Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26 - Hampir Saja
Abas dan Mila sibuk melakukan penyatuan. Kali ini mereka melakukannya dengan berdiri. Mila dalam posisi membelakangi Abas. Lelaki itu terus memberikan gempuran kuat hingga membuat tubuh Mila menggelinjang hebat.
Mila tak kuasa menahan diri untuk tidak mendesah. Dia sebenarnya sudah merasakan puncak dua kali. Jadi tubuh Mila sudah cukup lemas sekarang. Ia hanya perlu menunggu Abas terpuaskan.
"Bas! Itu ada orang yang cariin kamu! Kau lagi nyuci ya?" seru Bi Warni sembari mengetok pintu. Lokasi pintu belakang sendiri berada di tempat yang berlawanan dari kamar mandi. Jadi Bi Warni tak bisa mendengar desahan Mila. Mungkin Bi Warni akan mendengarnya jika memasang telinganya baik-baik.
Mendengar seruan Bi Warni, Abas langsung melepas penyatuan. Dia dan Mila gelagapan. Keduanya bergegas mengenakan handuk.
Abas bergegas berlari menuju pintu. Dia segera membuka pintu tersebut. Keadaan Abas tampak mengenakan celana pendek dengan punggung berbalut handuk.
"Eh, Bi Warni. Kenapa, Bi?" tanya Abas.
"Itu ada orang yang cariin kamu di depan. Kamu dipanggil-panggil dari tadi nggak dengar. Lagi mandi ya?" balas Bi Warni.
"Iya, Bi. Tadi aku mandi. Aku akan segera menemui orang di depan. Makasih ya," tanggap Abas.
Bi Warni mengangguk dan segera beranjak pergi. Dia sama sekali tidak curiga dengan apa yang dilakukan Abas.
Abas mendengus lega. Dia menutup pintu belakang dan beranjak ke pintu depan. Sebelum itu, Abas mengenakan kaos bajunya terlebih dahulu.
Ketika pintu terbuka, Abas kaget sekali saat melihat orang yang datang ternyata adalah Irwan.
"Loh, Pak Irwan? Bagaimana bisa..." Abas langsung menoleh ke arah jam dinding. Dia melihat waktu masih menunjukkan jam sembilan kurang sepuluh menit.
"Jam sepuluh nanti aku ada jadwal penerbangan ke luar kota. Makanya aku mendatangimu lebih cepat. Aku sebenarnya sudah menelepon. Tapi nomormu tidak aktif," jelas Irwan sembari mendekati Abas.
"Maaf, Pak. Ponsel saya mati karena lagi di charger," ungkap Abas. "Masuk dulu, Pak. Lagian saya dan Mila akan bersiap-siap dahulu," ujarnya seraya membuka pintunya lebih lebar.
"Cepat ya. Nanti nggak sempat loh," tanggap Irwan.
Abas mengangguk. Dia segera masuk ke kamar. Di sana dia melihat Mila sudah mengenakan pakaian. Tidak seperti sebelumnya, gaya Mila tampak feminin. Ia mengenakan tank top hitam yang dibalut dengan blazer hijau tua. Mila melengkapi gayanya itu dengan rok payung hitam.
Abas tentu cukup kaget dengan penampilan berbeda Mila. Perempuan itu dua kali lebih cantik kalau berdandan.
"Aku akan memanjangkan rambutku mulai sekarang," kata Mila.
"Kenapa tiba-tiba?" tukas Abas sambil terkekeh.
"Ya karena kamu lah. Aku pasti lebih cantik kan dengan rambut panjang?" balas Mila. Dia kali ini tidak bersikap tangguh seperti sebelumnya, namun begitu genit.
"Kalau cewek itu bagusnya rambut panjang sih," ucap Abas.
"Tunggu beberapa bulan ya. Rambutku pasti panjang," tanggap Mila. Ia mengalungkan tangannya ke tengkuk Abas. Perlahan Mila berjinjit agar bisa mengecup bibir Abas.
Dengan cepat Abas segera menghentikan. "Sudah ah! Jangan mancing-mancing terus. Di luar ada Pak Irwan loh," bebernya.
"Hah? Jadi yang datang Pak Irwan?"
"Iya. Sana keluar duluan gih. Aku mau siap-siap dulu."
Mila segera keluar untuk menyapa Irwan. Sedangkan Abas menyalakan ponselnya. Bersamaan dengan itu, dia langsung mendapat panggilan telepon.
"Halo?" Abas langsung menjawab panggilan dari nomor tak dikenal itu.
"Halo juga, Sayang... Ini aku Erna. Yang kemarin minta nomor kamu di depan barbershop. Hari ini kau bisa datang ke rumah untuk memijatku nggak?" tanggap Erna dari seberang telepon.
ingat entar tambah parah Lo bas....,