Cerai setelah menikah sehari karena dikhianati, membuat Juwita sang janda kembang perawan sangat membenci pria. Untuk kedua kalinya dia kecewa akan cinta dan merasa dirinya bisa hidup tanpa lelaki.
Namun yang aneh, wanita selingkuhan mantan suaminya itu adalah wanita yang sama seranjang dengan mantan kekasihnya? Apakah kisah cinta pertamanya yang berakhir 3 tahun lalu adalah ulah seseorang? Namun meskipun tebakan Juwita benar, ia enggan untuk kembali ke cinta pertamanya karena sudah terkenal playboy dan pemain wanita sejak putus dengannya. Lagian juga Juwita GENGSI untuk kembali pada mantannya itu! Makan tuh GENGSI bikin MENDERITA sendiri 🤪
Sedangkan, bagi mantan kekasih yang juga merasa cintanya hancur saat Juwita tak mempercayainya 3 tahun lalu apalagi sampai ditinggal nikah, Bagas memilih untuk tidak mempercayai wanita manapun. Merasa dibuang padahal dijebak, membuat Bagas ogah kembali bersama Juwita.
Padahal 3 tahun lalu, Juwita dan Bagas adalah COUPLE GOALS!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak memberi kesempatan (flashback)
Pagi hari menjelang bertepatan di hari Minggu, pintu kamar Juwita diketuk oleh sang ibu, Sona.
Tok..tok..tok...
"Juwita udah bangun? Ayo sarapan" panggil Sona.
Ceklek.
Pintu kamar Juwita terbuka dan Sona kaget ternyata yang membuka pintu itu sahabat anaknya.
"Loh ada Jingga sama Clara" ucap Sona dengan senyum.
"Selamat pagi tante, maaf tadi malam kami menginap disini tanpa izin dulu ke tante dan om" sahut Jingga.
"It's okay sayang. Kalian udah tante anggap anak sendiri nemenin Juwita" ujar Sona sambil memeluk bergantian.
"Makasih ya tante" ucap Clara.
"Sama sama sayang. Oh ya, kayaknya Juwita di kamar mandi ya, nanti kalau dia udah keluar, ajak ke bawah ya sarapan. Biasa hari minggu itu kita pasti adakan sarapan dengan menu spesial liburan keluarga" sahut Sona.
"Siap tante, kami segera turun" ujar Jingga.
Lalu Sona pun meninggalkan kamar sang putri di lantai 2 dan kembali ke dapur.
"Tante Sona memang juara ya!" celetuk Clara.
"Iyaaa. Kayak kakak sendiri buat Juwita" sahut Jingga.
Lalu keduanya pun menunggu Juwita keluar kamar mandi. Mereka berdua tadi sudah mandi bergantian di pagi hari.
Tepat pukul set8 pagi, para ciwi ciwi sarjana itu sudah turun ke ruang makan. Di meja makan sudah tersedia berbagai macam menu makanan. Bima dan Sona selalu memanfaatkan hari minggu untuk makan bersama semua orang yang ada dirumah mereka, termasuk pelayan ataupun penjaga rumah, supir juga tidak ketinggalan.
"Wow banyak banget, Juw" celetuk Clara.
"Hmm, minggu adalah sarapan besar dirumah ini" sahut Juwita dengan nada serak tak bersemangat.
"Eh putri ayah udah datang. Ada Clara dan Jingga jugaa, ayo duduk dulu, kita makan bersama" sapa Bima ramah.
"Iyaa om" sahut Jingga dan Clara serentak.
Wajah juwita yang terlihat sembab dan pasti habis nangis diperhatikan oleh sang ayah. Namun Bima tidak ingin mengulik perasaan anak saat sedang banyak orang. Itu cara Bima menghargai perasaan putrinya.
Sona baru saja keluar dari dapur menuju meja makan sambil membawa pizza homemade.
"Ini dia pizza Sunday keluarga Anggara!" seru Sona.
"Wowww!!! Gede banget pizzanya!" celetuk Clara.
Lalu Sona pun duduk di kursinya. Ia juga dapat mengamati wajah sang putri yg sembab.
"Pasti Juwita habis nangis" batin Sona, namun sama seperti sang suami, ia tidak ingin menanyakan perasaan anak anaknya ketika di meja makan atau sedang banyak orang.
"Ini pizzanya lebih spesial untuk merayakan ketiga sarjana di meja ini! Selamat untuk putri tercintaku, Juwita Pesona Anggara, ada Clara jugaa dan Jingga! Semoga kalian sukses semuanya dengan mimpi masing masing" ucap Sona mencairkan suasana.
"Oh iya, Salim belum turun. Juwita bisa minta tolong panggilkan adikmu. Dia tadi udah bunda bangunin loh" lanjutnya ketika sadar kursi sang putra belum terisi.
"Hmmm" deheman Juwita entah artinya apa tapi dia tetap berdiri dan berjalan ke kamar adiknya di lantai 1 dekat kolam renang.
Tok..tok..tok..
"Lim, Salim, ayo sarapaaan" panggilnya.
"Iyaa kak, bentar pake baju" sahut Salim dari dalam ruangan dan tak lama kemudian dia membuka pintu,
Ceklek.
Ia bisa melihat wajah sembab Juwita.
"Pagi kak, wajahmu kok sembab gini? Kamu habis mabuk di pesta tadi malam atau nangis?" tanya Salim dengab senyuman smirk menggoda sang kakak,
"Udah jangan tanya aneh aneh, udah ditunggu di meja makan tuh" jawabnya mengalihkan omongan.
Juwita pun kembali ke meja makan dan diikuti oleh Salim.
Barulah meja makan lengkap, mereka pun akhirnya menikmati makan bersama keluarga Anggara.
.
Setelah sarapan, Clara dan Jingga izin pamit pulang kepada keluarga Anggara.
Akhirnya Juwita bisa diinterogasi oleh ayah bundanya.
"Putri ayah dan bunda yang paling cantik dan baik hati, kenapa wajahmu sembab begitu sayang pagi ini? Seharusnya tadi malam kamu bahagia udah lulus jadi sarjana dan 1 semester lagi dapat gelar S2. Apakah ada yang mengganggumu?" tanya Bima lembut.
Mereka saat ini diruang keluarga.
Salim sibuk main hape tapi telinganya tetap kepo sedangkan Bima dan Sona mengapit Juwita ditengah.
"Hmmm, Juwita putus sama Bagas, yah bun" ungkap Juwita lirih membuat Sona dan Bima saling tatap dengan tatapan susah diartikan sebagai orang tua.
"Oalah, putri ayah putus cinta to. Gapapa sayang, kalau jodoh gak kemana" sahut Bima.
"Bener kata ayah. Jodoh gak kemana. Lagipula ngapain bersedih, putri bunda ini udah cantik, pinter, lembut, terus rajin ibadah, baik hati, putri keluarga anggara lagi. Pasti banyak yang naksir kamu sayang" timpal Sona.
Juwita menghela nafas panjang.
"Bagas selingkuh di depan mata Juwita sendiri. Dia..." ucap Juwita terpotong karena tak sanggup menceritakan apa yang dilihatnya.
"Bagas ngapain kamu?" suara berat Bima mulai terdengar.
Namun tiba tiba suara bel rumah Anggara berbunyi.
"Salim, tolong bukain pintu, sayang. Ada tamu" minta Sona pada sang putra.
"Hmmm" deheman Salim lalu ia berdiri dan berjalan ke pintu rumah.
Setelah tau siapa yang datang, Salim kembali ke ruang keluarga.
"Ada Mas Bima" ucapnya kepada ayah bunda dan sang kakak.
Juwita malah terisak dan memeluk Sona.
Bima yang masih menduga duga apa yang sudah dilakukan oleh Bagas pada putrinya langsung berdiri dan menghampiri kekasih Juwita itu.
"Selamat pagi Om" sapa Bagas ramah namun Bima tidak menerima sapaan anak muda itu dengan baik.
"Apa yang udah kamu perbuat sama putriku, hah?" tanya Bima dengan tatapan tajam.
"Saya bisa menjelaskannya, om" jawab Bagas lalu mendapatkan satu bogeman di wajahnya dari Bima.
Bugh!
Bagas langsung tersungkur di lantai.
"KAMU BERANINYA MENYAKITI PUTRI SAYA!" teriak Bima tak terkendali.
Mendengar teriakan didepan rumah, Salim langsunh berlari karena baginya pasti ada tontonan seru nih.
Beda dengan Sona dan Juwita, kedua wanita ini panik mendengar Bima berteriak karena jarang sekali pria itu menggunakan nada tinggi.
Keduanya pun menghampiri sumber suara.
"Ayah!" teriak Sona saat melihat suaminya itu mencengram kerah baju Bagas. Ia pun melepaskan keduanya.
"Ayah apa apaan kamu tuh? Dia anak Deni dan Weni! Ayah kok main kekerasan!" protes Sona sambil menahan tubuh Bima agar tidak menyakiti Bagas lagi.
Juwita yang melihat ayahnya sangat marah dan wajah mantan kekasihnya yang sudah membiru serta keluar darah disudut bibir hanya diam saja.
Rasa sakit hatinya tidak mampu membuatnya iba melihat Bagas dihajar oleh sang ayah.
"Pergilah, Gas. Aku tidak mah bertemu kamu. Kita sudah putus" ucap Juwita kepada Bagas.
"No! Aku sangat mencintaimu, Juwita! Kasih aku kesempatan" bujuk Bagas dengan mata memerah.
"Kepercayaanku sudah hancur. Kamu mengkhianatiku dan di lain waktu kamu bisa mengulanginya" sahut Juwita yang kekeh dengan pemikirannya bahwa selingkuh itu susah dihilangkan.
"Sungguh aku gak selingkuh!" seru Bagas namun malah mendapatkan tamparan dari Bima lagi.
Plak!
"Sekali kamu selingkuh, aku ayah juwita tidak akan merestuimu jadi kekasih putriku lagi! Pergilah sebelum aku membuatmu tak bisa berjalan" ancam Bima.
Mendengar ancaman Bima, Bagas pun merasa bahwa tidak ada yang mempercayai omongannya. Padahal ia sangat percaya pada Juwita jika wanita itu mempercayai apa yang ia katakan untuk menjelaskan keadaan. Namun salah. Kepercayaan mereka berdua tidak sekuat itu untuk mempertahankan hubungan.
Bagas pun terdiam menatap Juwita yang terlihat sangat terpukul akibat memergokinya tadi malam.
"Baiklah, aku akan pergi. Maafkan aku Om, Tante, jika aku mengecewakan kalian. Tapi aku hanya bilang, sikap kalian seperti ini membuatku sadar bahwa kalian menghakimiku atas kesalahan yang tidak aku perbuat. Mungkin bukan hanya kalian saja yang kecewa, tapi aku juga. Aku akan pergi" pamit Bagas seperti sudah lelah mencoba memberi penjelasan.
"Dan kau, Juwita. Aku harap kamu tidak menyesal telah menyia nyiakan ku seperti ini" lanjutnya dengan wajah datar dan menahan sakit nyeri di wajahnya.
Bima lagi lagi tidak terima omongan Bagas seperti sumpah buruk kepada sang putri, ia pun kembali meradang.
"Pergilah! Putriku tidak akan menyesal telah meninggalkanmu!" teriak Bima saat Bagas mulai meninggalkan rumah Anggara.
Sona pun langsung menenangkan sang suami dan mengajak Juwita masuk kedalan rumah.
Diam diam, Salim merekam semua kejadian itu. Selain emang hobinya fotografer dan videografer, dia suka mengabadikan moment penting yang tiba tiba muncul didepannya.
"Menarik" gumamnya.
Lalu ia ikut masuk kedalam rumah.
...Flashback off...