NovelToon NovelToon
Guru Tak Kompeten, Murid Tak Berguna

Guru Tak Kompeten, Murid Tak Berguna

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Kebangkitan pecundang / Budidaya dan Peningkatan / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:42.8k
Nilai: 5
Nama Author: Jibril Ibrahim

Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.

Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.

Cantik!

Tapi tak bisa diandalkan.

“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪

“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪

“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~

Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?

Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻

______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 21

Penatua Keempat menatap Wang Lu dengan sorot memohon, menuntut pengertian. “Memang tidak ada aturan yang melarang murid mana pun untuk mengambil misi mana pun,” tuturnya dengan sedikit tekanan yang mengindikasi bahwa ia sedang menahan jengkel. “Tapi mengambil misi kelas satu membutuhkan keahlian tinggi dan pengalaman!”

“Kalau begitu aku lebih harus mengambilnya supaya aku mendapat pengalaman!” sanggah Wang Lu tanpa beban.

Kalimat itu seperti guntur yang dilemparkan ke kerumunan, dan semua wajah diledakkan bersama.

“Ni—” Penatua Keempat tergagap menahan geram. Kemudian menyerah dan membiarkan Wang Lu berbuat sesukanya. Ia mengeluarkan gulungan berisi daftar misi dari laci mejanya, kemudian menaruhnya di depan Wang Lu. “Kau lihatlah saja dulu!” gerutunya dengan ketus.

Murid-murid lain menggumam atau bergeleng-geleng.

“Dasar gila!” Wang Yu berdecak dan mendengus, lalu berbalik menjauhinya. Sudah kehilangan selera untuk melanjutkan lelucon. Sebenarnya sudah kehilangan celah untuk berlagak.

Jing Fan mencibir di antrean misi umum. Tidak berdaya lagi untuk memojokkan Wang Lu.

Para penatua saja tidak berdaya menghadapinya!

Wang Lu meraih gulungan itu dan membukanya, tidak memedulikan gumaman sinis semua orang. Yu Fengmu merapat ke sisinya, ikut membaca daftar misi tersebut.

Ada sekitar sepuluh atau sebelas daftar misi, tiga di antaranya sudah dicentang dan semuanya berada di urutan paling bawah.

Misi tersulit nomor satu: kasus lama yang belum terpecahkan. Misi Gunung Dalam.

Misi Gunung Dalam? pikir Wang Lu merasa tergelitik. Aku ingin lihat, bagaimana kali ini kau akan menyiksaku? katanya dalam hati.

Misi tersulit nomor dua: kasus teror iblis langit. Misi Kota Huanran.

Huanran adalah kota di kaki gunung, di mana Wang Lu sering bolak-balik antara Balai Dagang Zuànshí dan Biro Pegadaian Cáishén selama tiga hari terakhir.

Kasus teror iblis langit? pikir Wang Lu menimang-nimang. Sepertinya menarik!

Tapi… kenapa Misi Gunung Dalam sialan ini terdaftar sebagai misi tersulit nomor satu? Ia bertanya-tanya dalam hatinya.

Jangan-jangan lebih sulit dihadapi dari iblis langit?!

Apa ya, kira-kira? Wang Lu mencoba menebak-nebak. Kemudian melanjutkan membaca.

Misi tersulit nomor tiga: perburuan harta karun. Misi Lembah Zhaoyang, Reruntuhan Kuno Baixingguang.

Terlalu jauh! pikir Wang Lu. Lagi pula kalau harta karunnya logam, bukankah akan hancur di tanganku?

Misi tersulit nomor empat: penaklukan wilayah. Misi Lembah Perampokan.

Lupakan saja! putus Wang Lu cepat-cepat.

Selebihnya, rata-rata misi perburuan monster dan harta karun.

Wang Lu menurunkan gulungan itu di meja.

“Bagaimana?” tanya Penatua Keempat. “Sudah mengerti sekarang?”

“Mengerti,” sahut Wang Lu tanpa mengangkat pandangan dari daftar misi yang masih dibacanya. Ujung telunjuknya mengetuk-ngetuk permukaan meja sementara kepalanya menimang-nimang.

Murid-murid lain kembali menoleh sembari mencebik.

“Sekarang dia tahu rasa, kan?” rungut seseorang.

“Jadi bagaimana?” tanya Penatua Keempat sekali lagi.

“Bolehkah mengambil dua misi sekaligus?” Wang Lu balas bertanya.

Seisi ruangan serentak terpekik.

“Apa dia jadi bodoh karena terkejut?” hujat seseorang.

Penatua Keempat menggebrak mejanya lagi. “Kau sedang mempermainkanku?” hardiknya.

“Pak Tua Keempat! Kenapa kau mudah sekali marah?” erang Wang Lu dengan raut wajah tak habis pikir. “Sedikit-sedikit melotot! Sedikit-sedikit menghardik! Sedikit-sedikit menggebrak meja!”

“Sebenarnya kau mau mengambil misi atau tidak?” Penatua Keempat makin merongos.

“Dāngrán!"~tentu, sahut Wang Lu. “Bukankah aku sedang melakukannya?”

“Hǎo!”~baik, tantang Penatua Keempat sambil—lagi-lagi—menggebrak mejanya. “Katakan, kau ingin misi yang mana?”

“Misi Gunung Dalam dan Kota Huanran,” jawab Wang Lu tanpa beban.

Seisi ruangan meledak oleh gelak tawa semua orang.

Wang Lu mengedar pandang, alisnya mengerut. Apa yang mereka tertawakan? pikirnya tak sadar diri.

Wajah Penatua Keempat sudah semerah tomat sekarang. Sepertinya hampir mati kesal. “Bocah Tengik… kalau kau mempermainkanku karena bosan mengantre, jangan salahkan aku tidak memandang gurumu!” tandasnya dengan tajam.

Wang Lu mendesah dan melemas. “Sebenarnya di bagian mana ada perkataanku yang salah?” keluhnya pura-pura frustrasi. Ia melirik Yu Fengmu dengan mata penuh provokasi.

Yu Fengmu menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti isyarat yang coba disampaikan Wang Lu.

Wang Lu mengetuk-ngetukkan ujung telunjuknya di dua daftar misi teratas—pura-pura menimang-nimang, kemudian mengedikkan kepalanya sedikit, menunjuk dengan ekor matanya daftar misi yang ditunjuknya.

Yu Fengmu mendesah dan mengepalkan tangannya, menguatkan diri, kemudian membungkuk pada Penatua Keempat dan memberanikan diri untuk memohon. “Penatua Keempat, bolehkah saya mengambil Misi Kota Huanran?” katanya dengan sopan.

Seisi ruangan kembali mengerling ke meja Penatua Keempat. Tapi tidak seorang pun memiliki keberanian untuk mengomentari Yu Fengmu.

Wang Lu mengedar pandang melalui sudut matanya, lalu kembali menatap Penatua Keempat.

Penatua Keempat menghela napas berat. Kemudian memberikan surat misi pada Yu Fengmu.

Mata Wang Lu spontan berbinar-binar penuh semangat. “Bagaimana dengan misiku?” tanyanya penuh harap.

“Kuberitahu kau, ya! Penatua Keempat memperingatkan. “Ini adalah kasus lama yang belum terpecahkan. Dan kau tahu apa artinya?”

“Aiya! Pak Tua Keempat tenang saja,” sergah Wang Lu cepat-cepat. “Bukankah hanya kasus lama? Sekarang dia sudah tumbuh dewasa dan sudah matang, sudah bisa memecahkan dirinya sendiri,” cerocosnya tanpa berpikir.

“Ni—” Penatua Keempat menggemertakkan giginya.

Seisi ruangan serentak tergelak dan terbahak-bahak.

Penatua Keempat tak tahan lagi. “Terserah kau saja!” semburnya tak peduli. Lalu dengan terpaksa mengeluarkan surat misi dan menggebrak mejanya lagi sambil meletakkan surat misi itu di depan Wang Lu. “Benar-benar malas omong kosong denganmu!”

Seisi ruangan belum berhenti tertawa.

Wang Lu dan Yu Fengmu menggulung surat misi mereka dan menyelipkannya ke balik hanfu masing-masing, kemudian berlalu dari ruangan itu. Tidak memedulikan tawa semua orang yang mencemooh.

Semua mata bergulir mengikuti gerakan mereka dengan sorot geli.

“Anak-anak baru ini…” seseorang bergumam dan menggeleng-geleng.

“Abaikan mereka!” tegur temanya dengan berbisik. “Peduli setan dengan si bocah tengik, tapi orang itu bukan orang yang bisa kita singgung.”

Diam-diam, Mu Ronghao dan Jian Yuan juga ikut melirik ke arah Wang Lu dan Yu Fengmu, kemudian melirik Penatua Keempat.

Raut wajah pria itu terlihat kesal setengah mati.

Mu Ronghao menggeleng samar. Jian Yuan menyembunyikan senyumnya.

“Aku ingin lihat, berapa lama lagi dia bisa berlagak?” cemooh Wang Yu sambil mendelik ke arah Wang Lu. Gerombolannya mengikuti arah pandangnya sembari tersenyum sinis.

“Sekarang bagaimana?” tanya Yu Fengmu setelah berada cukup jauh dari Balai Umum.

“Kau beristirahatlah saja dengan tenang,” kata Wang Lu. “Malam ini aku ingin pergi ke Gunung Dalam dulu, setelah aku mengetahui apa misiku, aku akan mencarimu!”

“Hǎo!”~baik! Yu Fengmu menanggapi dengan tenang. “Ikut apa katamu saja!”

Sementara Yu Fengmu kembali ke asrama, Wang Lu bergegas ke Gunung Dalam. Sudah tak sabar untuk melihat bagaimana ia akan membuat kehebohan.

1
Lila Putra
luar biasa
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: Makasih, Kak, vote-nya!
total 1 replies
Buang Sengketa
ADD jan di colong ya biar dapat penghargaan WTP dari BPK 🤣🤣🤣
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: hffffffttt 🤭
total 1 replies
Roni Sakroni
klo ada yg berminat ya bunuh saja
Mesin Waktu
kalahnya sama shifu 😆😆😆😆😆
Maz Tama
ahhhkkk kurang Thor nanggung... semangat dan selalu jaga kesehatan /Joyful/ditunggu update nya
Maz Tama
ayoooo semangat bantaaaaiiiiiii.. selalu epic pertarungan nya /Joyful/
Maz Tama
wah makin seru saja... jaga kesehatan Thor
Maz Tama
wah siapa orang misterius itu... semangat thor
Maz Tama
siapa kah yang menyerang...jaga kesehatan Thor
Maz Tama
wah hebat biksu kecil..semoga bisa rutin ya update nya
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: Diusahakan konsisten update, Reader Zheyenk!
Makasih tetap setia dari awal sampai hari ini.
total 1 replies
Roni Sakroni
bagus tegas sehingga jadi terhormat
Xiao Shuxiang
NOVEL KEREN, LAYAK DI BACA
Xiao Shuxiang: SM2 THOR.. CRAZY UP SEMANGAT
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: Makasih, Kak, vote-nya!
Semoga tidak mengecewakan sampai tamat!
total 2 replies
Xiao Shuxiang
1 VOTE MELUNCUR
Oe Din
Eittt...
Jangan lupa dukungan dari kang Authornya, hingga Wang Lu "susah" sekali untuk sial...
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: Hahahaha 🤣🤣
total 1 replies
Oe Din
Biarkan saja Wang Wu "pacaran" dengan si Biang kerok...!!!
Oe Din
Kan bisa jadi penonton / penyemangat...!!!
/Determined//Determined//Determined/
Oe Din
Padahal rasa "gatal" Duanmu Jin sudah mencapai klimaksnya...
😅😅😅
Oe Din
Saya juga mulai "gatal"...
Ingin menggaruk demua rahasia Long Tian ( Wang Lu )...
Mesin Waktu
ciye ciyeee udah mengakuinya sebagai milikku 🙄
Mesin Waktu
saya bisa bayangin nih 😀
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!