menceritakan seorang gadis yang memiliki sifat ceria dan keluarga yang bahagia. seketika hilang dan sirna begitu saja setelah kepergian dari mamahnya. kasus misterius yang membuat mamahnya harus merengut nyawa secara tidak wajar. dan bernekad ingin mencari siapa dalang pembunuhan mamahnya yang misterius
"Mah". Panggilnya dengan suara bergetar
"Mamah,.... Mah bangun mah". Tangis Aerin mulai pecah dia langsung mengambil alih kepala mamahnya dan ditaruh diatas pangkuan nya
Baju seragam putih nya pun mulai berubah menjadi merah karna darah.
"Mah bangun... MAMAHH!!". Teriak histeris Aerin
Tubuhnya begitu gemetar saat melihat dengan dekat darah segar yang terus mengalir dari tangan dan dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bungapoppy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
...Selamat datang diceritaku, mohon dukungan kalian. jangan lupa like,komen dan vote nya yah teman-teman. Selamat membaca😚...
"Mel, apa itu Lo? Tapi kenapa lu datengin gua, apa masih ada yang ngeganjal dalam kematian lu". Aerin yang sedang duduk di taman sekolah sambil melamun.
Hari ini pikiran nya benar-benar berkecambuk dengan keadaan, ntah lah hal mana yang harus dia fikirkan dulu tapi itu semua sangat menganggu nya.
Pandanganya kosong kedepan walau tetap sadar dengan siswa yang berlalu lalang.
"Sebernnya apa sih yang gua rasain ini, kenapa semua nya seakan ngeganggu gua". Gumam Aerin yang hanya bisa terdengar oleh nya.
"Gua juga cape harus menahan semuanya sendiri, belum lagi kalo gua keinget mamah".
"Kenapa semua itu susah buat gua lupain, kenapa?" Matanya sedikit berkaca-kaca
"Mah Aerin butuh mamah, Aerin cape mah nanggung semuanya sendiri". Lirih nya
"Aerin". Panggil pelan dari seseorang
Gadis itu langsungg menghapus air matanya, dan menengok ternyata itu Dara dan kedua temannya yang sedari tadi memperhatikan dirinya dari jauh.
Mereka bertiga duduk disamping Aerin sembari menatap nya.
"Rin, Lo kenapa? Lo nangis?" Tanya Claudia dengan lembut
"Kita memang belum lama kenal Rin, tapi beberapa hari gua kenal lu gua sedikit bisa tau ada luka yang begitu berat yang lu Pendem". Kata Elena
Aerin menoleh dengan tatapan tak mengerti.
"Kakak gua itu dokter psikolog, dan gua belajar sedikit² tentang memahami karakter manusia, dan yang gua liat dari sorot mata lu itu banyak beban yang lu tanggung sendiri. Ya gua memang gak tau masalah nya apa, tapi percayalah kita bisa kok jadi pendengar cerita lu".
Aerin menatap temannya satu persatu sambil tersenyum.
"Makasih ya buat kalian, dari awal walaupun sikap gua dingin kekalian tapi kalian masih mau berjuang buat berteman sama gua, kalian sedikit membantu gua buat percaya lagi sama orang".
"Maksud nya gimana Aerin?" Tanya Claudia bingung
Wajah nya tertunduk, dan apa boleh dia menceritakan tentang hidup nya pada orang lain. Dia takut semua itu akan kembali membuka luka yang masih belum kering.
Hampir satu tahun dia menyembuhkan luka nya sendiri tanpa support dari orang lain. Satu tahun bukan lah waktu yang cepat, setiap harinya dia harus merasakan luka yang telah di perbuat oleh orang lain tanpa belas kasih.
Ayah nya?. Bahkan Ayahnya saja cuek pada nya, yang difikirkan hanya soal pekerjaan nya saja. Semua itu Aerin lalui seorang diri, dan sekarang orang yang membuatnya luka justru datang tak punya malu, seolah-olah dirinya tak bersalah.
Tidak mudah untuk kita melupakan setiap luka yang diberi oleh orang lain, mungkin memaafkan bisa tapi tidak dengan melupakannya. Satu tusuk jarum akan sangat sakit jika dilakukan oleh orang yang sangat Kita sayangi dan kita percaya jika itu dilakukan secara sengaja.
Jadi apakah Aerin salah jika dia memiliki rasa dendam?
Teman-temannya merasa heran karna tiba-tiba Aerin melamun.
"Kalo emang gak mau cerita juga gak papa, tapi jangan merasa sendiri lagi ya Rin ada kita yang selalu ada disamping Lo, percayalah". Kata Claudia lalu memeluk Aerin dari samping dan diikuti oleh Elena dan Dara.
Wajah Aerin terukir senyum, mungkin suatu saat dia akan bercerita tapi ntah kapan? saat dirinya sudah siap.
Ternyata mereka diperhatikan dari jauh oleh beberapa pasang mata.
"Itu kenapa mereka pelukan kaya Teletubbies?" Heran Alvin
"Cewek kan gitu, suka dikit-dikit peluk, dikit-dikit peluk, itulah cara perempuan nge support satu sama lain". Sahut Aidan
Alvin mengangguk paham, dan Gavi fokus tak berkedip melihat wajah Aerin terlihat senyum tapi terlihat pula sedih.
*****
"Kenapa gua kepikiran cewek itu ya?" Batin nya
"Emang sih gua baru pertama ngeliat cewek berani kaya dia, lagipula dia juga cantik tampilannya natural juga".
"Eh liat sih Bara". Tunjuk Leo pada temannya
"Gua rasa semenjak dilabrak sama tuh cewek akhir-akhir ini dia suka melamun". Seru Riki
Mendengar ucapan Riki, Rehan menoleh dengan kaget. "Maksud lu Aerin?" Tanya Rehan
"Ya mungkin, kan gua gak tau siapa namanya". Kata Riki
"Eh Bar!" Panggil Leo membuat Bara tersentak
"Apa!" Ketus nya
"Ngapa lu, dari kemaren melamun terus, mikirin tuh cewek ya". Ledek Leo
"Mana ada ngapain gua mikirin tuh cewek yang gak gua kenal". Ngelaknya
"Ya terus ngapain lu bengong, mikirin apa sih?" Kata Leo yang penasaran
"Kepo aja lu!" Katanya lalu beranjak meninggalkan teman-temannya.
"Eh Bar mau kemana?" Teriak Leo saat Bara menghidupkan motornya.
"Ada urusan!" jawab nya sedikit berteriak lalu menancapkan pedal gas meninggalkan tempat tongkrongan nya.
Dia terus melajukan motornya melintas jalan raya. Banyak para siswa dan siswi berhamburan keluar gerbang sekolah.
Tujuan Bara ternyata ke SMA Lentera Bangsa, yang dimana ini sudah menunjukan pulang sekolah.
Dia terus celingak-celinguk seperti mencari seseorang, tapi memandanginya dari kejauhan.
Beberapa motor sport keluar dari gerbang sekolah dan itu Gavion dan temannya.
Tapi Bara masih tetap diam ditempat walau sudah melihat Gavion musuh nya keluar dari sekolah, tujuannya bukan lah untuk mencari Gavion justru tujuannya untuk mencari gadis yang sudah membuat penasaran dirinya, yaitu Aerin.
Dia terus menunggu, dan tak lama seseorang yang dicari nya kini keluar dan langsung memasuki sebuah mobil hitam dengan dibukakan pintunya oleh seorang pria berseragam hitam.
Saat mobil itu berjalan, dengan hati-hati Bara mengikuti dari belakang.
"Non kaya nya ada yang ngikutin kita". Ucap Mang Yono sembari melirik kekaca
Aerin yang tadi nya fokus ke telpon langsung menoleh kebelakang.
"Siapa ya?" Bingung Aerin
"Gimana non, apa kita langsung kerumah atau kemana nih?". Tanya mang Yono
"Kalo kerumah takut dia penguntit ntar neror gua lagi kalo tau rumah gua dimana, mending ke arah lain aja". Batin Aerin
"Mang kita kegramedia aja dulu ya". Titah nya pada mang Yono yang hanya mengangguk.
Beberapa menit Aerin sampai disebuah Gramedia, dan Mang Yono berjaga diluar memperhatikan nya dari dalam mobil. Dan dia langsung masuk seorang diri. Dia berpura-pura mencari buku dengan mengelilingi setiap rak, tapi matanya sesekali melirik kearah jendela kaca.
Seseorang yang tengah duduk dimotor, memang seperti menunggunya.
"Siapa sih cowok itu? Apa mungkin Rehan?" Gumam nya sangat pelan hingga terdengar oleh dirinya sendiri.
"Halo mang, maap ya ini Aerin sengajain lama, siapa tau orang itu bosen terus pergi". Aerin menelpon Mang Yono yang sedang menunggu di mobil.
"📞Iya gak papa, ini juga mamang perhatiin tuh cowok, Enon tetap didalem aja sampe situasi aman". Kata mang Yono
Aerin langsung mematikan telponnya.Satu jam sudah berlalu dan Aerin memang sengaja membaca buku itu di langsung di Gramedia nya. Dan orang itu pun masih menunggu.
Namun dapet 15 menit kemudian si pengendara itu pergi membuat Aerin bernafas lega.
Dengan terburu-buru dia kembali ke mobilnya dan menyuruh mang Yono untuk cepat membawa mobilnya.
Tak lama Aerin dan mang Yono sampai dirumah tanpa ada nya tanda-tanda pemotor tadi.
*****
"Yaish! Sial gara-gara papah telpon gua jadi gagal tau di mana rumah Aerin kan". Gerutu nya kesal sembari melajukan motornya
Sewaktu dia menunggu Aerin walau sudah hampir satu jam dia tetap menunggu, tapi tiba-tiba papah nya menelpon untuk
menyuruhnya pulang dengan cepat-cepat.
Sesampainya dirumah dia langsung disambut oleh sebuah tamparan dari papahnya.
PLAK!!
Wajah tertoleh kesamping sambil memegangi pipi yang terasa panas akibat tamparan yang kuat. "Papah apa-apa sih!! Aku baru aja pulang kenapa langsung ditampar!!" Kesal nya
"KAMU SUDAH BUAT PAPAH MALU BARA!!" Bentaknya secara langsung
Seorang wanita dengan tergesa-gesa turun dari tangga setelah mendengar suara teriakan dari suaminya.
"Astaga sayang ada apa ini? Bara kamu kenapa?"
"Maksud papa apa sih?" Bingung Bara menghiraukan mamahnya yang bertanya
"Kenapa bisa-bisa nya kamu gangguin istri pak Burhan, kamu tau kan perusahaan nya itu sudah banyak sekali membantu perusahaan papa, dan liat! Gara-gara kelakuan kamu kerja sama papah dan pak Burhan gagal semua!!" Emosinya
membludak hingga menggema keseluruh rumah
Garis wajah Bara berubah. "Papah tau dari mana?"
"Gak perlu kamu tau dari mana!! Kamu sudah buat papah kecewa!! Udah berapa kali sih papah bilang sekolah aja yang bener!! Gak usah buat Masalah!!, sekarang malah istri pak Burhan kamu permalukan!!"
Wajah Bara memerah karna merasa kesal, rahang nya mengeras dan tangannya mengepal kuat.
Bara langsung keluar meninggalkan rumah dalam keadaan penuh amarah.
"BARA!!! PAPAH BELUM SELESAI BICARA!! BARA!!!"
"Udah sayang, tenang jangan terlalu emosi nanti jantung kamu kumat". Kata sang istri meredakan amarah suaminya
"Liat tuh anak yang selalu kamu manjain, sekarang dia jadi pembangkak, dan gak bisa ngehargain orang tua!".
Setelah berucap Diki papah nya Bara keluar dan pergi menaiki mobil dengan mengabaikan istrinya.
•
•
•
"AAAKKHHH!!!! Teriak Bara diatas motor sejadi-jadi nya dengan motor melaju cepat.
"SIAL-SIAL!! Kenapa papah bisa tau, ini pasti ulah Gavi!! Gavi awas loo!!" Monolog nya penuh kemarahan.
Flashback on
Sepulang sekolah tadi Gavion mampir ke kekantor papah nya, dan ternyata dia melihat papahnya sedang asik mengobrol dengan seseorang.
Awal nya Gavi biasa memperhatikan tapi lama kelamaan garis wajah nya berubah dan semakin lekat memperhatikan papah yang sedang asik mengobrol dengan tamu, "Kok kaya familiar ya muka bapak² itu". Gumam Gavion sembari memperhatikan orang yang bersama papahnya.
Diam-diam dia mengambil ponselnya lalu memfotonya.
Dia mengirimkan kesebuah grup obrolan nya bersama ke 4 temannya itu, untuk menanyakan orang tersebut. Karna baginya orang itu tak asing tapi dia lupa.
Isi pesan:(Gaes kalian kenal gak sih ini siapa? Soalnya gua kaya familiar gitu muka nya tapi lupa siapa? Siapa tau kan dari kalian ada yang tau.
Ting!
Tak lama pesannya langsung dibalas oleh temannya.
(@Alvin: bener, gua juga kaya pernah liat tapi lupa)
(@Aidan:Ntar Gav gua inget inget dulu)
(@Alvin:Nunggu lu mikir mah keburu sekolah kita ganti kepala sekolah dan)
(@Aidan:maksud Lo apa! Ngajak ribut Lo!)
(@Gavion: Lo berdua bisa diem gak! Kalo tau ngomong kalo gak tau diem! Berisik tau gak!)
(@Alvin:sorry Gav)
(@Aidan:taunya marah marah aja lu kaya Mak Mak kosan yang belum bayar 5 bulan)
(@Keano:Bukannya itu bokapnya Bara ya, tahun lalu pas lomba bokap nya Bara Dateng)
(@Gerry: itu bokapnya Bara)
(@Alvin:heh iya bener, baru inget gua)
(@Aidan:Halah Vin gitu aja Lo mah, suka nyontek jawaban orang)
Setelah membaca pesan dari Keano seketika ingetan Gavi juga teringat, dan bahkan dirinya pernah dikenalkan pada pak Diki ayah nya Bara oleh deddynya.
"Iya inget gua! Waktu itu juga kan Deddy pernah ngenalin gua ke om Diki". Gumam nya
"Loh den Gavi". Seru Reza sang sekretaris Burhan saat melihat Gavion
"Eh pak Reza itu Deddy lagi ngomongin apa ya sama om Diki?" Tanya dirinya pada Reza
"Ohh itu pak Burhan sama pak Diki lagi bahas Masalah kerja sama mereka, dan itu hasilnya bakal menjadi keuntungan besar bagi keduanya".
"Makasih pak". Ucapnya yang langsung meninggalkan Reza
"Deddy". Panggil Gavi membuat kedua pria paru baya itu menoleh secara bersamaan.
"Loh Gavi ngapain kamu kesini?" Tanya Burhan
"Kamu Gavi ya yaampun udah lama sekali om gak liat kamu, gimana kabar nya?" Tanya Diki dengan tersnyum
"Ded, Gavi gak mau ya Deddy kerja sama sama anak yang udah kurang ajar sama mami". Pekik Gavion secara tiba-tiba
"Maksud kamu apa Gav?" Bingung Burhan
Gavi mengeluarkan ponselnya lalu menunjukan rekaman cctv ke Burhan.
Rekaman dimana Bara dan temannya sedang di mempermainkan istri nya kemarin itu, dan kebetulan tempat dimana mereka itu terpasang cctv jalan, dan baru saja Gavi mendapatkan itu mangkanya dia kekantor papah nya.
Burhan terus melihat isi rekaman tersebut, dari mulai sarah dijegat lalu diambil dompetnya dan di oper sana sini, dan juga sampai Aerin datang.
"Maksud nya apa ini pak Diki?" Tanya Burhan mulai emosi
"Ada apa sebenarnya pak Burhan?"
Burhan menyodorkan ponselnya kearah Diki. Dengan sangat terkejut dia melihat putra nya sedang mempermainkan seorang wanita dan itu istri dari Burhan rekan kerja nya.
"Tapi pak Burhan saya gak tau semua ini! Dan maafkan atas kelakuan anak saya".
"Saya tidak mau alasan apa-apa pak Diki! Tapi saya sudah sangat sakit hati melihat istri kesayangan saya dipermainkan oleh anak anda!Saya batalkan kerja sama ini! Sekarang anda boleh pergi!" Setelah berucap Burhan langsung meninggalkan Diki keruangan nya.
Gavi pun melirik Diki dengan mata tajamnya.
"Saya pesen sekali lagi ya om, bilangin sama anak om jangan pernah ngusik keluarga saya atau saya bakal hancurin keluarga anda!" Peringat nya lalu dia pun pergi keluar kantor.
Bukan tanpa alasan Gavi berkata seperti itu, dia sangat tau jika perusahaan orangtuanya itu sangat berpengaruh di perusahaan lain, dan sudah banyak perusahaan papahnya membantu perusahaan lain untuk lebih jaya. Dan dia pun sadar jika kekayaan papah nya memiliki kuasa apalagi soal para pengusaha.
Flashback off
Hari sudah gelap, dan keadaan Bara sangat kacau. Dia memang kembali ke tempat tongkrongan nya tapi langsung membanting dan melempar semua barang sebagai pelampiasan amarahnya, bahkan teman-temannya pun menjadi korban hingga mendapat pukulan dari Bara dan itu membuat mereka hanya bisa pasrah karna bagaimana pun sebelum mereka bergabung bersama Bara harus siap seperti itu, memang enak semua Bara yang membiyayakan tapi jika sudah seperti ini yang tidak enak, mereka harus siap menjadi lampisan dari Bara.
*****
"Mba kapan Dateng kesini lagi, Aerin kangen tau".
"📞Iya, sabar ya mba juga kangen. ini gara-gara mba lagi banyak kerjaan mangkanya gak bisa ditinggal".
"Sibuk banget sih mba"
"📞Iya lah kan buat masa depan yang cerah, mba juga pengen kali sukses kaya papah kamu jadi orang kaya, punya banyak karyawan".
"Hehe, iya mba semangat kerja nya ya, yaudah kalo gitu Aerin tutup dulu ya telpon nya Babay mba Lusi".
Sambungan telpon terputus, dan tadi percakapan Aerin dengan Lusi bibi nya di telpon.
"Aerin"....
Aerin seketika terkejut mendengar suara-suara itu lagi, pandanganya berkeliling melihat sekitar dengan mata sedikit bergetar karna takut.
"Gua gak tau kenapa Lo gangguin gua terus, tapi gua mohon stop! Alam kita beda jangan ganggu gua, kalo Lo punya sesuatu yang mau lu sampein dengan cara baik-baik bukannya nakutin gue". Dengan memberanikan diri Aerin sedikit berteriak seperti berbicara dengan orang lain.
Suara itu langsung hilang seketika. Aerin berusaha memberanikan diri dan tidak takut hal-hal begitu.
Aerin berusah menenangkan diri nya lalu beranjak mendekati meja belajar, dan dengan tenang juga melupakan semua nya dia memfokuskan dirinya dalam mengerjakan pr.
"Dia orang jahat Aerin"....
Bola mata Aerin bergerak seperti berusaha mencerna. Suara itu muncul kembali dengan samar-samar ditelinga nya.
"Tolong Aerin".....
Suara itu muncul kembali dengan isakan kecil beradu
"Kalo emang bener lu Melda, plis gua mohon Mel jangan takutin gua ya, kalo ada sesuatu yang pengen lu sampein kegua pake cara baik-baik, atau Lo bisa tulis dikertas ini". Kata nya sembari menaruh buku yang lembaran kosong serta pulpen nya.
Aerin terdiam seakan suara itu kembali menghilang. Tapi saat Aerin menoleh ke arah buku yang dia sisihkan tadi disamping muncul sebuah tulisan.
Gua Melda Rin...
Dia bukan orang baik.....
Tolong gue.....
Aerin sedikit terkejut, tubuhnya merinding. Dengan memberanikan diri dia melihat tulisan tersebut dengan jelas, karna memang tulisannya agak acak-acakan.
"Ja-jadi bener Lo Melda". Takutnya Aerin menghilang dan itu berubah menjadi haru bagi Aerin. Ntah mengapa mata nya berkaca-kaca dia bangkit dari duduk lalu melihat setiap sudut ruang kamar serta kamar mandi dan luar balkon sembari mamanggilnya.
"Mel, Melda, jadi bener itu Lo. Mel gua kangen banget sama Lo, Melda Lo dimana sih".
Dia terduduk dipinggir ranjang sambil memeluk buku bertulisan tadi.
"Aerin"...
Suara itu kembali muncul, "Mel, Lo dimana,
MELDA.....!"
Dengan nafas terenggah juga keringat dingin dia terbangun dari tidur nya karna mimpi buruk tadi.
Dia melirik pada jam dinding dan ternyata jam sudah menunjukan pukul 06.00 pagi dan matahari pun sudah mulai terang.
"Apa tadi cuman mimpi". Gumamnya
Dan sebenernya sewaktu dia habis telponan dengan Lusi, dia tidak pergi belajar melainkan dia langsung tidur. Karna sebenernya dia telponan dengan Lusi itu sesudah belajar.dan buku-buku diatas meja pun rapi. Karna kenyataannya dia sudah selesai mengerjakan pr nya dan membereskan nya dengan rapih.
BERSAMBUNG....
...Thanks untuk para pembaca aku, see you next bab selanjutkan yah. Jangan lupa vote,like, dan komen yah, biar makin semangat Hehe😁...