NovelToon NovelToon
Pencari Jejak Misteri

Pencari Jejak Misteri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Matabatin / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: zennatyas21

Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.

Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.

Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.

Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25. Kesalahan Ratu

"Astaghfirullah, Lita!?"

Ratu berteriak usai melihat seorang Lita yang ia lihat sedang mencium seseorang laki-laki. Ratu tidak mengenal siapa laki-laki itu, namun ia yakin Lita sudah tergoda.

Ketika mata Ratu hendak menoleh ke arah Rangga, Cakra dengan sigap langsung memeluk Ratu serta menundukkan kepalanya.

"Jangan dilihat Ratu, itu hal tidak senonoh. Jangan penasaran dengan apa yang dilakukan oleh mereka." kata Cakra.

"Ya gak usah peluk-peluk juga kali! Lo otaknya sama kayak mereka ya!" pekik Ratu sontak mendorong tubuh Cakra.

Dengan keadaan yang mulai tegang, Ratu tiba-tiba ditarik oleh seseorang. Ratu melihatnya persis seperti Cakra. Tanpa pikir panjang ia pun menampar pipi lelaki itu begitu keras.

"Kak? Cakra kenapa ditampar?" tanya Reyza terkejut.

Ratu menatap adiknya heran. "Kamu pakai nanya kenapa aku tampar dia? Dia peluk-peluk aku dengan kesempatan dalam kesempitan ketika Lita dan Rangga sedang berbuat kotor!" tegasnya.

Sedangkan Cakra yang ditampar mencoba untuk menyentuh tangan Ratu. Meski beberapa kali ia ditepis kasar.

"Cakra yang peluk kamu itu bukan aku. Tapi, kalau kamu lebih percaya dia dan tergoda dengan apa yang ada di sini, jangan menyesal ketika aku dan mas Panca pergi."

Intan mendekati Ratu untuk menenangkannya. "Iya, Rat, itu tadi bukan Cakra asli. Coba deh, lo liat tangan Cakra sekarang. Ada gelang bandul harimau nya 'kan? Kalo yang tadi gak ada, lo jangan tergoda sama mereka. Lita sama Rangga juga udah parah." jelas Intan.

"Jadi, gimana? Apa kalian masih ingin tetap tinggal di desa ini dan melanjutkan tugas Praktik Kerja Lapangan di balai desa ini." tanya Pak Guyub.

"Dilanjut saja, Pak. Karena sudah terlanjur masuk ke desa ini juga." Itulah hasil keputusan Ratu yang sudah bulat.

Cakra yang sedari tadi diam seketika kerasukan, lelaki itu bahkan memukuli dirinya sendiri entah apa masalahnya. Ratu melihat hal tersebut sontak menahan tubuh Cakra.

"Pak, untuk hari ini kami minta izin dulu gak papa 'kan? Soalnya hari ini kita masih belum begitu siap," ujar Bisma yang merasa mereka masih memiliki banyak gangguan.

Pak Guyub dengan Bu Mayang mengangguk paham serta maklum. Kemudian, Reyza bersama temannya pun membawa Cakra ke sebuah tempat kosong.

"Halo gadis manis ... Apa kau yang tadi memelukku? Oh, betapa senangnya aku—"

"Ba*ot! Lo apa-apaan peluk gue hah!? Otak lo udah gila, ya!?" sentak Ratu membuat keempat temannya melotot tak percaya.

"Ratu?"

"Kak? Kenapa kakak malah lancang sih? Hah? Ya Allah ...," sebut Reyza sambil meraup wajahnya frustasi.

"Ah, udah lah, bentar lagi kita juga bakal mati kayak Lita sama Rangga." sahut Bisma sudah berfirasat buruk.

Intan dan Ninda menggeleng tak percaya. Ada ketakutan di wajah mereka.

Sedangkan kondisi Panca yang sudah berada di kota mendadak merasakan sakit di ulu hatinya. Pikirannya pun seketika melintas ke sosok Ratu. Perasaannya sudah mulai tidak enak.

"Aduh, kok ulu hati aku sakit, ya? Ck, jangan-jangan Ratu buat kesalahan di sana!"

Tanpa berlama-lama Panca berlari pergi tidak berpamitan dengan keadaan kaki yang masih sakit, tetapi ia paksakan untuk tetap belari.

Setelah Ratu menyentak, ia baru sadar jika ucapannya telah melewati batas peraturan di dalam desa ini. Dirinya pun menatap semua temannya yang menatapnya dengan raut kecewa.

"Maaf, maafin gue." ucap Ratu merasa bersalah.

Untungnya Cakra cepat sadar, dan lelaki tersebut langsung membawa Ratu.

"Kalian cepat cari penginapan di sini! Biar gue yang bawa Ratu ke sebuah tempat aman."

Akhirnya semua mengangguk setuju.

•••••

Baru masuk ke wilayah desa Pepeling, Panca sudah melihat banyaknya perempuan dari beberapa umur yang berbeda. Mereka semua gila harta, bahkan Panca begitu ngeri melihat para wanita khususnya ibu-ibu muda sedang bertengkar dengan suaminya.

"Astaghfirullah, di depan aja udah kayak begini. Ini desa enggak beres, mereka semua sebenarnya manusia apa bukan sih? Oh iya, Cakra di mana ini sama Ratu?" gumam Panca sambil menggendong tas sekolah.

Di perjalanan hingga beberapa menit akhirnya dua kakak beradik itu saling bertemu di sebuah rumah kosong.

"Tuh, Mas Panca." kata Cakra dingin.

Ratu menoleh dan mendapati sosok Panca di hadapannya.

"Kamu ngelakuin apa sih, hm? Kenapa sampai begini? Di depan pintu masuk ke desa ini banyak banget orang yang rusak loh, udah aku kasih tahu 'kan? Desa ini bukan tempat biasa, kamu ngomong apa?"

Pada saat Panca bertanya ke Ratu, perempuan itu justru langsung menangis karena menyesalinya ucapannya.

"Maaf, aku cuma bilang kalo Cakra itu banyak omong tapi pake bahasa kasar." ungkap Ratu sambil menunduk.

Cakra menghela nafas lelah. "Itu bukan aku, Ratu. Ya maaf, kalo tiba-tiba aku memeluk kamu. Tapi, itu semua juga lagi diusahakan dan dikendalikan." jelas Cakra.

"Sekarang gini, Ratu, kamu mau gimana? Kamu mau apa?" tanya Panca.

"Maaf," Hanya itu jawaban Ratu.

Panca meraup wajahnya kasar, ia tampak emosi namun ditahan dalam-dalam.

Cakra yang mengetahui pun mengusap punggung kakaknya. Karena Ratu juga masih menangis akibat menyesali perbuatannya.

"Udah, jangan nangis. Semuanya bukan hanya salah kamu, jangan merasa salah sendiri. Gak papa kalo kamu mau nangis dulu, nanti tinggal keputusan kamu mau lanjut atau berhenti." tutur Panca.

Keadaan Ratu masih saja menunduk sembari menangis. Ternyata sosok Panca yang ia duga bisa marah se-serius itu.

"Sebaiknya jangan terlalu keras sama Ratu, Bang. Kasihan dia, lagian emang udah tugas kita 'kan buat jagain dia. Jangan nyalahin dia terus, meskipun gak secara langsung." Nasihat Cakra pada Panca.

"Maafin aku ya, Mas Panca, Cakra. Maaf kalo banyak ngerepotin terus." ucap Ratu mulai menghapus air matanya.

Panca bersama Cakra mengangguk kompak.

"Jadi, mau gimana, lanjut apa berhenti?"

"Lanjut aja, Mas Panca." jawabnya.

Namun, sebelum mereka bertiga kembali ke balai desa, tiba-tiba Ratu melihat Rangga.

"Hai, Sayangku ... Kamu mau ke mana, hm? Peluk aku yuk,"

Lagi-lagi mereka bertiga menemukan hal dan aktivitas tidak senonoh di desa ini. Ratu pun kembali ditutupi matanya agar tidak melihat.

Begitu juga dengan Panca dan Cakra yang memejamkan mata mereka.

Sungguh benar-benar mereka bertiga jijik, mendengar suara yang tidak enak dari mulut Rangga dengan seorang wanita berumur 25 tahunan.

Tidak ingin basa-basi lagi, akhirnya keputusan paling akhir dari Ratu adalah mengakhiri tugas mereka di desa tersebut. Ia memutuskan untuk pergi dan mencari tempat lain.

"Kita mau pindah ke mana, Rat?" tanya Intan.

Ratu memijat kepalanya pusing. Di dalam kebingungannya, ia mengutarakan pertanyaan.

"Ada yang punya saudara memiliki jabatan di kantor desa gitu, gak?" tanyanya.

Beberapa detik kemudian ada yang menjawab.

"Ada, di kampung paman gue." jawab Bisma.

1
Billgisya Janu Aulia
Luar biasa
Billgisya Janu Aulia
Lumayan
murtiasih
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!