Berawal dengan niat baik untuk menolong membuatnya harus berurusan dengan seorang pria asing yang tanpa Marissa ketahui akan merubah hidupnya 180 derajat. Terlebih setelah insiden satu malam itu.
Kira-kira seperti apa tanggapan pria asing yang bernama Giorgio Adam setelah mengetahui kebenaran dari insiden malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nathasya90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RAHASIA YANG TERUNGKAP
"Kita pulang sekarang!" kata Giorgio lalu meninggalkan Marissa sendirian di dalam kamar perawatannya.
Tidak lama terdengar ketukan pintu dari luar, kemudian masuklah beberapa suster ke dalam kamar VVIP itu dengan sebuah kursi roda di tangannya.
Sebenarnya Marissa baru akan pulang keesokan harinya setelah melakukan pemeriksaan USG dengan dokter kandungan, namun karena tidak ingin membuat Giorgio semakin murka akhirnya ia mengalah dan akan mencari alasan untuk kembali ke rumah sakit guna mengecek keadaan kandungannya.
Marissa sadar jika Giorgio pasti sangat marah saat ini dan ia memaklumi hal itu karena jika dirinya pun berada di posisi Giorgio tadi ia pasti akan bereaksi sama dengan pria itu. Marah dan salah paham pada akhirnya.
"Maaf, Nona silahkan berbaring dulu, saya akan membuka selang infus Anda sekarang," kata salah satu suster yang hendak melepaskan infus di tangan Marissa.
Marissa diam saja dan mengikuti segala apa yang dikatakan perawat perempuan itu hingga infus yang melekat di tangannya tadi terlepas.
Marissa kemudian didorong oleh perawat lainnya menuju pintu utama dari rumah sakit tersebut di mana Giorgio sudah menunggunya dengan menaiki mobil Ferrari GTC Lusso hitam.
Marissa turun dari kursi roda dan masuk ke dalam mobil dengan hati-hati. Keadaan Marissa sebenarnya tidak terlalu mengkuatirkan namun tetap saja ia tetap harus hati-hati mengingat usia kandungannya yang masih rawan keguguran.
"Terima kasih, Sus," ucap Marissa pada dua suster yang sudah membantunya bersiap.
Setelah mengucapkan banyak terima kasih pada kedua suster yang menolongnya tadi. Akhirnya mobil Ferarri hitam milik pria itu melesat pergi menjauh dari area rumah sakit.
Beruntung Roby sudah pulang sejak tadi. Jika tidak … bisa dipastikan ia pun pasti akan menjadi tempat luapan emosi bosnya itu.
*
*
Giorgio hanya diam saja sepanjang perjalanan, begitu juga dengan Marissa . Mata cantik wanita itu memandang ke arah luar jendela sembari memegang perutnya.
Sesampainya mereka di mansion, Giorgio langsung menarik lalu menyeret paksa Marissa masuk ke dalam mansion dan naik ke lantai dua kamarnya.
Beberapa maid yang melihat Marissa yang kesulitan menyamai langkah besar pria itu pun ingin membantu saat sang nona nyaris saja tersandung oleh kakinya sendiri, tapi apalah daya mereka yang hanya seorang pelayan mana kuasa melawan sang tuan rumah.
Pria itu kemudian menghempaskan tubuh wanita itu ke atas ranjang dengan kasar. Wanita itu pun refleks memegang perutnya untuk memberi perlindungan pada janin yang sedang dikandung. Calon ibu itu tidak ingin jika Giorgio sampai menyakiti kandungannya walau tidak sengaja.
Bukan hanya tubuh yang sakit, namun hati wanita itu pun rasanya remuk redam karena perlakuan kasar Giorgio padanya setelah sekian lama mereka bersama. Biasanya perlakukan sedikit kasar membuat gairah keduanya naik, namun tidak untuk kali ini, bukan nafsu seksual yang pria itu tunjukan namun nafsu amarah dan kecewa.
"Gio.. aku bisa jelaskan semua. Ini tidak seperti apa yang kau lihat tadi. Ini sungguh salah paham dan dia melakukannya hanya sebagai tanda perpisahan saja karena mulai besok aku sudah tak bekerja lagi di kantornya," jelas Marissa karena tak ingin membuat masalah ini semakin runyam yang akan berakibat fatal pada perusahaan Dimi nanti.
"Salah paham kau bilang? Dia memelukmu dan kau hanya diam? Itukah yang kau bilang salah paham?" tanya pria nyalang.
"Sungguh Gio, aku hanya mencintaimu. Hubungan kami pure sebatas persahabatan saja, tidak lebih, sungguh!" ucapnya kembali meyakinkan.
"Kau pun tahu dia sahabatku sejak aku masih di panti dulu," tambah Marissa .
"Kau tahu jika aku sudah mengetahui hubungan kalian dulu?" tanya pria itu menelisik dan Marissa mengangguk.
"Aku yakin kau sudah menyelidiki siapa Dimi sejak kau tahu aku bekerja dengannya bukan? Dan juga aku bekerja di perusahaannya waktu itu juga murni karena kebetulan saja, tidak ada unsur kesengajaan. Percayalah padaku, kita hanya berteman," terangnya kembali meyakinkan untuk kesekian kali.
"Ya, dan pria yang kau anggap sahabat itu adalah cinta pertama mu kan? Begitupun dengannya, dia mencintaimu Marissa, kau tidak bodoh untuk tidak melihat dari perlakuannya padamu selama ini. Itu tatapan cinta, aku bisa lihat itu dengan jelas, sangat berbeda ketika bajingan itu menatap wanita lain."
"Itu masa lalu, Gio. Kau tahu itu, aku hanya mencintaimu, hanya kamu, tidak dengan Dimi atau pria lainya," tegas wanita itu.
"Tapi tidak dengan dia. Aku bisa melihat cinta di mana mata bajingan itu," sanggah pria itu.
"Dia bukan bajingan Gio, dia pria baik. Entah kau suka atau tidak," protes wanita itu. Baginya Dimi adalah sahabatnya. Pria baik yang selamanya akan selalu baik dimatanya, naik dulu maupun sekarang.
KRING.. KRING.. KRING..
"Ya, ada apa? APA?!"
Mata pria itu tiba-tiba beralih menatap tajam ke arah Marissa seakan siap menerkam mangsanya hidup-hidup.
"K-kau kenapa?" tanya Marissa dengan takut seraya memundurkan langkah saat pria itu semakin mendekat ke arahnya.
"S-siapa yang menelpon?" sambung wanita itu terbata. Sungguh baru kali ini Marissa merasa takut dengan pria yang selalu menggaungkan cintanya itu.
"Kenapa? Penasaran? Kau begitu ingin tahu siapa yang meneleponku tadi?" tanya Giorgio balik.
"Sekarang jawab pertanyaan ku, Marissa ... Kau sedang hamil?" tanya Giorgio dengan mata menyipit.
DEG!
Mata Marissa seketika membola mendengar pertanyaan pria itu. Ia terpaku diam di tempatnya dan baru tersadar saat Giorgio menyentak tubuhnya.
"Kau hamil?!" Pria itu mengulang kembali pertanyaannya.
"Da-dari mana kau tahu?" tanya wanita itu tidak percaya.
"Jadi benar kau hamil! Anak siapa itu? Apakah anak dari pria brengsek itu? Atau pria yang di restoran waktu itu?" tuduh Giorgio .
PLAKK!!
Tangannya mendarat sempurna di wajah tampan milik Giorgio. Bahkan bekas tamparan tangan Marissa begitu ketara di kulit putih milik pria itu.
"ARE YOU CRAZY!!" pekik Marissa.
Air mata sudah membasahi pipi mulus Marissa. Ia tidak menyangka pertanyaan itu keluar dari mulut Giorgio langsung. Pria itu kemudian terkekeh melihat kemarahan Marissa.
"Kenapa? Apa aku salah? Atau ada pria lain lagi yang tidak ku ketahui, begitu?!" Lagi-lagi Giorgio menuduh Marissa sembarangan. Emosi sudah menguasai akal dan hatinya. Semua prasangka menjadi satu kesatuan yang membuat Marissa tersudut.
"Kenapa kau menimpakan semua perbuatanmu pada pria lain? Kenapa kau tidak berpikiran jika aku hamil anakmu, huh!!" berang Marissa.
Ia tidak terima jika dituduh selingkuh dengan pria lain, apalagi sampai hamil.
"KARENA AKU MEMANG TIDAK BISA MEMBERIMU ANAK, KARENA AKU SUDAH STERIL!!"
Emosi sudah di ubun-ubun. Apa yang selama ini disimpan akhirnya keluar juga.
"WHATT!! Bagaimana bisa?" tanya Marissa tidak percaya. Bagaimana mungkin Giorgio steril, sedang nyatanya ia benar-benar hamil anaknya.
"Bisa, karena itu sudah aku lakukan jauh sebelum kita bertemu. Jadi tidak mungkin anak yang kau kandung itu adalah anakku. Sekarang, kau tidak bisa berdalih lagi bukan?" ucap sinis Giorgio.
"Tapi bagaimana bisa, ini anakmu, Gio. Ini anak kita," lirih Marissa yang kini sudah berderai air mata.
"Tidak! Anak itu bukan anakku, Marissa. Berhenti membohongi ku. Kau sudah ketahuan dan kau masih ingin berkelit!" seru pria itu tidak suka.
Giorgio benar-benar tidak menyangka bagaimana bisa Marissa masih bersikukuh dengan kebohongannya itu. Anak itu anaknya? Bagaimana bisa?
"Ayolah, sekarang katakan saja dengan pria mana kau bersenang-senang saat itu? Ah.. aku tahu sekarang kenapa kau bersikeras tetap ingin bekerja di luar padahal aku sudah memberikanmu pilihan bekerja denganku, tapi kau justru menolak dengan berbagai alasan tidak masuk akal. Dan kini aku tahu alasanmu yang sebenarnya sekarang." Pria yang merasa sedang dikhianati itu pun mengeluarkan segala unek-unek yang ada dipikirannya saat ini tanpa berpikir jika tuduhan yang dilontarkan pada Marissa begitu menyakitkan bagi seorang wanita.
"Tidak, itu tidak benar. Anak ini benar-benar anakmu, aku bersumpah!" Marissa memohon sembari memegang tangan Giorgio.
Bagaimanapun itu adalah tuduhan menyakitkan. Okelah jika ia dituduh berselingkuh karena merasa cemburu dengan Dimi dan ia bisa memaklumi karena kejadian tadi memang benar sebuah kesalahpahaman, namun untuk tidak mengakui anak yang dikandungnya itu benar-benar sudah sangat kelewatan dan menyakitkan.
Pria itu lalu menghempas tangan Marissa hingga membuatnya terjatuh terjerembab di atas lantai hingga membuat Marissa mengadu sakit.
"Jangan pernah menyentuhku," kata pria itu membuang muka. Kemudian meninggalkan Marissa tanpa membantu wanita itu berdiri.
Giorgio keluar dari kamar mandi dua puluh menit kemudian dengan posisi Marissa masih terduduk di atas lantai yang dingin.
Dan lima menit kemudian, tampak Giorgio sudah rapi saat keluar dari ruang wardrobe miliknya.
Giorgio tidak menghampiri wanita itu dan hanya melirik sekilas ke arah Marissa dan dia tahu jika wanita itu masih menangis walau tidak bersuara sekalipun karena terlihat jelas dari tubuhnya yang bergetar.
Giorgio kini berada di sebuah club malam. Pria itu duduk di ruang VVIP dengan segelas minuman di tangannya. Dan di sebelah kanan dan kirinya diapit oleh wanita cantik nan seksi.
Tampak salah satu wanita itu merayu dengan meraba pangkal paha dan wanita satu lagi hendak mencium bibir tipis Giorgio.
"Hei, apa yang kau lakukan, BITCH!!" hardik Giorgio lalu mendorong wanita yang hendak menciumnya tadi.
"PERGI KALIAN SEMUA!!" Giorgio mengusir kedua wanita itu hingga membuat wanita binal itu lari terbirit-birit dari ruangan itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hai-hai semuanya. Salam kenal dengan author Nathasya di sini💐
Salam kenal untuk kakak semua ya.. Semoga kakak semuanya suka dengan cerita ini. Jangan lupa kirim semangatnya untuk aku ya, biar makin semangat nulisnya hehe... Lope sekebon ❤️
TERIMA KASIH DAN SUKSES SELALU BUAT KITA SEMUA 🫶🏼