Beberapa orang tidak percaya adanya reinkarnasi. Tetapi inilah yang di alami seorang Angel Zhao. Bukan! lebih tepatnya perpindahan jiwa.
Angel Zhao mendapati dirinya bangun di tubuh wanita bernama Julia Brasco. Gadis polos dan lemah yang juga meninggal akibat kecelakaan. Gadis yang ada di mobil yang menjadi lawannya.
Angel dan Julia yang sama-sama menjadi korban keserakahan, sama-sama korban penghianatan, dan sama-sama menjadi korban penjebakan.
Angel yang bodoh dan naif membuat seluruh keluarganya menanggung penderitaan. Penyesalan yang begitu besar membuat Angel meminta pada yang kuasa untuk memberikannya kesempatan sekali lagi.
Angel yang menginginkan kehidupannya lagi, menempati tubuh Julia yang sudah menyerah dengan hidupnya sendiri.
Angel berusaha untuk memperbaiki hidupnya lewat tubuh Julia.
Dia akan melakukan semua, meski harus menjadi boneka dari pria kaya yang menjadi suami kontraknya. Pria inilah yang mengantarkan Angel kepada pembalasan dendamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanggar Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perutmu Buncit
"Apa kau menganggap dirimu sempurna? Menggelikan! Ketampananmu bahkan tak bisa membuatku jatuh cinta!!"
Dalam kehidupan sebelumnya sebagai Angel Zhao, dia adalah seorang artis yang selalu bersinggungan dengan pria-pria tampan. Selain itu hatinya sangat terluka hingga dia merasa bahwa cinta adalah hal mematikan. Dia tak akan jatuh cinta! Tidak akan! Dia tak akan jatuh ke lubang yang sama.
"Lepaskan!" Perintah Julia dingin.
"Kau baru saja menghinaku?" tanya Maxilian memastikan.
Julia tertawa kecil. "Kenapa? Apa selama ini belum pernah ada yang menghinamu? Jika begitu dengarkan. "Tubuhmu!" tunjuk Julia pada perut Maxilian. "Tidak sempurna! otot perutmu tidaklah menonjol! Jadi dari mana kau mendapat keyakinan untuk menghina tubuhku sedangkan dirimu sendiri jauh dari kata sempurna! Di mataku, perutmu bahkan terlihat berlemak!"
Maxilian menatap lurus mata Julia tenang. Untuk beberapa menit tak ada suara di antara mereka semua. Dia hanya mengeratkan gigi-giginya untuk menahan amarah yang akan meledak. Tangannya terulur tanpa sadar, mengcengkeram rahang Julia kuat. Saat ini, dia tak berminat untuk bicara lebih, tapi rasa membunuh tercetak jelas di ekspresi wajahnya.
Tubuh Julia menegang. Dia mencoba menarik wajahnya saat rasa sakit menyerang rahangnya. Cengkeraman itu kuat, tapi hal yang lebih mengerikan adalah tatapan membunuh dari pria di hadapannya ini. Mata coklat itu jelas tak berkedip dengan tajam mencoba menguliti tubuhnya. Ekspresi yang sangat dingin dengan bibir terkatup rapat jelas menambah kesan tampan yang menjurus ke kesempurnaan.
"Aku lupa, siapa yang memintaku untuk menikahinya! Mengatakan bahwa aku tak akan menyesal setelah menikahinya!"
Tubuh Julia refleks mundur ke belakang meski nyatanya tubuhnya tetap terantuk tembok saat bibir tipis yang terukir cantik itu terbuka sedikit. Kata-kata dingin yang mirip dengan desisan itu membuat seluruh tubuhnya merinding. Dia menatap mata Maxilian yang sama sekali tak berkedip menatapnya. Sungguh, saat ini dia merasa bahwa Maxilian adalah orang yang berbahaya.
"Sekarang aku tahu, bahwa aku tak akan menyesal jika harus membunuhmu." Lanjut Maxilian. Cengkeraman tangannya pada rahang Julia kian erat. "Untuk wanita yang terlalu murahan, kau memiliki lidah yang tajam!"
Tangan Julia bergerak, menahan tangan Maxilian agar tak meremas rahangnya yang telah kesakitan. Tatapannya tetap tenang meski riak badai ketakutan di hatinya mulai bergelombang. "Maka kau tak perlu repot untuk membunuhku! Karena aku tak berminat menjadi istrimu! Biar kuralat kata-kataku saat mabuk. Aku tak akan pernah menjadi istrimu! Tak akan pernah!!"
Melihat kepanikan, keyakinan dan ketenangan yang Julia tunjukkan, satu sudut mulut Maxilian terangkat tipis. "Benarkah?" tanyanya tanpa sadar. Ini juga pertama kalinya ada wanita yang benar-benar tak ingin menjadi miliknya. Milik seorang pria yang sempurna seperti dirinya.
"Kenapa aku harus menjadi istri dari pria berlemak sepertimu! Sekalipun seluruh pria di dunia ini musnah dan hanya menyisakanmu, aku tetap tak akan memilih untuk menjadi istrimu!"
Bibir Maxilian terkatup rapat. Penghinaan dan seluruh kata-kata tajam yang gadis ini lontarkan benar-benar menarik kesabarannya untuk tidak membunuhnya. Minatnya tiba-tiba tumbuh menjadi sangat liar. Matanya bergerak pelan, menelusuri wajah halus di depannya. Jika dia tak bisa membunuh gadis ini dengan tangannya, maka setidaknya dia bisa menciptakan neraka! Ya, neraka yang membuat gadis ini menangis histeris dan memohon untuk mati. Dia akan membuat gadis ini memohon di bawah kakinya, agar gadis ini tahu bahwa wanita murahan tidak berarti baginya.
Julia melihat wajah di hadapannya dengan tenang. Sesungguhnya jika dia bisa jujur, dia akan mengakui bahwa ketampanan pria di hadapannya ini benar-benar sempurna. Tapi dia merasa sedikit aneh. Ketampanan di hadapannya ini memiliki garis halus pria asia. Bukan eropa seperti pria lain yang ia jumpai sebelumnya. Memikirkan kata asia, pikirannya melayang pada sosok pria lain yang telah menyakitinya.
"Aaron" desis Julia tanpa sadar.
Maxilian mendengus sekali lagi. Gadis ini bersamanya tapi masih menyebutkan nama pria lain di hadapannya. Benar-benar menjijikkan. Dia lupa kapan terakhir kali ada wanita yang tak bisa melupakan pria lain saat bersamanya. Tidak, sejauh ini tak ada gadis yang menyebut nama pria lain saat bersmanya. Karena dia sempurna! Tapi gadis ini?
Maxilian bahkan tak bisa berkata-kata. Semua terlalu mengejutkan juga sangat menyebalkan. Dia tak bisa menahan rasa jijiknya saat melihat gadis yang di hadapannya menatapnya dengan tenang. Wajah lugu dan polos itu, dia tak bisa menahan rasa jijknya saat melihat gadis ini merayu pria lain dengan wajah polos seperti yang dia lihat. Sekarang dia bahkan ingin mandi dan membersihkan seluruh badannya saat mengingat telah berbagi tempat tidur dengan gadis sepertinya.
"Keluar dari kamarku!"perintah Maxilian tegas. Dia tiba-tiba membalikkan badannya dan berjalan. Lalu berhenti tanpa menoleh kebelakang. "Tidak, pergi dari apartemenku sekarang juga!"
Julia menahan nafas saat tubuh Maxilian menjauh. Dia segera angkat kaki sebelum peringatan lanjutan itu sukses mendarat di telinganya. Segera dia berlari keluar, dan mencari tasnya namun tak menemukannya. Tanpa menunggu, dia akhirnya membuka pintu apartemen dan segera pergi.
Derap langkah kaki yang memburu itu akhirnya membuat tubuh Maxilian kembali menoleh kebelakang. Dia tak yakin awalnya tapi melihat gadis itu pergi tanpa mendengarkan kata-katanya, hatinya lagi-lagi mengeras. Wajahnya membeku dan rasa kesal datang jauh lebih besar. Dia berjalan menuju nakas tempat tidurnya dan segera meraih ponselnya.
"Tomas! Tegurnya saat telepon tersambung di ujung sana. Tanpa menunggu sekertarisnya menjawab, dia segera melanjutkan. "Selidiki gadis bernama Julia Brasco. Tidak, cari tahu semua tentangnya dan awasi dia untuk beberapa bulan terakhir. Aku ingin tahu semua tentangnya, juga, tentang Angel Zhao yang dia sebut saat mabuk."
Maxilian menutup teleponnya tepat setelah semua hal yang dia katakan selesai. Dia masih menggenggam erat telepon genggamnya dan meremasnya pelan. "Ayo kita lihat, apakah kau masih bisa tersenyum bangga dan menghinaku saat seluruh duniamu hancur. Aku ingin sekali melihatmu menangis sampai berpikir kalau kematian adalah jalan terindah.
Rekomen banget buat jadi Bacaan yg menarik disimak 👍👍👍👍🤩🤩🤩🤩🤩
Sampah memang harus cepat disingkirkan ketempat nya 😏