Menikah Dengan Banci

"Maharani! Apa-apa an kau ini! Apa kau mau mempermalukan aku?"

"Bukan kah kita sedang bersenang-senang? Lalu, apa masalah nya?"

"Pulang sekarang! Kalau tidak,,"

"Kalau tidak apa? Hah? Aku tidak peduli. Pers-tan dengan semua nya."

Maharani menepis tangan Reno dan akan masuk kembali ke ruangan itu. Tapi Reno lagi-lagi menghalangi nya.

"Kau sudah tidak waras?"

"Mengapa aku yang kau bilang tidak waras. Kalau sungguh suami yang lucu. Beruntung sekali kak Mawar tidak jadi menikah dengan laki-laki yang modal burung perkutut doang seperti mu."

"Diam kau! Dasar wanita murahan. Aku juga gagal menikah dengan Mawar karena rayuan mu. Atau Jangan-jangan anak itu juga bukan anak ku? Apa kau menjebak ku Maharani?"

Plak..

"Kau memang laki-laki Ku-rang a-jar."

Maharani pergi dari hadapan Reno setelan menampar nya. Tidak ia sangka Reno tega mengatakan hal itu. Padahal saat pertama kali melakukan hubungan badan, Maharani masih lah pera-waan.

Maharani pulang dalam keadaan kuyu. Ia menangis sepanjang perjalanan. Untung saja ada taksi online yang masih bisa di hubungi lewat aplikasi.

"Mbak, ini uang nya lebih."

"Ambil aja Pak."

"Terima kasih ya."

Maharani pun turun dan masuk ke rumah nya dengan lesu.

"Rani? Dari mana kamu? Mengapa kamu berpakaian seperti ini?"

Maharani tidak menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh Pak Budi. Ia terus bungkam.

"Bu, lihat ini. Anak kita kenapa."

Nyonya Kantil yang baru keluar dari kamar merasa heran saat melihat anak nya bersama sang suami ada di luar rumah.

"Loh Rani, kok bisa di luar? Bukan nya kamu tari udah tidur ya. Trus, ini baju apa yang kamu pakai?"

Maharani hanya menangis. Ia menangis tersedu-sedu di depan kedua orang tua nya. Baik Nyonya Kantil maupun Pak Budi kebingungan saat itu.

"Rani menyesal, Ma. Rani menyesal."

"Memang nya apa yang kamu sesali nak?"

"Semua ini gara-gara Kak Mawar. Gara-gara Kak Mawar Rani jadi mengenal bang Reno. Gara-gara Kak Mawar juga kami bisa menikah. Pokoknya semua kesialan yang terjadi di hidup Rani saat ini, semua karena Kak Mawar."

Rani berkata sambil terus menangis tanpa henti. Ingin rasa nya Pak Budi menegur anak bungsu nya itu. Akan tetapi, ia takut akan semakin runyam nanti nya.

Pak Budi akhirnya diam dan hanya menemani Maharani menangis. Nyonya Kantil pun melakukan hal yang sama. Mereka sama-sama bingung harus bersikap.

Sedangkan Reno, bukan nya mengantar sang istri pulang. Ia malah kembali lagi ke ruangan karaoke dan kembali bernyanyi di sana.

Tidak ia pedulikan Maharani yang pulang sendirian dan menangis. Betul-betul sial sekali Rani mendapatkan suami seperti Reno.

****

Keesokan hari nya, seseorang datang ke rumah kediaman Pak Budi. Siapa lagi kalau bukan asisten kepercayaan nya Angga.

Tok.. Tok.. Tok..

"Kebiasaan sekali sih kamu datang ke rumah orang pagi-pagi. Apa nggak sarapan dulu ya."

"Saya sudah sarapan. Dan biasa nya jam segini sudah termasuk jam kerja saya." Ucap Asisten nya Angga.

"Siapa sih Ma pagi-pagi begini?" Tanya Maharani yang baru saja bangun.

"Biasa, jongos nya Angga."

"Kebiasaan banget sih kamu datang pagi-pagi ke rumah orang. Nggak punya etika banget sih."

"Maaf ya Nona pemalas yang jam segini baru bangun tidur. Ini tu udah hampir siang. Dan lagi, saya datang ke sini untuk memberikan. Undangan kepada kalian."

"Undangan? Undangan apa?"

"Lihat saja sendiri di situ. Sudah ya. Saya pamit. Pekerjaan saya banyak dan saya bukan pengangguran yang bisa bangun tidur sesuka hati." Ucap Asisten Angga lalu pergi.

"Emang dasar ya. Jongos sama majikan sama. Sama-sama pedas mulut nya kalau bicara."

"Iya tu. Eh, emang undangan siapa sih."

"Entah. Bentar Rani baca dulu nama mempelai nya. Hmm,, cantik banget ya, Ma undangan nya. Pasti mahal ini."

"Iya, Mama pun suka banget sama konsep nya."

"Angga dan Mawar. Apa? Ini undangan mereka? Mereka mau langsung menikah?"

"Ada apa Rani, kenapa memang nya kalau anak itu menikah."

"Ma, walaupun Angga banci, setidak nya dia kaya. Nggak seperti Rani yang punya laki-laki pelit dan suka main sama penyanyi karaoke."

"Apa? Main sama perempuan? Ku-rang a-jaaaaaar anak itu. Sudah di kasih makan dan tidur gratis tapi masih berani nya main perempuan. Awas saja kalau ia datang, akan Mama ca-bik-cabiiik itu wajah sok tampan nya."

"Ma, Udah deh. Kita bahas masalah Mawar sekarang. Aku nggak mau Mawar bahagia. Aku nggak rela pernikahan Mawar bisa semewah itu."

"Sayang mereka memang akan menikah. Bukan kah kamu sudah tahu? Jadi apa lagi yang kamu pikirkan."

"Rani nggak rela, Ma. Kehidupan Mawar pasti sangat bahagia setelah ini. Dan Rani hanya mendapatkan sisa-sisa nya saja. Kalau tahu akan begini, Rani nggak akan mau ngambil sampah yang udah di buang Mawar."

"Semua ini memang gara-gara anak itu. Awas saja ia kalau pulang ke sini."

"Benar, Ma. Mawar tidak boleh bahagia di atas penderitaan ku." Ucap Maharani mantap.

Sementara itu, Mawar dan Angga benar-benar sibuk belakangan ini. Mereka mengatur semua hal yang mereka inginkan ketika pernikahan nanti.

Mawar yang ingin Angga memotong rambut nya, hanya bisa pasrah saat melihat kilauan rambut Angga yang begitu indah.

Segala macam persiapan telah di siapkan sebagian oleh saudara-saudara nya Angga. Mereka hanya perlu mencocokkan pakaian saja.

Seluruh Undangan juga sudah di sebar. Angga tidak ingin keteteran saat hari sudah mulai mendekat hari H.

Mawar pun demikian. Setelah melakukan pencocokan pada pakaian yang akan mereka kenakan nanti, ia di haruskan melakukan ritual mandi cantik setiap hari.

Bukan hanya di mandikan dengan air rempah. Ia juga di asapi mulai dari atas hingga ke bawah. Agar semua nya aman ketika malam pertama mereka nanti.

Walaupun ribet dan banyak sekali syarat nya, Mawar tetap menjalani itu semua dengan bahagia. Ia tidak menyangka akan di perlakukan layak nya Ratu selama beberapa hari itu. Dan ia pun sangat menikmati nya.

"Ma, apakah ini semua hadiah dari Mama untuk Mawar. Terima kasih untuk calon suami yang begitu baik. Ya walaupun banyak yang bilang kalau dia banci sih. Tapi bagi Mawar, ia tetaplah Angga yang perkasa. Eh." Mawar berbicara dengan foto Mama nya yang masih ia simpan di dalam dompet.

Foto itu lah satu-satunya yang masih ada. Karena Nyonya Kantil telah membakar seluruh Kenangan Mawar dan Mama nya dulu.