam berkarya mbak author..
Dan terimakasih atas karyanya yang sangat menghibur..
🙏💖
Tetap semangat mbak...
Selamat buat karya-karyanya ya..
sebenarnya tuh aku masih bingung sama alur ceritanya..apa lagi sama masa lalu daffa