Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi tamu
Tanpa mengetuk pintu, Sagara segera membuka pintu dengan rasa tak sabarannya. Dua orang yang tengah mengobrol di sofa sontak menatap kearahnya, Sagara pun berjalan masuk menghampiri Cahaya.
"Maaf mengganggu waktunya, saya mau membawa Bima pulang." Ucap Sagara dengan nada dinginnya.
"Tuan sudah selesai urusannya? Kalau belum, biar Den Bima tidur dulu, kasihan baru sebentar." Tanya Cahaya.
"Kalau belum selesai, untuk apa aku mencarinya." Jawab Sagara menatap dingin kearah Cahaya.
Cahaya langsung bungkam detik itu juga, dia merasa heran dengan sikap Sagara yang tiba-tiba dingin seperti saat ini, walaupun memang Sagara dingin tapi rasanya tak sedingin sekarang. Terlihat dari matanya kalau majikannya itu tengah menahan marah, tak mau mengambil resiko lebih, Cahaya pun segera bangkit dari duduknya dan berpamitan pada Angkasa.
"Mas Kasa, saya bawa Den Bima pulang ya. Terimakasih sudah mengizinkan Den Bima tidur disini, terimakasih juga makanannya." Ucap Cahaya dengan lembut, dia tersenyum canggung sekaligus merasa tak enak dengan sikap Sagara yang tiba-tiba menerobos masuk.
'What?! Dia panggil Mas, ini gak boleh di biarin.' Batin Sagara.
Angkasa membalas senyuman canggung Cahaya dengan senyuman yang tak kalah manisnya, hati Cahaya meleleh di buatnya.
'Ya Allah, ini mah kasep pisan' Batin Cahaya.
"Tidak perlu sungkan Cahaya, kalau butuh bantuan apapun kamu boleh hubungi aku." Ucap Angkasa.
Sagara membuang wajahnya kesamping, dia berdehem untuk menetralkan suhu di dadanya yang kian memanas. Sagara pun berjalan kearah kamar milik Angkasa, tentunya diarahkan oleh pemiliknya langsung.
Tanpa ba-bi-bu lagi Sagara langsung menggendong Bima, Cahaya mengekor di belakang tubuh Sagara yang berjalan keluar dari kamar. Sebelum benar-benar pergi Sagara berpamitan sekaligus berterimakasih pada Angkasa, setelah itu ia pun pergi meninggalkan Cahaya yang kewalahan mengimbangi langkahnya.
Di luar.
Keluarga Langit dan juga Nando sedang berdiri di depan restoran, Sagara dan yang lainnya berjabat tangan seraya berpamitan.
"Gar, kita mau pergi kemana lagi nih?" Tanya Aliando.
"Kalian saja yang pergi, gue gak mood!" Jawab Sagara datar.
Matheo dan Aliando saling bertukar pandang, mereka menggaruk kepalanya yang tak gatal merasa heran dengan perubahan sikap Sagara. Nia dan Anin saling menyenggol tangan, apalagi Cahaya yang tetap memasang wajah bingungnya.
"Cahaya, majikan kamu kenapa? Kok mukanya kusut kayak gitu?" Bisik Nia.
"Saya juga gak tahu, Non." Jawab Cahaya.
"Itu Bima tidur, tapi pas kita ke playground cari kalian kok gak ada?" Tanya Anin masih penasaran, akhirnya dia mencari tahu kembali.
"Iya, tadi habis main langsung ngantuk terus tidur. Mama Bumi nyuruh pindahin ke ruang kerja Mas Kasa, kasihan katanya biar saya teh gak pegel." Jawab Cahaya jujur.
"Cepat masuk!" Titah Sagara dengan wajah kesalnya.
Nia dan Anin kini paham, mereka menduga kalau Sagara marah pada Cahaya atau lebih tepatnya cemburu kala melihat Angkasa dan Cahaya berduaan.
Cahaya menuruti ucapan Sagara, dia segera masuk ke dalam mobil dan duduk di samping Sagara. Atmosfer di dalam mobil terasa mencekam, Sagara tetap menidurkan Bima di dalam dekapannya, sedangkan Cahaya hanya bisa memainkan tasnya karena takut menatap wajah Sagara.
*
*
Beberapa menit kemudian.
Mobil yang Sagara tumpangi sudah sampai di rumahnya, bersamaan dengan itu pula ada mobil yang datang. Satpam rumah menghampiri Sagara, dia mengatakan ada seseorang yang mengantarkan pakaian atas perintah dari ibunya yaitu Mahya.
"Pak Jojo, tolong antarkan Bima ke kamarnya." Titah Sagara.
Pa Jojo lantas mengambil alih Bima dan membawanya masuk ke dalam. Sagara juga menyuruh Cahaya untuk menunggunya di ruang tamu, sedangkan Sagara mengajak tamunya duduk di kursi teras depan rumahnya.
Cahaya menunggu Sagara di ruang tamu, dia deg-degan takut ada kesalahan yang tidak ia sadari.
Takkk... Takkk...
Suara sepatu terdengar mendekat kearah ruang tamu, Sagara berjalan menenteng paper bag berukuran besar yang di kirim oleh ibunya. Cahaya sedikit menoleh ke belakang, dia bisa menangkap raut wajah Sagara kini berkali lipat dinginnya, Cahaya menebak Sagara semakin dingin itu karena kiriman dari ibunya yang menyebalkan itu.
"Dengarkan aku!" Ucap Sagara penuh penekanan begitu mendudukkan tubuhnya di sofa.
Glukk...
Cahaya menelan ludahnya dengan susah payah, ia menganggukkan kepalanya pelan enggan menatap Sagara. Sebelum kembali bersuara, Sagara menghirup udara sebanyaknya dan mengeluarkannya secara perlahan.
"Lusa kita pergi ke rumah utama, jangan jauh dari jangkauanku. Dan satu lagi, kamu ikuti rencanaku." Ucap Sagara dingin.
Kini Sagara mulai serius, Cahaya mendengarkan rencana yang di maksud oleh Sagara. Tenyata Mahya tetap kekeh ingin menikahkan Sagara dengan Rachel, mendengar sebagian cerita dari Sagara membuat Cahaya ikut gereget sendiri. Dengan mantap, Cahaya mengiyakan dimana Sagara meminta bantuannya.
*
*
Dua hari kemudian.
Di rumah utama. Di halaman belakang rumah yang luas sudah di dekor dengan tema outdoor, kursi-kursi berwarna putih sudah berjejer mengarah ke tempat dimana Sagara dan Rachel akan bertukar cincin.
Rachel sudah berdandan cantik dengan balutan kebaya berwarna sage, banyak para tamu juga yang sudah hadir untuk menyaksikan pertunangan Sagara. Diam-diam Akbar mengawasi Rachel, dia akan menjaga anak yang ada di dalam kandungan selingkuhannya itu. Rachel dan Akbar setuju untuk tetap melangsungkan pernikahan itu, mereka tak akan menggugurkan bayinya dan akan tetap mempertahankannya.
Sagara datang ke rumah orangtuanya dengan para teman-temannya yang menggandeng kekasihnya, Cahaya dan Sagara memakai baju dengan warna senada, sedangkan baju yang di kirim Mahya di bakar oleh Sagara sendiri di rumahnya.
Mahya yang di beritahu akan kedatangan anak keduanya itu segera menghampirinya, alangkah terkejutnya Mahya Sagara malah datang sebagai pasangan alias tamu, bukan sebagai mempelai.
Tunangan adalah sebagai alibi saja, padahal kedua orangtua Sagara sudah menyiapkan penghulu untuk menikahkan Rachel dan Sagara saat itu juga. Memang Mahya dan Akbar sangat licik, mereka menyampaikan pada Sagara hanya tunangan saja.
"Tuh kan, gue bilang juga apa." Bisik Matheo sambil menatap kearah penghulu yang sudah duduk dengan rapi menunggu kedua mempelai hadir.
"Gara! Apa-apan kau ini ,hah! Mana baju yang sudah mama beli? Kenapa malah kamu pakai baju jelek seperti ini." Protes Mahya.
"Memangnya kenapa calon ibu mertua? Lagian kan, Mas Sagara datang mau jadi tamu." Ucap Cahaya.
PLAAKKKK...
kalau gara tau dia ditipu selama ini gimana rasanya ya. gara masih tulus mengingat relia , menyimpan namanya penuh kasih dihatinya, ngga tau aja dia 😄, dia sudah di tipu
relia sekeluarga relia bahagia dengan suami barunya.