Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Karla Cole. Di dalam cerita novel tempat ia berada sekarang, Karla di gambarkan sebagai sosok antagonis.
Layaknya cerita klasik biasa, antagonis akan selalu mendapat kan peras sebagai penjahat yang menghalangi kebahagiaan para protagonis.
Dari ingatan yang Alice dapat, Karla hanya gadis lemah yang berpenampilan kejam.
Bagaimana cara menjelaskan nya ya? Keluarga Cole itu, keluarga dari kalangan atas.
Banyak dari mereka yang menghasilkan bibit unggul menjadi orang-orang penting di politik maupun di dunia bisnis.
Hanya saja, mereka sangat jarang mendapatkan keturunan perempuan bisa di bilang Karla hanya satu dari sekian tahun keturunan perempuan di keluarga Cole.
Berbeda dari keluarganya Everest yang sangat menyayangi setiap perempuan yang lahir di keluarga mereka, keluarga Cole itu sebaliknya.
Mereka menganggap perempuan itu sebagai aib karena menurut mereka keturunan perempuan tidak akan menghasilkan apapun kecuali hanya akan di jual sebagai alat bisnis.
Disini, Karla yang mendapatkan kehidupan rumit dari keluarga nya yang lebih menyayangi para kakak laki-laki harus menaruh seluruh perhatian nya pada satu orang yaitu, Darrel.
Bukan tanpa sebab dia melakukan hal bodoh seperti itu, Darrel satu-satunya laki-laki yang sangat menghargai nya dalam artian tidak seperti keluarga nya yang lebih menyayangi kakak laki-laki nya dari pada dirinya meski dia juga anak kandung orang tua nya.
Sebenarnya cerita klasik, Darrel pernah satu sekolah dengan Karla, itu saat mereka memasuki masa SMP.
Hanya sekumpulan bocah bau bedak yang masih belum tahu apa-apa, Karla sering di bully dan di jauhi teman-teman nya karena orang tua mereka melarang berada di dekat aib dari keluarga Cole.
Saat itu, Darrel tidak sengaja mendapatkan Karla sedang di kerjain oleh teman-temannya dengan kebaikan protagonis dalam dirinya, dia pun menolong gadis kecil itu.
Dan berteman dengan nya dalam beberapa waktu sebelum Darrel sibuk dengan dunia nya.
Meski begitu, Karla tidak akan pernah lupa bagaimana perlakuan baik Darrel pada nya
saat itu. Membuatnya terobsesi dan secinta itu pada sang pemuda prontagonis namun sebagaimana nya antagonis yang tidak pernah mendapatkan cinta yang ia inginkan, begitu juga Karla.
Dia tidak di cintai balik oleh Darrel karena pemuda itu lebih mencintai gadis bernama Ruby. Tentu saja, Karla tidak akan membiarkan cinta nya hilang begitu saja dengan keyakinan penuhnya, dia mengejar Darrel terus menerus dan berharap pemuda itu melihat nya bahkan dia tidak segan kelak hal jahat pada Ruby.
Namun kembali lagi pada habitatnya, antagonis tidak pernah bahagia. Keluarga Cole mengetahui bahwa Karla membuat hal yang begitu memalukan bagi mereka.
Orang tua Karla menghukumi gadis itu
dan membuang nya ke luar negeri. Agar dia dapat belajar dari kesalahan nya untuk tidak mempermalukan nama keluarga.
Begitu ironisnya!
Alice mengunyah permen karet nya dengan santai, dia berada di kantin sekarang. Sepertinya dia akan mengganti rencana yang telah ia buat.
Tidak ada hidup damai seperti bayangan nya dan dia tidak perlu lagi berpura-pura bisu maupun tuli. Sejak dia meletakkan tangannya pada Stella, dia sudah memikirkan tentang hal ini, dia akan membalas orang-orang yang menghina maupun menyakiti Alice.
Jangan ada yang main-main dengan nya. Lagian, apa salah nya jika dia melihat tontonan menarik di kantin?
Seperti sekarang, Karla menyiram Ruby dengan air es yang ia beli tadi, semua di meja itu terkekeh melihat kelakuan Karla.
"Ups maaf, gue nggak sengaja Ruby"Ucap Karla berpura pura menyesal meski semua tahu dia tidak memiliki nya. Darrel menatap Karla tajam, begitu juga kedua teman Ruby.
"Maksud lo apa sialan?! Lo sengaja kan?"Teriak Mora dengan penuh rasa kesal. Dia pun berdiri sambil menatap Karla yang melihat sesaat ke arah nya sebelum dia menatap Ruby kembali.
"Ruby, gue kan nggak sengaja, tolong dong bilangin ke anjing penjaga lo ini. Bisa kan?"Lanjut Karla tanpa takut pada Ruby.
Mora menarik nafas dalam-dalam menahan emosi nya pada Karla. Siapa yang dia bilang anjing penjaga? Diri nya?
Ruby mengelap wajahnya dengan tissue yang di berikan Ziva pada nya. Tidak ada yang berbicara ketika gadis itu mengambil gelas milik Ziva, gadis itu berdiri di depan Karla dan tanpa basa basi segera menyiram nya ke wajah Karla.
Karla terkejut bahwa Ruby membalas nya sedangkan yang lain merasa puas terutama Mora.
Dari jauh Alice menaikan alisnya terkesan dengan balasan Ruby, seperti yang ada di dalam cerita, Ruby bukan tipe orang yang lemah dan cengeng, apa lagi ketika ia di bully seperti ini.
Karla salah mencari lawan sepertinya, kasihan juga gadis itu. Tapi apa peduli nya?
"Jangan ganggu gue, ngerti lo?"Ucap Ruby datar pada Karla, gadis antagonis itu tidak terima dengan penuh amarah dia menampar pipi Ruby cukup kuat.
Plak
"Ruby!"Teriak Darrel, pemuda itu berdiri dan menarik gadis itu untuk melihat keadaan nya.
Karla menatap tidak suka pada tangan Darrel yang memegang wajah Ruby.
"Lo apa-apaan sih, Kar? Keterlaluan tahu nggak!"
Darrel membentak Karla dengan marah, gadis itu mundur beberapa langkah karena terkejut. Mora ingin sekali menarik rambut Karla saking geramnya hanya saja Ziva menahan kebrutalan gadis itu.
Dari jauh, sekali lagi Alice menaikan alis nya. Dia meludahkan permen karet di mulut nya yang sudah tidak berasa lagi ke bawah dengan sembarangan.
Gama yang kebetulan lewat disitu mendadak berhenti dan melihat pelaku yang membuang sampah sembarangan itu.
Gadis aneh ini, batin nya kesal. Dia ingin membuka mulut untuk memarahi gadis itu tapi Alice seperti nya terlalu fokus pada pertengkaran disana.
Ketika Darrel ingin menampar balik Karla karena sudah terlalu emosi. Alice mengerutkan kening nya dengan cepat tangannya mengambil tutup botol minuman nya tadi dan segera melempar nya dengan beberapa trik ke arah tangan Darrel.
Tuk
Tangan Darrel melesat ke samping, tutup botol itu cukup bertenaga hingga dapat menimbulkan bekas merah di tangan pemuda itu semua nya mendadak sunyi dan Darrel pun tersadar dari perbuatannya tadi.
Dia menatap Karla dengan bodoh sedangkan gadis itu menatap nya dengan tidak percaya, barusan dia hampir di tampar oleh orang yang ia cintai selama ini?
Ruby mengikuti arah tutup botol tadi dan mendapatkan tidak jauh dari nya Alice sedang berdiri sambil menatap nya dingin.
Gadis itu segera pergi dari sana tanpa mengatakan apa-apa, Gama yang melihat itu segera menyusul.
Ruby mengangkat alis nya penasaran, ini sudah kedua kali nya, dia di tatap seperti itu oleh orang biasa setidaknya itu menurut pendapat nya.
Sebelum Darrel sempat mengatakan permintaan maaf, Karla sudah lebih dulu
melarikan diri dari sana.
Mungkin, dia terlanjur sakit hati karena perlakuan Darrel yang lumayan kasar pada nya. Mora tersenyum miring melihat kepergian gadis itu, mampus pikir nya.
Esa melihat senyum Mora dan mendengus. Entah kenapa, dia tidak pernah suka melihat Mora.
Darrel pun membawa Ruby pergi juga dari kantin agar dia dapat menggantikan seragam nya dengan yang kering.
"Kamu punya baju cadangan'kan?"Tanya pemuda itu dengan lembut pada Ruby, gadis itu mengangguk.
Kantin berjalan seperti biasanya meski kejadian tadi menjadi bahan cerita dari antar murid sekolah.
Sial sial sial!!
Dia kelewatan tadi, seharusnya dia tidak sok ikut campur dengan urusan para protagonis. Alur aslinya, Darrel akan tetap menampar Karla yang mana membuat gadis itu semakin menumbuhkan perasaan benci pada Ruby. Dan Darrel tidak akan merasa bersalah
sedikitpun.
Ah, kenapa dia harus melemparkan tutup botol itu tadi ya? Untuk apa dia menolong Karla? Mungkin dia memang sudah gila.
Alice terus menerus mengumpati diri nya yang begitu bodoh di atas sana. Iya di atas, pohon. Gadis itu malah menyembunyikan diri nya di atas pohon ketika Gama mengikuti nya dari belakang.
Pasti pemuda itu ingin memberikan segudang pertanyaan padanya dan dia tidak ingin menjawab nya satu pun.
"Huhuhu."
Sebuah suara tangisan menghentikan Alice, dia mendadak diam dan menatap sekeliling pohon tempat ia bersemayam.
"Apa itu penunggu pohon ya?"Gumam nya pelan. Bulu nya mendadak berdiri, tidak etis sekali jika dia harus menghadapi mahluk halus.
"Kenapa sih, semua orang harus jahat sama gue? Gue kan cuman mau di akui, Darrel jahat!"
Alice terkaget ketika tiba-tiba ada suara orang berteriak, dia segera melihat ke bawah dan ternyata ada seorang gadis yang em... berbicara dengan pohon?!
Dia memakai pohon itu seakan orang yang ingin dia maki sedang berdiri di depan nya.
Karla? Itu jelas Karla, apa yang di lakukan gadis itu disini sih? Karla masih terus menerus berteriak sambil menangis di depan pohon. Alice mulai muak mendengar nya, telinga sakit omong-omong.
"Woi! Bisa diam nggak?"Teriak Alice dari atas pohon pada Karla.
Gadis itu terdiam dan melihat ke atas, matanya membulat ketika mendapati seseorang sedang berada di atas pohon sambil memeluk batang pohon tersebut.
"Siapa?"Kata Karla dengan bodohnya. Dia tidak sadar keadaan nya sedang kacau sekarang dengan make up yang berserak di wajahnya akibat menangis.
"'Setan"Jawab Alice singkat, dia pun melompat dari atas yang mana membuat Karla ketakutan.
Iya, takut gadis itu terluka karena melompat dari ketinggian.
"Lo manusia"Ucap Karla dengan polos nya, Alice yang sedang menepuk-nepuk seragam nya pun berhenti dan menatap Karla datar.
"Bodoh"Katanya dengan sinis. Alice merasa otak perempuan di depan nya ini sudah rusak karena terlalu cinta pada seseorang.
Dia tidak mau tertular kebodohan yang hakiki ini, itu sebab nya dia pun ingin melangkah pergi dari sana.
Namun Karla seperti nya begitu penasaran dengan Alice, gadis itu menahan tangan Alice agar tidak pergi.
"Lo... yang lempar tutup botol tadi kan?"Ucapnya datar sambil menatap Alice
tajam.
Sedangkan Alice hanya membalas dengan alis yang di naikan, apa ini? Sok mengintimidasi diri nya. Tidak mempan sama sekali. Alice menepis pelan tangan Karla.
"Aku nggak tahu, apa yang kau maksud"Jawab Alice santai. Dia menatap sekitarnya dengan acuh.
Karla mendengus, bagaimana dia bisa percaya dengan alasan itu jika tingkah gadis ini saja sudah menjelaskan semua nya. Ciri-ciri orang yang tak panda berbohong, pikir Karla.
"Terimakasih"Ucap Karla dengan pelan jika bukan karena gadis ini yang melempar kan tutup botol itu, dia yakin, tangan Darrel akan menampar wajahnya.
Mungkin, sedikit luka akan tertera di wajah nya. Dia menunduk kan kepala nya, Alice mengalihkan pandangannya pada Karla.
Dia menatap lekat gadis itu, hmm sebenarnya kisah hidup Alice dan Karla tidak beda jauh.
Hanya saja, dia masih belum mengetahui dengan jelas seluk beluk tentang pemilik tubuh.
"Kau... mengenal ku?"Tanya Alice penasaran. Melangsir reaksi beberapa murid yang pernah ia temui selama ini, mereka sepertinya mengenal Alice.
Yang sudah pasti mengetahui kalau gadis ini tidak bisa berbicara. Karla mengangkat kepala nya dan bersitatap dengan Alice.
Dia menggeleng, "Nggak, gue belum pernah lihat lo"Jawab nya. Cara berbicara gadis di depan nya ini terlalu aneh menurutnya menggunakan bahasa baku, dia tidak terbiasa mendengar orang berbicara seperti itu.
Alice mengangguk paham, dia pun ingin kembali melangkah pergi namun sebelum itu dia membuka suara lagi.
"Hanya saran, sebaiknya jangan terlalu berharap banyak pada pemuda tadi."
Alice menatap lekat Karla yang mana membuat gadis itu mengerutkan keningnya tidak paham.
"Dia akan menjadi alasan mu hancur"Lanjut Alice dingin sebelum berjalan pergi meninggalkan Karla yang membeku mendengar ucapan itu.
Dia menggigit bibir nya gelisah kenapa ya, dia harus mendengar kata-kata seperti itu lagi, dia pernah bermimpi, di dalam mimpi itu seseorang mengatakan padanya untuk menjauhi Darrel.
Tapi, dia hanya menganggap nya sepele.
Dia mencintai Darrel. Dan itu tidak bisa di gugat. Karla meninggalkan tempat itu dengan cepat, dia tidak mau terlambat masuk kelas, oh dia sekelas dengan Darrel dan Ruby.
Juga dengan teman-teman mereka yang lain, mengingat kejadian tadi di kantin dia masih belum ingin bertemu dengan kedua orang itu.
Alice pulang ke rumah nya sambil memakan es krim dengan santainya. Baru saja dia menginjak kan kaki nya di depan pintu, dia sudah mendengar suara orang berteriak dan
pecahan barang dari dalam rumah.
Tubuhnya membeku entah karena apa, tanpa sadar dia menjatuhkan es krim yang ia pegang.
"Pergi! Aku sudah bilang pada mu untuk tidak kembali kesini!!"Suara teriakan seorang wanita terdengar, Alice langsung membuat petunjuk di kepalanya, itu suara ibu pemilik tubuh.
Dia berlari ke dalam, takut-takut ada hal buruk yang terjadi. Sampainya disana, dia melihat banyak barang-barang pecah dan berserakan.
Di depannya seorang wanita yang ia yakin
kan adalah ibu nya sedang berteriak pada seorang pria.
Wanita itu tidak sengaja melihat Alice, matanya membulat, dia berhenti berteriak dan berjalan mendekati Alice. Gadis itu hanya bisa terdiam ketika ibu nya menarik tangan nya.
"Pergi ke kamar mu jangan melihat hal
yang tidak perlu kamu lihat"Ucap nya datar.
Tapi, Alice hanya menampilkan wajah bingungnya, melihat Alice tidak bergerak wanita itu berdecak, dia lupa anak nya tidak bisa mendengar.
Pria itu berbalik, dia terkejut melihat Alice. Dia pun mendekati gadis itu, namun ibu nya berteriak, "Jangan mendekati anak ku!"
"Dia anak ku juga"Jawab pria itu tegas. Alice menatap pria itu dengan lekat, anak? Oh, ini ayahnya ya? Hmm, memang mirip sih dari foto yang ia temukan di ruangan kemarin hanya mungkin sedikit lebih tua.
Tapi, apa yang sebenarnya sedang terjadi disini? Ibunya yang belum pernah ia temui
sejak pindah kesini, tiba-tiba hadir dan bertengkar dengan ayah nya yang tidak pernah dia tahu.
"Anak mu? Pergi saja urus selingkuhan mu itu jangan pernah kau menyebut Alice anakmu, sialan!"Teriak ibunya marah.
Aduh, apa lagi ini. Sekarang dia tahu suatu fakta bahwa ayahnya berselingkuh dan seperti nya telah meninggal kan diri nya dan juga sang ibu. Kejutan apa lagi yang akan mendatangi nya?
Ayah nya menggeram, "Sudah ku bilang, kau pasti hanya salah paham. Dia rekan kerja ku tidak ada hubungan diantara kami"Balas pria itu dengan tegas.
Ibunya tertawa sinis, Alice mulai takut sekarang, siapa yang tahu bisa saja ibu nya menjadi gila dan melemparkan mereka dengan botol-botol alkohol yang sedang berserakan ini.
Dan tolong, berhentilah bertengkar di depan nya oke? Dia belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, dia tidak tahu harus apa, sepasang suami istri sedang bertengkar karena perselingkuhan dan seharusnya sebagai anak di bawah umur, dia tidak harus
mendengar hal ini bukan?
Apa tidak ada yang perduli dengan kesehatan mental nya, hah? Dia masih kecil! Ya... secara teknis tubuhnya masih muda.
Tapi tetap saja, dia harus nya di jaga dan di lindungi, di jauhkan dari prahara rumah tangga. Dia melepaskan tangannya dari sang ibu, wanita itu berhenti memaki suami nya, dia menatap Alice bertanya.
Alice menggerakkan tangan nya, "Berhenti bertengkar."
Pria itu terlihat frustasi ketika Alice menggerakkan tangan nya dan tidak berbicara sedikit pun.
"Lihat? Inilah hasil perbuatanmu, kau tidak becus menjaga anak mu hingga dia menjadi bisu dan tuli. Berhenti egois Kanna, biarkan Alice bersama ku, aku akan menjaga nya dengan baik."
Ah, ternyata nama ibu nya Kanna. Tapi, hei! Tidak baik berbicara hal yang menyakitkan seperti itu di depan anak mu sendiri.
Meski Alice hanya berpura pura mendengar ayahnya secara kasar mengatakan hal itu langsung, entah kenapa terasa sakit di dada nya.
Kanna menatap tajam suami nya, "Diam! Jangan pernah berharap bisa mengambil Alice dari ku, lebih baik kau segera keluar dari rumah ku atau harus aku panggilkan satpam untuk mengusir mu?"Balasnya dengan sengit.
Alice menatap kagum pada ibunya, wah sungguh berani, pikirnya.
Pria itu menggeram, dia menatap Alice, gadis itu hanya membalas dengan polos. Akhirnya ayah nya menghela nafas, barangkali dia sudah lelah mendengar kata-kata tajam dari mulut ibunya.
"Baik, aku akan pergi tapi bukan berarti aku akan menyerah. Aku akan kembali lagi, untuk Alice"Ucap pria itu dengan penuh kepastian.
Mohon maaf tapi dia tidak perlu ayahnya, haha, drama apa sih ini sekarang? Pria itu berbalik dengan dramatis dan segera melangkah pergi dari rumah.
Alice menatap julid pada gerakan itu, dia ragu itu benar ayahnya atau tidak.
Ibu nya menatap tajam kepergian ayahnya setelah itu dia melangkah naik ke atas mungkin ingin membuka koleksi alkohol nya untuk menghilangkan setres akibat
pertemuan yang tidak enak dengan sang suami.
Jadi dia ditinggal sendirian, berdiri diam di antara barang-barang pecah yang berserakan di sekitar kaki nya.
Hah... dia lelah sekali, jujur saja. Sepertinya dia salah masuk tubuh, haha kenapa petugas isekai nya tidak memilih tubuh yang baik untuk nya? Bukan berarti Alice jelek hanya saja kehidupan nya terlalu rumit.
Alice menggelengkan kepalanya, dia pun ikut berjalan menaiki tangga menuju kamarnya dan akan beristirahat dengan tenang.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah
semangat kk