Bella mempergoki kekasihnya selingkuh sedang bercumbu di parkiran mall yang sepi. Hal itu membuat Bella syok dengan melihat secara langsung Tama berselingkuh dengan seorang perempuan yang amat dikenalnya. Apa yang akan dilakukan Bella saat tahu Tama selingkuh? Dan bagaimana ia akan memberikan pelajaran pada perempuan yang amat ia percaya selama ini?
Disclaimer; Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa atau cerita mohon dimaafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 - Glimpse of Us
"Enough. Kamu selalu menggunakan orang tua kamu untuk menahan aku. Mulai hari ini Tama, aku akan bilang sama ibu untuk putus hubungan dengan kamu dan Frilly. Kita bukan teman. Kita hanya orang asing yang tidak akan saling mengenal!"
Tama menarik kasar tangan Bella untuk mengikuti nya menuju lift.
Meli berusaha menelpon teman-teman nya untuk membantu Bella yang di tarik paksa oleh orang yang tidak ia kenal.
Sedangkan Frilly berusaha mengejar Tama yang menarik narik tangan Bella.
"Lepas jingan!"
"Gak akan, Bell. Selamanya lo milik gue. Lo lupa janji gue," ucap Tama.
Lelaki itu menarik-narik tangan Bella menuju basemen.
"Kamu yang lupa! Kalau kamu memang ingat gak akan kamu nyakitin aku dengan berkali-kali selingkuh!"
"Ini yang terakhir, Bell. I am swear. Ini yang terakhir. Gue janji, kalau lo mau balik sama gue, kita akan menikah setelah gue lulus ini. Gue gak akan lagi sakitin lo apalagi selingkuh dari Lo. Gue bersumpah Bella!" Tama berucap sambil sedikit berteriak.
Tama kesulitan menuntun Bella yang penuh penolakan.
"Lepas ... lepasin aku, Tama! Please! Semua sudah berakhir termasuk perasaan aku ke kamu."
"Gue nggak percaya, Bell. There's still a glimpse of us in your mind. About me ... About us ... I am right, Isabella?"
"No ... Aku pastikan semua tentang Kita sudah aku lupakan. Sudah tidak berarti!"
Tama tertawa terbahak-bahak. "Why Bella? Karena si anak mafia itu? Si Harrison jingan itu?"
"Jangan bawa-bawa dia kedalam pembahasan kita!"
"Jelas ini semua karena dia. Dia yang bikin Lo menja--"
"KAMU SELINGKUH DENGAN SAHABAT AKU, TAMA!" teriak Bella cepat memotong kalimat Tama.
Bella tidak tahan dengan sifat impulsif lelaki itu. "Kamu yang jingan disini. Kamu dan Frilly yang sampah disini!"
Mereka sampai di parkiran basement. Tama segera menuju mobil yang ia parkir.
Keadaan basemen cukup sepi membuat Tama semakin bertindak seenaknya pada Bella.
"Gue udah minta maaf dan mengakui kesalahan gue. Biasanya Lo selalu maafin gue dan kita seperti biasa lagi. Tapi semenjak Lo kenal Danu. Lo berubah Bella!"
Bella tidak menggubris ucapan Tama. Pikirannya kalut, ia takut jika Tama melakukan hal yang ia takutkan.
"Mau bawa aku kemana? Lepas Tama!"
"Kalau gue gak bisa miliki lo lagi. Gue bakal bikin lo mau gak mau harus balik sama gue. Apapun caranya meskipun harus mengambil hal yang paling lo jaga selama ini!"
"GILA KAMU...! LEPASSSS! TOLONGGG!" jerit Bella.
Cengkraman Tama terlepas saat Bella memukul lengan lelaki itu dengan tas kecilnya. Bella berlari tak tentu arah.
Tama hanya tersenyum sinis memperhatikan Bella yang kabur, karena Tama ingat jika Bella belum sembuh betul. Jadi perempuan itu pasti berlari sambil tertatih.
Benar saja dugaan, Tama. Bella tidak bisa berlari. Ia hanya bisa berjalan cepat yang mana Tama langsung dapat menangkapnya lagi.
Tama menangkap tubuh Bella dengan cepat. Tubuh nya seketika memberontak, tidak terima dengan perlakuan Tama.
"Kalau lo teriak-teriak gue bakal perlakukan lo dengan kasar!"
"Aku lebih baik mati dari pada melakukan itu sama kamu!" jerit Bella.
"TOLOOOONGGGG ... TOLONG ... " Bella berteriak sambil menangis.
Saat Tama sudah sampai di dekat mobilnya, dari arah samping seseorang menendang badan Tama.
Bruggghhhh!
"Arrgghhhh!" Tama mengerang kesakitan.
"Bella, are you okey?" tanya Danu sambil memeluk Bella.
Bella mengangguk namun kemudian menggeleng. Tubuh gadis itu bergetar hebat. Ia menangis.
Ia melepaskan pelukannya dari Bella dan meminta gadis itu untuk tidak menjauh darinya.
Danu kembali menghajar Tama sampai lelaki itu tidak berdaya.
Danu menarik rambut Tama sehingga kepala Tama mendongak ke atas dan menatap Danu dengan wajah marah dan kesal.
"Lo lupa siapa gue, Adisutjipto jr?" bisik Danu tepat di kuping Tama.
Seketika Tama mengingat kejadian sebulan lalu waktu Tama masuk ke Markas Pioneer.
"Monster! LO MONSTER ... DANU! Aarrrghh lepasss ..." teriak Tama
"Hahaha ... Lo tau gue MONSTER. Berarti Lo siap gue bu nuh!"
Mendengar itu bella segera mengejar Danu. Ia takut Danu terlibat kriminal hanya karena membela dirinya.
"Kanu ... Please, don't!" panggil Bella lemah.
Ia masih lemas dengan kejadian tarik menarik dan kejar-kejaran tadi.
Danu tidak berhenti. Ia semakin brutal menghajar Pratama hingga wajah Tama menggemuk karena mendapatkan salam tempel dari punggung tangan Danu.
"Kamandanu ... Please stop!" Bella memeluk Danu dari samping saat Danu ingin menginjak Tama.
"See ... lo liat 'kan, Bella tetap ada di pihak gue! Cuiihhh."
Tama berbicara sambil meludah membuang darah yang keluar dari mulutnya.
"DIAM KAMU JINGAN!" hardik Bella.
"Ayo kita pergi dari sini. Aku gak mau kamu terlibat kriminal. Gak keren kamu masuk penjara karena membunuh banci."
"Ayo Sayang!" Danu sengaja menekan kan kata sayang di depan Tama.
Bella sudah tidak ingin protes dengan apa yang Danu lakukan untuknya. Yang ia inginkan saat ini menjauh dari tempat itu dan menjauh dari Tama.
Danu segera membawa Bella menuju mobil nya yang ia parkir tidak jauh dari sana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Danu membawa Bella ke Mansion Pioneer. Karena mereka memang akan mengadakan celebration Kenzo dan Melisa jadian. Ditambah dengan berita baik yang menguar dari Adrian dan Wulan.
"Aku ke atas dulu, ya. Kalau perlu sesuatu atau ingin sesuatu, minta sama Marco," ucap Danu.
Ia menatap Marco yang berdiri tidak jauh dari mereka. Marco mengangguk paham begitupun dengan Bella.
Sepanjang perjalanan menuju ke mansion, Danu tidak mengatakan sepatah kata pun. Lelaki itu hanya menggenggam tangan Bella dengan tangan kanannya.
Bella paham jika Danu sedang mengontrol emosinya. Ia juga tidak bisa menghibur Danu karena ia sendiri masih shock dengan apa yang terjadi di Mall.
Dari arah dapur, Melisa dan Wulan segera menghampiri Bella. "Bella, kamu gak apa-apa, kan?" tanya Meli khawatir. Wulan datang memberikan Jus Mangga favorit Bella.
Bukannya menjawab, Bella masih fokus menatap punggung Danu yang berlalu menaiki tangga di ikuti oleh Kenzo dan Adrian.
Wulan mulai bertanya, "Tadi yang tarik-tarik kamu siapa sih, Bell? Aku liat kamu dari butik yang satunya. Pas mau ngejar kamu, kata Adrian gak usah. Jadi kita ke ruang CCTV dan menghubungi Danu."
"Aku baik-baik aja, Mel. Thanks ya, Lan. Kejadiannya begitu cepat. Jujur aku masih shock," jawab Bella.
"Tapi kamu gak di apa-apain 'kan, Bell? Aku liat dia kasar banget sama kamu!" tanya Wulan khawatir.
Bella menjawab dengan menggelengkan kepalanya.
"Serius gak di apa-apain? Terus ini apa, Bell?"
Hani menunjuk lengan Bella yang memerah dan ada memar merah berbentuk telapak tangan.
Bella langsung menutupinya dengan bajunya. Bella meringis sambil berucap, "Nanti sembuh sendiri, Han. Udah biasa aku begini."
"Kok bisa dia narik-narik lo. Dia memang siapa, Bell?" tanya Hani penasaran.
Kemudian Bella menceritakan siapa Tama dan mengapa mereka putus.
Bella juga menceritakan kejadian saat dia tertabrak dan kejadian saat di Mall tadi.
Bella memperhatikan ekspresi teman-temannya mulai dari terkejut, menggelengkan kepala, meringis ngilu sampai emosi brutal.
"Omooo ... Kamu kuat, Bell. Menjalani hubungan sama cowok sekasar itu?" tanya Meli penasaran.
"Dulu 'kan, aku buta, bego dan ya ... bucin. Banyak faktor yang bikin aku harus come back sama dia. Termasuk karena orang tuanya."
"Terus, sekarang masih mau sama dia?" tanya Wulan.
"Menurut kamu?" tanya Bella meminta saran.
Sebenarnya ia tidak butuh saran lebih tepatnya ia butuh opini.
"No body know, Bella. Hati manusia tidak ada yang tau!" sahut Wulan
"Kaya aku aja. Gak ada angin gak ada ujan tiba-tiba jadian sama Adrian," katanya lagi.
Bella teringat Danu yang tadi tangannya luka karena habis menghajar Tama. Ia lantas mencari kotak P3K di ruangan itu namun tidak ia temukan.
Mansion Pioneer ini sangat besar dan banyak kamar yang isinya kosong atau kadang hanya berisi kardus-kardus dan peti.
Markas ini juga memiliki tiga lantai. Oh... Mungkin empat karena adanya lantai lain di ujung ruangan.
Saat ini, Bella dan teman-temannya berada di lantai 1, di sebuah kamar yang cukup luas.
Namun, di kamar itu hanya ada sofa dan televisi besar beserta kabinet yang berisi buku-buku tebal.
"Dimana saya bisa mendapatkan kotak P3K?" tanya Bella pada Marco.
"Ikut saya, Nona Isabella!"
Marco lalu mengajak Bella ke salah satu ruangan yang mirip ruang UGD. Banyak alat kesehatan seperti brankar, kursi roda, tiang infus dan beragam obat-obatan.
"Ada yang buka praktek disini, Pak?" tanya Bella polos.
Marco hanya tersenyum. "Untuk pribadi, Nona. Tuan Dallin tidak suka dirawat di rumah sakit."
Bella mengangguk paham lalu keluar dari ruangan itu dengan sekotak P3K
Bella menatap sekeliling mansion yang kebanyakan terisi laki-laki berbaju safari hitam seperti bodyguard.
"Kamar tuan Dallin ada di lantai 2. Ada ukiran tulisan KING di pintunya," ujar Marco yang seolah bisa membaca pikiran Bella.
"Terima kasih Pak Marco!"
"Sama-sama Nona. Ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Marco dan Bella hanya menggeleng dengan senyum manisnya.
Bella menaiki tangga yang berbentuk split seperti tangga saat memasuki sebuah kastil.
Bella sempat mengasihani para pelayan yang akan membersihkan mansion luas ini. 'Melelahkan pasti' batinnya.
"Sayang banget bangunan sebesar ini cuma di jadiin markas. Kalau di jadiin kontrakan bisa berapa pintu, ya? Bisa jadi juragan kontrakan," gumam Bella sambil terkekeh geli.
Bella sampai di depan Pintu yang bertuliskan KING. Sebelum ia mengetuk pintunya, ternyata pintu itu sudah di buka oleh Adrian.
Ia sama terkejutnya dengan Bella. Namun ia segera menormalkan ekspresinya. Ekspresi yang dingin dan kaku.
"Danu di dalam. Masuk aja," ucapnya tanpa menatap Bella.
"Bolehkah?"
"Lo kesini mau ngapain? Gak mungkin berdiri aja di depan pintu kaya petugas sensus, kan? Masuk aja. Anggap rumah sendiri tapi jangan di jual."
Bercanda memang tapi ekspresi Adrian datar. Bella berasa di marahi dari pada di ajak bercanda.
Saat Bella memasuki ruangan itu. Ia hanya melihat Kenzo sedang di depan laptop.
Ruangan ini hampir sama seperi kamar yang tadi Bella dan teman-temannya tempati.
Hanya saja, di sini terdapat tempat tidur. Meja kerja dan interiornya lebih gelap dengan wallpaper berwarna dark grey dengan list hitam.
Bahkan hordeng nya pun bernuansa gelap sehingga kamar ini sedikit remang-remang.
Hordeng pun hanya terbuka sedikit dan Aroma kamar ini pun sama seperti aroma parfum yang sering Danu pakai.
Meskipun sedikit pencahayaan namun ruangan ini sangat dingin dan tidak pengap.
Bella mencari keberadaan Danu yang sepertinya sedang tidur namun tempo nafasnya sangat memburu.
lelaki itu menanggalkan bajunya dan hanya menyisakan celana jeansnya hingga memperlihatkan roti sobek di area tubuhnya.
Danu menutup matanya dengan lengannya sambil tertidur di kasur.
Saat kenzo menyadari kehadiran Bella, ia segera meletakan telunjuknya di depan bibirnya yang artinya menyuruh Bella untuk tidak bersuara.
"ANJ-- si Pratama. Kalau gue telat 1 menit aja. Bella udah di pake sama dia!" geramnya.
Itu suara Danu, Bella terkejut tenyata Danu tidak tidur. Bella menatap Kenzo dengan wajah bingungnya.
Namun, lelaki itu hanya mengangguk masih menempelkan telunjuknya di bibir.
"Ya emang kenapa? Kan, emang Bella pacarnya Tama."
Bella langsung mengerutkan keningnya sambil menatap Kenzo hendak protes.
"Mereka udah putus, Sialan! Gue tau sendiri dari ekspresi Bella ke JINGAN itu kaya gimana!" bentak Danu masih dengan mata terpejam.
"Ya terus lo mau gimana? Bella juga gak ada respon ke lo, kan? Kalian jalan di tempat. HTS-an atau TTM. Apa jangan-jangan kalian FWB-an? Dan lo bilang tadi Bella itu nahan lo buat nggak mukulin Tama karena dia belain mantannya, kan? Ya udah lah, Nu. Lepasin aja. Kaya baru jatuh cinta aja lo!"
"Sialnya lo bener, gue baru ini jatuh cinta," desisnya pelan.
"Bangsat lah, makin stress gue cerita ke lo! Gue cinta banget sama dia, Ken, tapi dia ...." rengek Danu pada Kenzo.
"Dia nya enggak!" Kenzo terkekeh sambil menatap Bella.
Bella memilih berjalan pelan menuju ujung kasur Danu dan mendudukkan diri disana.
Ungkapan cinta dari Danu membuat ia sesak. Ternyata Danu benar-benar dengan perasaannya.
Bella pikir selama ini lelaki itu hanya ingin melindunginya saja. Seperti sikap Robi padanya.
Kenzo bernyanyi kecil sambil terkekeh, "Oh Tuhan ... ku cinta dia. Ku sayang dia ... Rindu Dia ... Dia nya engga ...."
"Bacot lo, Ken. Bener-bener lo! Keluar lo, gue mau istirahat. Temuin cewek lo aja sana, jangan ganggu gue!" usir Danu.
"Ye ... bilang aja lo mau berduaan sama Bella. Ya kan, Bell?" Akhirnya Kenzo membongkar keberadaan Bella di kamar itu.
Danu langsung melempar bantal di sebelahnya ke arah kenzo.
Saat lelaki itu membuka mata dan terduduk ia terkejut melihat Bella yang duduk di ujung tempat tidurnya.
"Sejak kapan kamu disini?" tanya nya dengan nada yang dingin.
TBC