Dijodohkan sejak bayi, Zean Andreatama terpaksa menjalani pernikahan bersama aktris seni peran yang kini masih di puncak karirnya, Nathalia Velova. Memiliki istri yang terlalu sibuk dengan dunianya, Zean lama-lama merasa jengah.
Hingga, semua berubah usai pertemuan Zean bersama sekretaris pribadinya di sebuah club malam yang kala itu terjebak keadaan, Ayyana Nasyila. Dia yang biasanya tidak suka ikut campur urusan orang lain, mendadak murka kala wanita itu hendak menjadi pelampiasan hasrat teman dekatnya
--------- ** ---------
"Gajimu kurang sampai harus jual diri?"
"Di luar jam kerja, Bapak tidak punya hak atas diri saya!!"
"Kalau begitu saya akan membuat kamu jadi hak saya seutuhnya."
-------
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama konten penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 - Ketakutan Zean
"Yudha!!"
Di luar sana, Yudha ketar-ketir kala mendengar suara Zean. Sejak tadi dia merutuki kehadiran wanita itu, kini Yudha benar-benar ingin menghilang dari bumi setelahnya.
"Kau tuli? Heh, kenapa bisa ampas tahu itu masuk ke ruanganku?"
Ampas tahu? Sejenak Yudha terdiam. Sejak kapan Zean memberikan julukan penghormatan pada Nathalia yang biasanya diperlakukan sebaik itu oleh Zean.
"Maaf, Pak ... saya sudah berusaha, tapi tidak mampu berbuat lebih karena ketika Nona Nathalia masuk, dia menghancurkan ruangan anda tanpa sisa," jelasYudha masih berusaha terlihat tenang meski jantungnya seakan berhenti berdetak.
"Bentu aku merapikan ini ... Jallang siallan, merepotkan, kenapa dia harus hidup dan kenapa juga Papa memilih monyet itu sebagai istriku."
Yudha mulai menebalkan telinganya, ini adalah permulaan dan biasanya Zean memang akan mengomel dengan melontarkan kata-kata mutiara di saat marah.
Tanpa banyak tanya, Yudha kembali menata ruangan itu demi membuat amarah bosnya sedikit mereda. Jika biasanya Syila akan turut merasakan kekesalan Zean, kali ini wanita itu selamat.
"Yudha," panggil Zean di tengah kesibukan mereka yang masih merapikan tempat itu.
"Ada apa, Pak? Jika anda lelah, saya bisa bereskan sendiri ... Anda duduk saja, Pak."
Seharusnya dari tadi, akan tetapi Yudha tidak punya keberanian untuk mengutarakan niat baiknya karena memang Zean luar biasa mengerikan jika sedang dalam keadaan emosi begini.
"Kelamaan, apa tidak sebaiknya hubungi sekretaris-ku saja?"
Raut wajah Yudha sontak berubah, dia paham isi otak Zean. Sejak dahulu Zean paling anti jika dokumen penting tersentuh tangan orang asing, apalagi hanya seorang sekretaris baru seperti Syila. "Bilang saja istri, Pak ... Istri!!"
Hal itu hanya bisa Yudha utarakan dalam batinnya. Mana mungkin dia berani mengungkapkannya secara gamblang, tentu saja dia masih sayang nyawa. Pria itu melihat ke arah Zean dengan maksud kembali mempertanyakan keinginan bosnya.
"Terserah Anda saja, Pak. Jika memang ingin Syil_ maksudnya Nona Syila datang ke kantor, maka akan saya hubungi," ujar Yudha gugup, hampir saja dia salah sebut.
"Di kantor, dia tetap Syila yang kau ketahui, Yudha ... jangan membuatnya mendapat fitnah akibat perbuatanku, paham?"
Zean bukan tidak ingin segera mengakui Syila di hadapan publik. Hanya saja, dalam hal ini banyak yang dia pertimbangkan dan tidak mau gegabah. Jika nanti sampai tercium media, jelas Nathalia akan dianggap sebagai korban dan Zean pelakunya.
Jika sampai hal itu terjadi, maka Syila yang akan menjadi titik permasalahan. Zean sudah memikirkan ini sejak awal memutuskan pernikahannya dengan Syila, saat ini dia hanya bisa berusaha menjaga Syila sampai nanti pernikahannya dengan Nathalia usai dan rusak akibat ulah sang istri, bukan dirinya.
.
.
"Yudha, bisa kau selidiki kehidupan Nathalia di luar sana?"
Kali pertama Zean meminta hal semacam itu, biasanya pria itu tidak peduli apapun terkait Nathalia dan dunia kerjanya. Yudha yang mendengar jelas saja semangat, karena sedari awal hubungan mereka dia penasaran dan ingin mengorek kehidupan Nathalia, sayangnya pria itu mengatakan tidak perlu karena hal itu buang-buang waktu.
"Anda mulai cemburu?"
"Cemburu kepalamu, aku hanya ingin tahu saja ... demi masa depanku bersama Syila. Lakukan dengan benar, kau sayang Syila, 'kan?"
Mata Yudha membulat sempurna kala mendengar ucapan Zean. Apa tadi? Sayang Syila? Astaga, Yudha bahkan lupa jika Zean kerap memata-matai karyawannya.
"Tidak perlu dijawab, matamu sudah jelas mengatakan iya. Maka dari itu, lindungi istriku dengan baik ... kau tahu sendiri seburuk apa Nathalia," ungkap Zean serius dan dia menangkap secebis kesedihan dalam diri Yudha.
"Kampret, Bos sedang mengejekku atau bagaimana?"
Entah dari mana Zean mengetahui jika Yudha menaruh hati pada wanita cantik itu. Apa mungkin karena Zean kerap mengintai Yudha menenangkan Syila, pikir pria itu.
"Baik, Pak."
Tanpa Zean perintahkan, Yudha sudah lakukan. Andai dia tidak memikirkan nasib Zean dan Syila, tentu saja dia akan memberitahukan yang sebenarnya ketika Zia mencaritahu dimana Zean kemarin-kemarin. Namun, dia memilih berbohong kepada orangtua dan tentu dosa Yudha bertambah banyak malam itu.
Keduanya kembali merapikan ruangan kerja Zean, beberapa mainan yang dia gunakan untuk menghibur diri bahkan hancur. Padahal, itu adalah mainan sejak dia remaja dan dengan mainan itu Zean merasa terus bersama Sean sekalipun mereka terpisah cukup jauh.
"Yudha, bisakah superman ini kau perbaiki? Tangannya lepas."
Ingin sekali Yudha mengejek bosnya, akan tetapi pria itu paham alasan Zean membawa serta beberapa mainan semacam itu hingga ke kantornya.
"Coba saya lihat, sepertinya bisa."
Hanya sebuah action figure memang, tapi percayalah Zean sangat menyayanginya. Benda itulah yang membuat rindunya kepada Sean sedikit terobati, kini justru dihancurkan oleh Nathalia hanya karena amarahnya.
"T-tapi saya tidak janji, ada baiknya beli baru saja."
"Yang mereka jual bukan milik Sean, jadi percuma," jawab Zean kemudian menghela napas panjang, hal itu membuat hati Yudha porak-poranda. Nyatanya Zean masih tetap pria hangat yang selalu mengutamakan saudaranya.
"Oh iya, foto itu buang ke kotak sampah ... kenapa bisa aku tidak menyadarinya," kesal Zean sebal sendiri dan memijat pangkal hidungnya. Menyesal sekali dia tidak mengizinkan Syila ikut kerja dengannya hari ini.
"Mau diganti foto Anda bersama istri muda?" tanya Yudha sedikit bercanda dan hal itu sontak membuat Zean mendesis pelan.
"Kau mengejekku?"
"Tentu saja tidak, ini pertanyaan serius."
"Tidak punya, foto kami menikah ada di ponsel pak RT sepertinya," jawab Zean usai mengingat-ngingat proses pernikahannya waktu itu.
"Waduh, buruan ambil, Pak. Nanti dia edit foto kalian bahaya."
"Maksudmu?" tanya Zean mengerutkan dahi dan mendadak sebal mendengar ucapan Yudha.
"Wajah Anda diganti wajahnya nanti, terus dipajang di kamarnya."
"Cih, kau pikir aku anak kecil percaya dengan hal semacam itu? Hah?!" Dia terlihat garang, tapi hatinya mendadak berpikir hingga tiba-tiba berlari ke luar tanpa mengatakan apapun pada Yudha.
.
.
- To Be Continue -