Tak sekedar menambatkan hati pada seseorang, kisah cinta yang bahkan mampu menitahnya menuju jannah.
Juna, harus menerima sebuah tulah karena rasa bencinya terhadap adik angkat.
Kisah benci menjadi cinta?
Suatu keadaanlah yang berhasil memutarbalikkan perasaannya.
Bissmillah cinta, tak sekedar melabuhkan hati pada seseorang, kisah benci jadi cinta yang mampu memapahnya hingga ke surga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Setelah semalaman berfikir, Juna akhirnya memutuskan untuk menyerahkan saja dokumen ta'aruf dari seorang pria untuk Yura.
Tadinya dia berniat mengembalikkan map itu pada ustad Zaki, bahkan kepikiran juga untuk membuangnya. Tapi setelah di fikir-fikir, jika dirinya melakukan itu, tandanya dia masih belum bisa mengusai ilmu ikhlas.
Padahal sudah ada dalam kitab lauhul mahfudz bahwa jodoh, rezeki serta maut sudah di atur di dalamnya.
Mau sejauh mana effort Juna menggagalkan perkenalan Yura dengan laki-laki manapun saja, kalau sudah jodohnya mereka pun pasti bertemu. Tapi jika tidak berjodoh, meski di dekatkan sekuat apapun tetap akan terpisah.
Mendesah pelan, Juna menguatkan dirinya sendiri supaya tak terlalu terbawa perasaan jika Yura menerima map yang akan ia serahkan.
Berulang kali pria itu menarik napas panjang, mempersiapkan kekecewaan yang mungkin akan ia rasakan.
Pelan, Juna memutar knop pintu kamarnya, ia melangkah tanpa ragu menuju kamar Yura yang letaknya tak jauh dari kamarnya.
Di lantai dua memang ada tiga kamar lengkap dengan kamar mandi di masing-masing ruangan. Ada satu ruang keluarga yang juga di lengkapi dengan toilet umum.
Sebelum mengetuk pintu kamar Yura, ia kembali memusatkan perhatian pada map berwarna coklat tersebut.
Dalam hati ia membaca tulisan yang menyebutkan nama seorang pengirim
SIDIQ NUGROHO.
Entah seperti apa pria itu, yang jelas dalam angan Juna bahwa dia adalah sosok pria yang memiliki kualitas serta kuantitas yang tidak di ragukan lagi.
"Ra!" Panggil Juna di iringi ketukan pintu.
Hanya menunggu tak kurang dari satu menit, pintu itu sudah terbuka. Menampilkan sosok Yura dengan piyama tidur serta jilbab instan yang menutupi rambutnya.
Meski hanya mengenakan pakaian tidur, entah kenapa terlihat begitu mempesona di mata Juna. Dia sendiri bingung kenapa baru menyadari kecantikan Yura saat ini, padahal mereka tinggal dalam satu rumah.
Kemana saja dirinya selama bertahun-tahun?
"Mas Juna! Ada apa?" Tanya Yura, nadanya terdengar cuek di telinga Juna.
"Ada titipan dari ustad Zaki"
Yura melirik map yang Juna sodorkan ke hadapannya.
"CV dari pria yang mengajukan ta'aruf denganmu" Tambah Juna tanpa basa basi.
"Makasih" Balas Yura seraya menerima map dari tangan Juna.
"Yakin mau ta'aruf lagi? Nanti sakit hati lagi"
"Bukan urusan mas" Jawab Yura.
"Tapi mamah nggak suka lihat kamu sedih, kalau bisa jangan kecewakan beliau lagi"
"Aku nggak pernah ngecewain mamah"
"Lihat kamu sedih kemarin, bukankah mamah sedih juga?"
Yura diam dengan bibir terkatup rapat.
"Masih ada yang lain lagi? Kalau nggak ada, ini aku tutup dulu, aku lagi sibuk soalnya" Pungkas Yura setelah diam beberapa detik.
"Oh, ya. Silakan!" Senyum Juna mengembang, sementara Yura reflek melirik bagian pelipis Juna.
"Sudah sembuh lukanya?" Tanya Yura tanpa ekspresi. "Sepertinya bekas jahitannya juga sudah mulai memudar, berarti sudah nggak sakit lagi"
Mendengar kalimat itu hati Juna berbunga. Ia seperti mendapat perhatian dari sang adik.
"Alhamdulillah, sudah sembuh dan sudah tidak sakit!"
"Syukurlah" Balas Yura. "Aku masuk dulu"
"Iya"
Yura menutup pintu setelah Juna berbalik dan melangkah menuju kamarnya.
****
Di dalam kamar, Yura langsung membuka map yang baru saja ia terima.
Setelah membaca profil pria itu, Yura berniat menolak dengan alasan ingin fokus dulu pada sidang skripsi. Padahal dia tak cocok dengan usianya yang jaraknya terlalu jauh.
Pria berusia tiga puluh dua tahun. Sepuluh tahun lebih tua darinya.
Memang tidak masalah, tapi yang Yura cari adalah pria yang jarak usianya hanya terpaut kisaran tiga hingga enam tahun. Kalau sepuluh tahun tidak masuk dalam kriterianya.
Sambil mencari-cari pria baik lainnya, dia akan fokus dulu pada pendidikan, setelah itu mencari pekerjaan, baru kemudian ia memikirkan soal jodoh.
Mewujudkan cita-cita utamanya, yaitu pergi dari rumah orang tua yang telah membesarkannya. Karena semakin lama berada di sini, Yura akan semakin merasa bersalah. Bahkan jika Juna menikah nanti, Yura khawatir kalau sang mamah akan lebih membela dirinya dari pada istri Juna.
Sama seperti Dini, yang selalu cemburu sebab Jazil selalu mengutamakan Yura ketimbang Dini sebagai menantunya.
Saat tengah melamun, Yura kembali di kejutkan oleh bunyi ketukan pintu. Wanita itu langsung menuleh ke arah sumber suara seraya menyuruhnya masuk.
Sedetik kemudian Jazil membuka pintu dan langsung tersenyum begitu melihat Yura.
Dia melangkah menghampiri putrinya.
"Belum tidur kan, nak?"
"Belum, mah. Mamah butuh bantuan?"
"Enggak sayang" Jazil duduk di tepi ranjang, menghadap Yura yang tengah duduk bersila.
"Map apa itu?" Tambah Jazil bertanya.
"Ini mah, CV ta'aruf"
Jazil mendesah lirih, lalu merebut map itu dari Yura.
"Nggak usah ta'aruf sayang, nanti kalau jodohnya sudah dekat pasti di pertemukan" Katanya meletakkan map di meja nakas.
"Ini juga aku tolak kok, mah. Mau fokus sidang skripsi soalnya"
"Hmm, bagus. Jangan fikirkan soal jodoh. Allah sudah siapkan lelaki terbaik pilihan-Nya buat Yura. Lebih baik fokus dulu sama skripsi, raih nilai sebagus mungkin"
"Insyaa Allah, mah" Sahut yura tersenyum. "Mamah ada apa?"
"Oh iya, sayang. Baru saja ummah Khadijah telfon, katanya pernikahan Azizah akan di adakan dua minggu lagi, tapi kayaknya pas itu mamah ke Bandung, kebetulan mas Angga pulang, mau jemput mama buat temani papah meresmikan Madrasahnya yang di sana"
"Sudah selesai di bangun, mah?"
"Sudah, sekalian mau pindahan juga, jadi ada syukuran sama pengajian"
"Berapa hari mama di bandung?"
"Sekitar satu minggu, nanti pulangnya bareng papa"
"Ya udah nggak apa-apa, nanti aku nginep di rumah mas Angga, bisa nemenin mbak Tita"
"Iya, mas Angga juga berencana begitu"
"Tapi kok Azizah nggak ngasih tahu aku kalau nikahnya dua minggu lagi?" Tanya Yura keheranan.
"Mungkin belum sempat, soalnya baru saja di tentukan tanggalnya"
Ada raut sedih tergambar di wajah Yura, tapi secepat mungkin Yura menghapusnya supaya Jazil tak menyadari kesedihannya.
"Ra!" Panggil Jazil melihat perubahan di wajah Yura.
"Iya, mah?"
"Mamah senang kamu nggak nikah sama Maliq"
Alis Yura menukik tajam. "Kenapa, mah?"
"Sepertinya Maliq mudah jatuh hati pada perempuan"
"Kenapa mamah bisa bilang begitu? Dosa loh mah, su'uzon"
"Iya, mamah paham, mamah tahu betul su'uzon itu dosa, tapi pas acara pertunangan mereka, mamah sempat beberapa kali memergoki Maliq mencuri pandang ke wajahmu. Ya, semoga saja prasangka mamah ini salah, dan mamah mau pesan ke kamu, hindari Maliq. Jangan sampai kamu main mata dengan suami sahabatmu"
"Naudzubillah, mah. Insya Allah nggak akan"
"Mamah percaya sama kamu"
Keduanya sama-sama tersenyum..
Jazil dengan senyum bahagianya, sedangkan Yura dengan senyum pahit menahan hancur agar tak terlalu berkeping-keping.
Bersambung.
Banyak banget reader yang saya blokir, jadi nggak bisa like dan komen. Mohon maaf!! Bukannya tidak mau di nilai buruk.
Saya menulis hanya untuk hiburan, bukan mencari uang. Jika ada uangnya, mungkin itu rezeki saya. Tapi yang utama bukan itu.
Saya Nulis supaya bisa menghibur diri sendiri setelah lelah bekerja sekaligus ngurus rumah tangga, suami dan 2 anak. Niat saya menghibur dari tapi kalau dapat komentar yang nggak jelas, bawaannya emosi.
Jadi sekali lagi ya, yang nggak suka bisa langsung left, jangan di baca lagi, dan jangan ninggalin komentar buruk.
Misal.
"Ah critanya jelek banget, aku berhenti saja, thor. sayang kuotaku kalau buat baca cerita yang nggak masuk di hati aku. Udah ceritanya jelek, pemerannya bego, alurnya juga lambat"
Sakit kan kalau di komentarin begitu, padahal hati sudah lelah dengan permasalahan di real life. Tapi harus baca komentar yang begitu. Kenapa ngga sekalian ngatain authornya go*block.. Hhhh
Kalau mau berhenti baca tinggal berhenti kan ya, nggak usah pake laporan.
Maaf yang sudah paham.
ereks luar biasa..dan tlng singkirkn pelakory..jangan trs di uji antara yura jg juna..jd kpn mereka bisa bahagia.
.
keren juna, jawabanmu gentle berani menolak dan teruslah menjadi suami yang jadi pengayom dan pengayem
sakinah mawaddah warrohmah
semoga episode selanjutnya kak author kasih yura hamil kembar
lanjut kak