NovelToon NovelToon
Aku, Dia, Dan Sahabatku

Aku, Dia, Dan Sahabatku

Status: sedang berlangsung
Genre:SPYxFAMILY / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Selvia Febri

"Aku, Dia, dan Sahabatku" adalah sebuah novel yang mengeksplorasi kompleksitas persahabatan dan cinta di masa remaja, di mana janji dan pengorbanan menjadi taruhannya. Lia Sasha putri, seorang siswi SMA yang ceria, memiliki ikatan persahabatan yang kuat dengan Pandu Prawinata , sahabatnya sejak SMA . Mereka membuat janji untuk bertemu kembali setelah 8 tahun, dengan konsekuensi yang mengejutkan: jika Pandu tidak datang, berarti Pandu sudah meninggal. Namun, seiring berjalannya waktu, hubungan mereka diuji ketika Lia jatuh cinta dengan Angga, seorang laki-laki yang pengertian dan perhatian. Di tengah gejolak cinta segitiga, persahabatan mereka menghadapi ujian yang berat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvia Febri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Beberapa saat kemudian, panitia mengumumkan pemenang lomba melukis. Pandu mendengarkan pengumuman itu dengan deg-degan. Ia berharap bisa menang dalam lomba itu.

"Dan pemenang lomba melukis tingkat SMA se-kota adalah... Pandu dari SMA Pelita!" ujar panitia dengan suara yang gembira.

Pandu terkejut mendengar pengumuman itu. Ia tidak menyangka akan menang dalam lomba melukis ini. Pandu merasa bahagia dan bangga dengan prestasi yang ia raih.

Lia merasa bahagia melihat Pandu menang. Ia merasa bangga dengan prestasi yang diraih Pandu. Lia mendekati Pandu dan memeluk Pandu erat-erat.

"Pandu, selamat ya!" ujar Lia dengan senyum yang lebar. "Gue bangga sama lo."

Pandu tersenyum lebar dan membalas pelukan Lia. Ia merasa bahagia mendapat dukungan dari Lia.

"Makasih, Lia," jawab Pandu. "Gue nggak bisa menang tanpa dukungan lo."

Pandu kemudian menerima hadiah dari panitia. Ia merasa bangga dengan prestasi yang ia raih. Ia bertekad untuk terus berlatih melukis dan menciptakan lukisan-lukisan yang indah dan menakjubkan.

Lia mendukung keputusan Pandu untuk terus berlatih melukis. Ia yakin bahwa Pandu akan menjadi pelukis yang sukses di masa depan.

"Pandu, gue percaya lo bakal jadi pelukis yang sukses," ujar Lia dengan senyum yang tulus. "Gue akan selalu mendukung lo."

Pandu tersenyum lebar. Ia merasa bahagia mendapat dukungan dari Lia. Ia yakin bahwa dengan dukungan Lia, ia bisa mencapai mimpi-mimpi nya.

Lia dan Pandu kemudian berjalan keluar dari lokasi lomba. Mereka berbincang tentang pengalaman pandu dalam lomba melukis.

Pandu juga menjalani hari-hari nya di sekolah dengan penuh semangat. Ia menikmati pelajaran yang ia dapatkan dan menyalurkan hobi melukis nya. Ia juga menikmati percakapannya dengan Lia.

Setelah hari yang menyenangkan di sekolah, Lia, Raya, dan Clara menjalankan janji mereka untuk berkumpul di cafe Es Tebak Mak Ijah. Cafe itu terkenal dengan es tebak nya yang lezat dan suasana nya yang nyaman.

Saat mereka sedang menikmati es tebak favorit mereka, Lia tiba-tiba menunjuk seseorang yang sedang duduk di meja pojok.

"Itu Angga Yunanda!" teriak Lia dengan mata yang berbinar-binar.

Raya dan Clara menoleh ke arah yang ditunjuk Lia. Mereka terkejut melihat Angga Yunanda yang merupakan artis favorit Lia. Angga terlihat sedang berbincang dengan teman-temannya.

"Hah? Serius lo, Lia?" tanya Raya dengan wajah yang tak percaya.

"Iya, beneran," jawab Lia dengan senyum yang lebar. "Gue nggak mungkin salah liat. Itu Angga Yunanda."

Clara mengeleng-gelengkan kepala nya. "Nggak mungkin, Lia. Angga kan artis terkenal. Nggak mungkin dia ada di cafe kecil kayak gini."

Lia tertawa kecil. "Nggak apa-apa, Clara. Gue tetep yakin itu Angga Yunanda. Dan gue berani taruhan, dia bakal jadi pacar gue di masa depan."

Raya dan Clara tertawa keras mendengar perkataan Lia. Mereka merasa Lia terlalu berkhayal.

"Hah? Pacar lo di masa depan? Nggak mungkin, Lia," ujar Raya dengan nada yang mencemooh. "Angga kan artis terkenal. Nggak mungkin dia mau sama lo."

"Gue nggak peduli. Gue tetep yakin itu Angga Yunanda dan dia bakal jadi pacar gue di masa depan," ujar Lia dengan nada yang tegas.

Clara kemudian mengajukan perjanjian pada Lia. "Oke, Lia. Gue mau taruhan. Kalo lo beneran jadian sama Angga Yunanda, gue dan Raya bakal mentraktir lo di cafe Mak Ijah selama sebulan full."

"Setuju! Kalo gue nggak jadian sama Angga Yunanda, gue bakal mentraktir kalian selama sebulan full di cafe sebrang sana," jawab Lia dengan senyum yang lebar.

Raya dan Clara menangguk mengerti. Mereka menikmati perjanjian yang baru saja mereka buat. Mereka yakin bahwa Lia tidak akan bisa menang dalam perjanjian ini.

Mereka kemudian terus menikmati es tebak favorit mereka sambil berbincang tentang Angga Yunanda. Mereka tertawa dan bersenda gurau sampai akhirnya waktu menunjukkan pukul lima sore.

"Oke, gue harus pulang," ujar Lia. "Gue harus bantu Ibu ngurus rumah."

"Oke, Lia. Hati-hati di jalan," ujar Raya.

"Iya, Lia," ujar Clara.

Lia kemudian berpamitan pada Raya dan Clara dan berjalan pulang.

Lia berjalan pulang dengan senyum yang lebar. Ia merasa bahagia bisa menjalani kehidupan baru nya di sekolah dengan penuh semangat dan persahabatan baru. Ia juga merasa bahagia bisa bertemu dengan Angga Yunanda di cafe Es Tebak Mak Ijah. Ia yakin bahwa perjanjian yang baru saja ia buat dengan Raya dan Clara akan membuat hidup nya lebih menarik.

Setibanya di rumah, Lia melihat Ibu nya sedang sibuk mencuci piring di dapur. Lia mendekati Ibu nya dan menawarkan diri untuk membantu.

"Bu, aku mau bantu cuci piring," ujar Lia dengan senyum yang tulus.

"Oh, Lia. Kamu udah pulang?" jawab Ibu nya dengan senyum yang hangat. "Nggak usah bantu cuci piring. Kamu istirahat aja dulu."

"Nggak papa, Bu. Aku mau bantu cuci piring," jawab Lia. "Lagian aku lagi nggak ngantuk."

Lia kemudian mengambil kain lap dan membantu Ibu nya mencuci piring. Mereka berbincang tentang hari-hari yang menyenangkan yang dialami Lia di sekolah. Lia menceritakan tentang Pandu, Raya, dan Clara. Ia juga menceritakan tentang pertemuan nya dengan Angga Yunanda.

"Bu, tadi aku ketemu sama Angga Yunanda di cafe Es Tebak Mak Ijah," ujar Lia dengan mata yang berbinar-binar.

Ibu nya terkejut mendengar perkataan Lia. "Hah? Serius kamu?" tanya Ibu nya dengan nada yang tak percaya.

"Iya, Bu. Beneran," jawab Lia. "Aku nggak mungkin salah liat. Itu Angga Yunanda."

Ibu nya menangguk mengerti. Ia menikmati cerita Lia tentang Angga Yunanda. Ia merasa bangga dengan Lia yang bisa bertemu dengan artis favorit nya.

"Lia, kamu bagus ya bisa bertemu dengan artis favorit mu," ujar Ibu nya dengan senyum yang hangat. "Mama senang liat kamu bahagia."

Lia tersenyum lebar. Ia merasa bahagia mendapat dukungan dari Ibu nya.

Mereka kemudian terus mencuci piring sambil berbincang tentang berbagai hal. Suasana dapur terasa hangat dan menyenangkan.

Setelah piring selesai dicuci, Lia menawarkan diri untuk membantu Ibu nya memasak makan malam. Mereka menikmati makan malam bersama dengan suasana yang hangat dan menyenangkan.

Lia merasa bahagia bisa menjalani kehidupan baru nya di sekolah dengan penuh semangat dan persahabatan baru. Ia juga merasa bahagia bisa bertemu dengan Angga Yunanda di cafe Es Tebak Mak Ijah.

Setelah makan malam, Lia membantu Ibu nya membereskan meja makan. Ia merasa senang bisa menikmati suasana rumah yang hangat dan menyenangkan.

Lia menutup buku sejarah nya dan berjalan menuju kamar kakak nya, Dina. Dina adalah kakak perempuan Lia yang sedang mengerjakan tugas kuliah nya. Dina akan segera lulus dari Universitas Jakarta dan akan diwisuda sebentar lagi.

"Kak, aku mau ngobrol sama kakak," ujar Lia dengan senyum yang manis.

Dina menoleh ke Lia dengan senyum yang hangat. Ia menghentikan sejenak kerja kuliah nya dan menatap Lia dengan wajah yang penuh kasih sayang.

"Ada apa, Lia?" tanya Dina dengan nada yang lembut.

"Aku mau cerita tentang sekolah baru ku," jawab Lia. "Aku senang banget bisa berteman sama Pandu, Raya, dan Clara."

Lia kemudian menceritakan pengalaman nya di sekolah baru pada Dina. Ia menceritakan tentang Pandu, Raya, dan Clara. Ia juga menceritakan tentang pertemuan nya dengan Angga Yunanda.

"Kak, tadi aku ketemu sama Angga Yunanda di cafe Es Tebak Mak Ijah," ujar Lia dengan mata yang berbinar-binar.

Dina tertawa kecil mendengar perkataan Lia. "Hah? Serius kamu?" tanya Dina dengan nada yang tak percaya.

"Iya, Kak. Beneran," jawab Lia. "Aku nggak mungkin salah liat. Itu Angga Yunanda."

Dina menangguk mengerti. Ia menikmati cerita Lia tentang Angga Yunanda. Ia merasa bangga dengan Lia yang bisa bertemu dengan artis favorit nya.

"Lia, kamu bagus ya bisa bertemu dengan artis favorit mu," ujar Dina dengan senyum yang hangat. "Kakak senang liat kamu bahagia."

Lia tersenyum lebar. Ia merasa bahagia mendapat dukungan dari kakak nya.

"Kak, aku juga mau cerita tentang perjanjian yang aku buat sama Raya dan Clara," ujar Lia dengan senyum yang manis.

Lia kemudian menceritakan tentang perjanjian yang ia buat dengan Raya dan Clara. Ia menceritakan tentang taruhan yang ia buat dengan Raya dan Clara.

"Kak, aku berani taruhan kalo aku bakal jadian sama Angga Yunanda di masa depan," ujar Lia dengan nada yang tegas.

Dina tertawa keras mendengar perkataan Lia. "Lia, kamu nggak usah berkhayal. Angga kan artis terkenal. Nggak mungkin dia mau sama kamu," ujar Dina dengan nada yang mencemooh.

"Kakak nggak tau aja. Mungkin aja Angga Yunanda suka sama aku," jawab Lia dengan senyum yang manis.

Dina menggeleng-gelengkan kepala nya. Ia merasa Lia terlalu berkhayal.

"Lia, kamu harus fokus pada pelajaran mu. Jangan sampai kamu terlalu berkhayal," ujar Dina dengan nada yang lembut.

Lia mengangguk mengerti. Ia tahu kakaknya benar. Tapi, Lia tetap berharap bahwa pertemuannya dengan Angga Yunanda bisa menjadi awal dari sesuatu yang istimewa di masa depan.

"Kak, aku mau minta bantuan kakak," ujar Lia dengan nada yang lembut. "Aku mau minta kakak ngajarin aku menggambar."

Dina terkejut mendengar perkataan Lia. "menggambar? Kenapa tiba-tiba mau belajar menggambar?" tanya Dina dengan nada yang penasaran.

"Aku mau belajar menggambar buat ngewarnain lukisan Pandu," jawab Lia. "Aku mau ngasih kado buat Pandu."

Dina tersenyum lebar. Ia merasa terharu dengan keinginan Lia untuk memberikan kado pada Pandu.

"Wah, baik banget sih lo, Lia," ujar Dina dengan nada yang menyenangkan. "Oke, kakak bakal ngajarin lo menggambar. Tapi, janji ya, lo harus fokus menggambar. Jangan sampai ngelamun mikirin Angga Yunanda."

Lia menangguk mengerti. Ia berjanji akan fokus belajar menggembar. Ia ingin memberikan kado yang istimewa untuk Pandu.

"Kak, makasih ya," ujar Lia dengan senyum yang tulus. "Aku janji bakal fokus belajar menggambar."

Dina menangguk mengerti. Ia kemudian mengambil alat-alat menggembar nya dan mulai mengajari Lia menggembar. Dina mengajari Lia dengan sabar dan telaten. Lia mendengarkan penjelasan Dina dengan penuh perhatian. Ia merasa termotivasi untuk belajar menggembar.

Beberapa jam kemudian, Lia sudah bisa menggembar dengan lumayan baik. Ia merasa bahagia bisa belajar menggembar dari kakak nya.

"Kak, makasih ya udah ngajarin aku menggambar," ujar Lia dengan senyum yang tulus. "Aku seneng bisa belajar menggambar dari kakak."

"Sama-sama, Lia," jawab Dina dengan senyum yang hangat. "Kakak senang bisa ngajarin kamu."

Lia kemudian berpamitan pada Dina dan kembali ke kamar nya. Ia ingin terus berlatih menggembar agar bisa memberikan kado yang istimewa untuk Pandu.

Lia kembali ke kamar nya dengan semangat baru. Ia ingin terus berlatih menggembar agar bisa memberikan kado yang istimewa untuk Pandu. Ia pun mengambil buku gambar dan pensil warna nya. Ia mencoba meniru gaya melukis Pandu yang ia lihat di perpustakaan.

Lia memilih gambar landscape yang sederhana sebagai latihan pertamanya. Ia mencoba mencampur warna-warna yang berbeda dan menciptakan efek cahaya dan bayangan yang menakjubkan. Namun, Lia merasa kesulitan dalam menciptakan detail yang indah seperti lukisan Pandu.

Lia menggeleng-gelengkan kepala nya. Ia merasa kecewa dengan hasil lukisan nya. Ia berharap bisa menciptakan lukisan yang indah dan menakjubkan seperti lukisan Pandu.

"Aku harus berlatih lebih giat lagi," gumam Lia sambil menatap lukisan nya dengan wajah yang sedikit cemberut.

Tiba-tiba, Lia mendapat ide yang brilian. Ia berencana untuk mencoba menggembar dengan gaya yang berbeda. Ia ingin menciptakan lukisan yang unik dan menarik.

Lia kemudian mengambil pensil warna nya dan mulai menggembar di atas kertas gambar nya. Ia mencoba menciptakan lukisan yang bertema abstrak. Lia mencampur warna-warna yang berbeda dan menciptakan garis-garis yang berkelok-kelok.

Beberapa menit kemudian, Lia merasa puas dengan hasil lukisan nya. Ia merasa bahagia bisa menciptakan lukisan yang unik dan menarik.

"Wah, lukisan ku keren banget!" ujar Lia dengan senyum yang lebar. "Aku berharap Pandu suka sama lukisan ku."

Lia kemudian menaruh lukisan nya di meja belajar nya.

Namun, rasa kantuk mulai menyerang Lia. Ia merasa lelah setelah menjalani hari yang penuh aktivitas. Lia kemudian menutup pintu kamar nya dan mematikan lampu. Ia merangkak ke atas ranjang nya dan menutup selimut.

Tak lama kemudian, Lia tertidur dengan nyenyak. Ia bermimpi tentang kehidupan baru nya di sekolah dan pertemuan nya dengan Angga Yunanda. Ia juga gak sabar memberikan kado pada Pandu.

1
Lovenia aura Fortun
tolong dong min, jangan di ulang" ceritanya.
kyk"Lia menghela nafas dalam-dalam", "Jangan takut, pandu itu sebenarnya baik" kasih kyk cerita lai gt spy pembaca juga menikmatinya tdk hny kalimat itu" sj dr bab 1-5 Lia cerita k keluarganya, tmn" ny bhkn guru" nya di mohon dong jgn terlalu banyak cerita seperti itu! tolong berikan cerita yang lebih menarik lagi!
Bé tít
Bikin penasaran!
Selvia Febri: hehe iy yuk d pantau dan baca terus y
total 1 replies
Shogo Makishima
Kece banget!
Selvia Febri: terimakasih
total 1 replies
Renji Abarai
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
Selvia Febri: sudah di update
untuk bab 24 nya lanjut hari besok ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!