NovelToon NovelToon
Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Rahim Tebusan (Terpaksa Hamil Anak Suami Musuhku)

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Akibat kesalahannya di masa lalu, Freya harus mendekam di balik jeruji besi. Bukan hanya terkurung dari dunia luar, Freya pun harus menghadapi perlakuan tidak menyenangkan dari para sesama tahanan lainnya.

Hingga suatu hari teman sekaligus musuhnya di masa lalu datang menemuinya dan menawarkan kebebasan untuk dirinya dengan satu syarat. Syarat yang sebenarnya cukup sederhana tapi entah bisakah ia melakukannya.

"Lahirkan anak suamiku untuk kami. Setelah bayi itu lahir, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau."

Belum lagi suami teman sekaligus musuhnya itu selalu menatapnya penuh kebencian, berhasilkah ia mengandung anak suami temannya tersebut?


Spin of Ternyata Aku yang Kedua.

(Yang penasaran siapa itu Freya, bisa baca novel Ternyata Aku yang Kedua dulu ya.)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Haruskah

Sudah 2 hari Erin pergi berlibur dengan teman-temannya dan sudah 2 hari pula Freya tidak berjumpa baik dengan Erin maupun Abidzar. Abidzar justru tampak menghindari Freya sejak malam itu. Malam dimana Abidzar mencoba melakukan penyatuan tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu.

Freya merasa begitu lega. Setidaknya untuk sementara ini.

"Heh, kamu, pel lantai depan sana! Ingat, kamu bukan nyonya di sini. Nyonya Erin mengatakan kau sama seperti kami. Kau pun harus mengerjakan pekerjaan rumah sama seperti kami seperti yang nyonya Erin perintahkan." Seru Mina-salah satu art di rumah Abidzar dan Erin.

Freya yang baru saja selesai menjemur pakaian pun mengangguk seraya mengiyakan. Setelah selesai menjemur pakaiannya, ia pun bergegas ke rumah depan untuk mengerjakan tugasnya.

Ya, sebelum Erin berangkat liburan ia sudah mengingatkan Erin untuk membantu pekerjaan art di rumah itu. Toh dia belum hamil, katanya. Jadi sebagai bayaran sudah diberi tempat tinggal dan makanan, ia harus membayarnya dengan membantu pekerjaan rumah. Mina yang sejak awal tidak menyukai keberadaan Freya pun dengan senang hati saat ditugaskan mengawasi Freya agar mengerjakan pekerjaan rumah.

"Iya, sebentar." Jawabnya sebelum pergi ke rumah depan.

Setibanya di rumah depan, Freya pun mencari ruang alat kebersihan. Ia mengepel seluruh lantai dan membersihkan barang-barang yang berdebu.

Ini masih lebih baik menurutnya, daripada harus melayani Abidzar. Meskipun ia pun tahu, ini tak mungkin selamanya. Maksudnya, entah kapan waktunya, pasti dia harus melaksanakan tugasnya, yaitu melayani Abidzar hingga mengandung anaknya.

"Kamu ngapain ngelamun di situ? Kamu lagi bayangin jadi pengantin seperti Tuan Abi dan nyonya Erin?" Sinis Mina saat melihat Freya termenung memandangi foto pernikahan Abidzar dan Erin yang tergantung di dinding. Di foto itu, keduanya tampak tersenyum bahagia. Ia pun membayangkan, mungkinkah ia bisa seperti Abidzar dan Erin, menikah dengan perasaan bahagia dan saling mencinta. "Jangan mimpi! Mantan napi kayak kamu nggak mungkin bisa mendapatkan laki-laki seperti tuan Abi." Ejek Mina tanpa perasaan. Padahal Freya tak pernah mengusiknya, tapi sepertinya Mina memang gemar mencari gara-gara.

"Memangnya kenapa kalau Mbak Freya bayangin jadi pengantin? Nggak boleh? Sekarang aja dia udah jadi istri tuan, bisa aja suatu hari nanti foto mbak Freya dan tuan Abi ikut terpajang di sana." Ana yang tak suka mendengar kata-kata penuh ejekan dari Mina pun membalasnya.

"Hahaha ... ingat, dia itu cuma rahim tebusan, kalau udah hamil, lahirin bayi, dia pun akan segera terdepak dari sini. Jadi nggak mungkin fotonya akan ikut terpajang di sini. Kalau di buku Yasin, iya."

"Heh, mulutmu ya kayak nggak pernah makan bangku sekolahan aja. Iri bilang aja. Kasian deh lho, udah susah payah caper, tapi selalu dicuekin tuan Abi. Spek pembantu ya pembantu aja, sadar diri sana, mana mungkin orang seperti tuan Abi melirik orang macam kamu yang cuma bisa caper aja. Udah spek pembantu, julid, iri dengki, nggak tau malu, caper pula, bukannya suka, muak iya." Balas Ana telak membuat wajah Mina merah padam.

"Kamu itu kenapa sih suka ikut campur urusan orang?" Sentak Mina tak terima diejek spek pembantu.

"Lha, nyadar dong, emangnya kamu enggak? Mentang-mentang mbak Freya selalu diem, eh kamu malah makin songong."

"Kamu ... " Mina mengepalkan tangannya. Ingin rasanya menjambak-jambak Ana, tapi ia takut ketahuan Abidzar dan Erin karena telah membuat keributan di sana.

"Udah, udah, kalian ini kenapa sih selalu aja bertengkar?" Lerai bi Asih.

"Dia tu bik, gangguin mbak Freya melulu. Padahal pembantu, tapi sok bossy banget." Adu Ana pada bik Asih.

"Kamu juga Na, nggak boleh gitu. Bagaimana pun non Freya sekarang itu istri tuan. Jangan sampai mereka tahu kamu udah semena-mena sama non Freya, kamu sendiri yang akan nanggung risikonya." Peringat Bi Asih.

"Istri siri aja bangga. Paling juga setelah lahiran, dicerai terus didepak dari sini. Itupun kalau berhasil hamil, kalau nggak, jangan-jangan dibalikin ke penjara. Ingat kata nyonya, dia sama aja kayak kita, sama-sama pembantu. Cuma lebihnya dia udah dibayar untuk hamil anak tuan Abi." Sinis Mina. Setelah mengucapkan itu, ia pun segera berlalu dari sana.

"Astaghfirullah, yang sabar ya, non. Maafin Mina. Dia emang kalo ngomong sulit kontrol gitu." Ucap Bi Asih yang kasihan dengan Freya.

"Bukan sulit kontrol, bi, tapi dasar lambenya aja kelewat lemes. Dia itu iri mbak sama mbak Freya. Dia itu dari dulu naksir tuan Abi, tapi nggak digubris sama sekali. Dia malah bilang kayak gini sama aku semalam, 'ngapain susah-susah cari orang buat hamil anak tuan, kalau mau aku juga bisa kok. Aku yakin, aku subur. Malah bisa kasi tuan banyak anak. Nggak perlu pake bayar-bayar segala aku ikhlas. Aku juga orang baik, dari keluarga baik-baik, nggak kayak si napi itu', gitu katanya mbak." Adu Ana membuat Freya tersenyum miris.

Dia pikir Freya mau melakukan ini? Tidak. Tapi tak ada gunanya melakukan pembelaan diri ataupun menjelaskan kebenaranya pada Mina.

Seperti kata sahabat Rasul, Ali bin Abi Thalib,

Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu.

Oleh sebab itu, Freya memilih diam. Cukup dia dan Tuhannya yang tahu. Tapi karena ia telah terikat perjanjian, ia pun telah dinikahi Abidzar, ia akan berusaha menjalaninya dengan ikhlas. Bagaimana akhir jalan takdirnya, ia serahkan semua kepada sang pencipta. Semoga, kelak ia pun bisa mendapatkan kebahagiaannya.

...***...

"Kenapa loe uring-uringan? Udah punya bini 2 aja masih galau." Ejek Tirta seraya menghenyakkan bokongnya di sofa ruang kerja Abidzar.

Abidzar mendelik tajam, ia lantas melemparkan bolpoin yang tepat mengenai jidad Tirta.

"Sialan loe! Sakit tau." Seru Tirta dengan mata melotot.

"Mulut tuh dijaga. Kalau ada yang dengar, gimana?"

"Lah, emang kenyataannya gitu kan!" Tirta tak terima disalahkan.

"Benar sih benar, tapi liat juga situasi. Ini kantor. Kalau ada yang dengar bahaya. Lagian ini hanya sementara. Kamu pikir aku mau gitu punya istri dua? Satu aja bikin pusing, apalagi dua, ribet."

"Ribet apanya? Tinggal bagi waktu aja sih yang adil, selesai. Lagian kan bukan kamu yang minta nikah lagi, tapi si Erin. Btw, kamu udah itu ... eeee ... ehem-ehem sama Freya?" Tirta mencondongkan kepalanya penasaran dengan jawaban Abidzar.

Abidzar mendengkus, "kau pikir semudah itu?"

"Maksudnya?" Tirta bingung dengan jawaban Abidzar.

"Belum." Jawabnya dengan wajah memerah. Ia pun memalingkan wajahnya.

"Hah? Kenapa belum?"

"Gimana mau ngelakuinnya, aku aja ngerasa aneh, tau nggak. Kalau aku pria hidung belang mungkin gampang aja ganti pasangan, lah aku ... seumur hidup aja cuma pernah melakukannya sama Erin, tiba-tiba disuruh sama perempuan lain, aku ... nggak bisa." Abidzar menghela nafas panjang.

"Tunggu, tunggu, nggak bisa melakukannya atau gimana?"

"Nggak bisa melakukannya karena punyaku nggak bisa bangun, puas!" sentak Abidzar dengan mata melotot dan wajah merah padam.

"Hah? Seriusan? Nggak mungkin kan punyamu mendadak impoten?"

"Sialan." Umpat Abidzar membuat Tirta terkekeh.

"Ya jelas aja aku heran, Bi, dari normal mendadak nggak bisa bangun, pasti ada alasan. Apa karena tubuhnya nggak se-seksi dulu? Atau jangan-jangan kamu nggak foreplay dulu, iya?" Tanya Tirta penuh selidik.

"Gimana mau melakukan foreplay, kalau setiap liat dia aja yang adanya muak. Apalagi kamu kan tahu sepak terjangnya dulu? Entah sudah berapa laki-laki yang memasukinya. Membayangkannya, aku mendadak jijik." Aku Abidzar mengungkap apa penyebab ia enggan melakukan foreplay.

Tirta menghela nafas panjang, "kamu jangan begitulah sama Freya, Bi. Aku bisa liat kok, dia udah berubah. Jangan karena masa lalunya kau jadi selalu menganggapnya rendah. Meskipun masa lalunya buruk, tapi kau tetap harus memperlakukannya dengan hormat. Jangan sampai kau menyesal karena tindakanmu itu." Ujar Tirta bijak.

"Sok bijak. Kamu nggak pernah merasakan jadi aku, mana kamu ngerti."

"Ya kalau kamu nggak mau, lepasin aja. Cari perempuan lain yang menurut kamu pantas."

"Erin sudah keluar uang banyak untuk membebaskan dia, enak aja melepaskannya begitu aja."

"Kalau itu perihal uang, aku bersedia kok ganti rugi. Kalau perlu 2 kali lipat." Ucap Tirta tegas membuat dahi Abidzar mengernyit.

"Apa? Kau bersedia ganti rugi? Memang apa alasanmu melakukannya? Kasihan? Dia nggak pantas dikasihani."

Tirta menggeleng tegas, "nggak, aku melakukan ini bukan karena mengasihaninya."

"Lantas apa?" Sinis Abidzar.

"Oke, mungkin saatnya aku jujur. Sebenarnya, dari dulu, aku pun suka sama Freya. Jadi, aku bersedia mengganti rugi karena aku ingin membebaskannya. Menjadikannya milikku. Menjadikannya ratu dalam kehidupan ku. Aku nggak peduli masa lalunya. Yang penting bagiku adalah masa depan. Aku ingin menjadikannya masa depan ku."

Mata Abidzar terbelalak. Ia tak menyangka ternyata sejak lama sepupunya pun memiliki perasaan lebih pada Freya.

Mendengar itu, mendadak Abidzar merasa gundah. Ada perasaan aneh tiba-tiba bercokol di benaknya. Haruskah ia melepaskan Freya atau ...

...***...

Makasih yang udah selalu support karya othor. Semoga suka ceritanya. 🥰🥰🥰

...HAPPY READING 😍😍😍...

1
neny
Luar biasa
rudi anto
seru yaaa😁😁😁✌️✌️✌️✌️
Djenab Purwaningsih
Luar biasa
sholeh
ok
cleo ngy
Luar biasa
May Dwi
luar biasa
Ummu Faliha
Luar biasa
Tutik Susilowati
cerita ana sama Tirta, kak...
Rose
authornya penuh kejutan.. 😂
Rose
pagi² pengen cari palu bwt getok kepalanya si erin.. 😬
Tutik Susilowati
emang enak..
makan tuh buah simalakama
Tutik Susilowati
nggak pa2 Kak. Kita maklumi kok. Jadi ibu itu kan memang selalu berlomba dg waktu luang.
tetap semangat Kak..
Tutik Susilowati
Kirain si erin anak pengusaha suksess. tak taunya anaknya aspri dari mertua too..
Sesumbarnya byuh..byuh..
Tutik Susilowati
ternyata..... nyonya sagita kocak ya.
Tutik Susilowati
ujian untuk Abjdzar...
Dewi Soraya
itu bpk sambungny ana kyke
Dewi Soraya
n sp lg...
Dewi Soraya
cium lg aj tirta
Aldena Afifa
nggak papa kak nggak ada typo kokk
Dewi Soraya
aneh erin cm bcr g da bukti bs menang knp mrk yg pny bukti tk mengeluarkan bukti aj lngsung tamat erin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!