NovelToon NovelToon
Legenda Pendekar Naga

Legenda Pendekar Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Komedi / Petualangan
Popularitas:237.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Shujinkouron

Dengan sebilah pedang di tangan, aku menantang takdir, bukan demi menjadi pahlawan tetapi agar terciptanya kedamaian.
Dengan sebilah pedang, aku menantang empat penjuru, langit dan bumi, menjadi tidak terkalahkan.
Dengan sebilah pedang, aku menjelma menjadi naga, menghabisi iblis, menyelamatkan kemanusiaan.
Dengan sebilah pedang, aku menemukan dunia dalam diri seseorang, menjaganya segenap kekuatanku, bersamanya selamanya.
Dengan sebilah pedang, kuukir sebuah legenda, tentang anak manusia menantang langit, legenda pendekar naga!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shujinkouron, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 13 - Permainan

“Siapa sebenarnya anak ini? Dia tidak memakai pakaian Lembah Seratus Pedang…”

Jiang Kun memperhatikan Xiao Chen yang berjalan di sampingnya, dia bisa melihat Xiao Chen memiliki beberapa pemikiran tetapi bisa dikatakan kondisinya cukup tenang.

Xiao Chen memang sedang mengalami dilema dan berusaha keluar dari situasi ini, tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa pertama kali dirinya keluar dari Lembah Seratus Pedang tanpa izin akan bertemu dengan Ketua Sekte, Jiang Kun.

Jiang Kun membawa Xiao Chen ke sebuah lokasi yang masih berada di tepi Sungai Rumput Giok, ada sebuah meja dan kursi batu. Xiao Chen tidak pernah mendengar ada tempat seperti ini sebelumnya.

“Hm… Sepertinya aku datang terlalu awal ya…” Jiang Kun mengelus janggut putihnya yang panjang.

Xiao Chen kemudian menyadari pada meja tersebut terdapat ukiran yang menyerupai papan catur. Selain itu juga terdapat bidak-bidak catur di atas meja tersebut.

“Apa kau bisa bermain catur?” Jiang Kun menyadari Xiao Chen mengamati meja batu tersebut.

“Junior mengerti aturan mainnya tetapi tidak pandai…”

“Tidak masalah, aku akan memberimu tiga poin. Temani aku bermain.” Jiang Kun tentu tidak berharap Xiao Chen mahir bermain melihat usianya.

Xiao Chen mengangguk kemudian duduk berhadapan dengan Jiang Kun. Sesuai keinginan Jiang Kun, Xiao Chen meletakan empat bidak putihnya di papan catur.

“Oh, tidak buruk…” Jiang Kun menaikan alisnya saat melihat posisi bidak yang disusun oleh Xiao Chen, dia kemudian mulai meletakan bidaknya.

Jiang Kun awalnya tertawa, memuji langkah-langkah yang Xiao Chen ambil tetapi setelah lima belas menit tidak ada lagi tawa atau pujian yang dilontarkan Jiang Kun.

“Aku melakukan kesalahan, mari kita ulangi. Aku akan tetap beri kau tiga poin.” Jiang Kun menyadari posisinya tidak menguntungkan, andai dilanjutkan sekalipun dirinya tidak akan menang.

Xiao Chen mengangguk, dia lalu membereskan papan catur tersebut dan memulai permainan baru. Xiao Chen kembali meletakan empat bidaknya terlebih dahulu, kali ini Jiang Kun bermain serius dengannya sejak awal.

Dua puluh menit kemudian bisa terlihat kerutan di kening Jiang Kun, “Ehem… Sepertinya aku masih terlalu meremehkanmu. Bagaimana jika kita bermain ulang dan aku hanya memberikanmu satu poin?”

Xiao Chen tidak menolaknya, wajahnya terlihat datar dan mulai membersihkan kembali permainan mereka. Sebenarnya Xiao Chen juga cukup heran, dia memiliki pikiran yang jernih serta perhatian yang lebih baik dari sebelumnya. Pengalaman bertarungnya di kehidupan sebelumnya juga dapat digunakannya sebagai strategi dalam permainan catur.

“Seingatku aku tidak sepandai ini…” batin Xiao Chen sambil mengingat kembali setahun terakhir ketika dia mulai mempelajari ilmu-ilmu yang dikehidupan sebelumnya tidak dia sentuh, daya serapnya begitu baik. Sebelumnya Xiao Chen berpikir ini disebabkan kondisi mentalnya yang berusia lebih dari 90 tahun tetapi mungkin ada hal lain.

Pertandingan ketiga antara Xiao Chen dan Jiang Kun kali ini berlangsung hampir selama satu jam sebelum Jiang Kun lagi-lagi menyerah.

“Anak muda, sepertinya kau terlihat lebih muda dari usia aslimu bukan? Berapa usiamu sebenarnya?” tanya Jiang Kun sambil mengerutkan dahi.

Awalnya Jiang Kun berpikir Xiao Chen berusia 10 atau 11 tahun jika dilihat dari postur tubuhnya tetapi setelah melihat kemampuan bermain catur Xiao Chen, Jiang Kun mulai meragukannya.

Xiao Chen mengaruk pipinya, sedikit ragu untuk menjawab tetapi akhirnya mengatakan juga bahwa dirinya berusia 6 tahun sekarang.

“Ena… Ugh!” Mata Jiang Kun melebar dan tersedak oleh nafasnya sendiri ketika mendengar jawaban Xiao Chen, “Kau jangan membohongi orang tua!”

Jiang Kun sulit menerima kalau Xiao Chen bukan hanya tidak lebih muda dari usia sebenarnya malahan lebih tua dari usia aslinya.

“Junior tidak berbohong, Junior sungguh berusia 6 tahun.” Jawab Xiao Chen sambil tersenyum canggung.

Jiang Kun menatap mata Xiao Chen dengan tajam, dia bisa melihat bahwa bocah di hadapannya tidak sedang berbohong. Bagi Jiang Kun kalah bermain catur dari anak yang belum berusia 20 tahun sudah begitu memalukan, apalagi jika kenyataanya Xiao Chen berusia 6 tahun.

“Sekali lagi! Kali ini kita bermain adil!” nada suara Jiang Kun sedikit naik, dia merasa harga dirinya dipertaruhkan kali ini.

Xiao Chen batuk pelan, seingatnya Jiang Kun terkenal karena selalu tenang dalam segala situasi tetapi sepertinya cerita yang dia dengar pada kehidupan sebelumnya tidak sepenuhnya benar.

Satu jam kemudian, Jiang Kun menutup wajahnya dengan kedua tangan. Jiang Kun bisa merasakan pipinya begitu panas karena rasa malu yang dideritanya, kalah empat kali berturut-turut melawan seorang bocah seperti Xiao Chen telah melukai harga dirinya.

“Senior, Jika tidak ingin bermain lagi, bolehkah aku pamit? Sebentar lagi hari sudah gelap…” Xiao Chen memandang matahari yang sudah hampir terbenam.

Jiang Kun kemudian tersadar dari lamunannya, dia juga baru teringat bahwa sebenarnya dia datang untuk bermain dengan seorang teman tetapi sepertinya orang yang dia tunggu tidak bisa datang hari ini.

“Di mana kau tinggal? Hari sudah semakin gelap, biar aku mengantarmu pulang.” Wajah Jiang Kun terlihat kembali tenang, seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa.

Xiao Chen menolaknya, dia menjelaskan bahwa dirinya bisa pulang seorang diri. Jiang Kun menatapnya lama sebelum mengatakan, “Aku akan menunggumu setiap hari di sini, kita akan bermain lagi.”

Jiang Kun jelas tidak ingin situasi ini berakhir dengan kekalahan empat kali dipihaknya. Xiao Chen mengaruk kepalanya sebelum mengangguk pelan dan berpamitan.

Setelah memastikan Jiang Kun tidak mengikutinya, Xiao Chen mulai menggunakan Ilmu Langkah Angin untuk kembali ke Lembah Seratus Pedang.

“Anak ini bisa menggunakan ilmu meringankan tubuh…” Jiang Kun masih bisa melihat Xiao Chen cukup jelas meskipun berada di kejauhan.

Jiang Kun sebenarnya kagum atas kecerdasan Xiao Chen, dia berharap bocah tersebut berasal dari Lembah Seratus Pedang tetapi arah tujuan Xiao Chen bukanlah pintu gerbang masuk sektenya.

“Selain Lembah Seratus Pedang hanya ada Rumah Tungku Giok tetapi tidak mungkin anak ini datang dari sana…”

Sebenarnya Jiang Kun berencana untuk bermain catur dengan Ketua Sekte dari Rumah Tungku Giok, kedua sekte mereka bisa dibilang bersahabat satu sama lain dan jarak sekte keduanya tidak begitu jauh namun jika ditempuh dengan kemampuan manusia biasa akan membutuhkan waktu satu sampai dua hari perjalanan.

Jiang Kun hanya bisa mengelengkan kepala pelan dan berharap Xiao Chen muncul kembali besok, dia berniat menarik Xiao Chen masuk ke Lembah Seratus Pedang jika Xiao Chen belum menjadi bagian dari sekte manapun.

 

 

1
akwokwok
up up
akwokwok
up
Nink Nank Ning Gong
Biasa
Nink Nank Ning Gong
Buruk
sahar ludin
neks
sahar ludin
mantap
sahar ludin
neks
sahar ludin
mantap
sahar ludin
neks
sahar ludin
mantap
sahar ludin
neks
sahar ludin
mantap
sahar ludin
neks
sahar ludin
mantap
sahar ludin
neks
sahar ludin
mantap
sahar ludin
neks
sahar ludin
mantap
sahar ludin
neks
sahar ludin
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!