Uang Jajan Istriku

Setelah Arga pulang, Kemala langsung menemui Wak Nur untuk meminta pendapat beliau. Selama ini Wak Nur sudah seperti keluarga bagi Kemala.

Kemala meminta waktu untuk berpikir terlebih dahulu kepada Arga. Ia tidak ingin gegabah kali ini. Bukan tidak mungkin ia malah jatuh di lubang yang sama jika ia tergesa-gesa dalam bertindak.

"Wak, aku bingung."

"Apa yang membuat kau bingung Kemala? Soal usaha kau itu?"

"Itu salah satu nya Wak. Dan satu lagi. Arga pengen Kemala pindah dari sini." Ucap Kemala dengan wajah yang di tekuk.

Kemala langsung menceritakan apa yang telah ia dengar dari Arga. Wak Nur begitu terkejut dengan perkataan Kemala. Apalagi saat Kemala mengatakan tentang mas kawin milik nya. Wak Nur hanya bisa mengurut dada nya.

"Kalau memang si Burhan separah itu, lebih baik kau pindah saja Kemala. Tak usah kau pikirkan kami."

"Tapi selama ini Mala cuma punya kalian. Kalau Mala pindah, Mala takut nanti nggak bisa bertemu lagi dengan orang-orang baik seperti kalian."

"Mala, jika hati kita baik dan tulus pasti kita akan bertemu lagi dengan orang-orang baik. Oh ya, bagaimana urusan perceraian kau. Kenapa nggak beres-beres sih."

"Besok sidang penentuan Wak. Doakan Kemala agar bisa secepatnya pisah dengan laki-laki itu."

"Pasti Mala. Anak Wawak si Heru itu, walaupun masih baru tapi dia selalu menang. Kau tenang saja, semua bukti semua ada di kamu."

"Iya Wak Nur terima kasih ya. Besok bisa nggak sekalian temani Mala. Mala nggak punya siapa-siapa yang bisa menguatkan Mala."

"Iya, tenang kau Mala. Besok Wawak akan ajak si Asih juga. Biar kalau ada apa-apa kita siap perang."

Kemala hanya tertawa mendengar perkataan Wak Nur yang selalu disertai lelucon itu.

Keesokan hari nya Kemala beserta Wak Nur dan Asih bersama-sama pergi ke pengadilan agama. Heru sudah duluan pergi karena harus menyiapkan seluruh berkas yang ada.

Tampak dari kejauhan Burhan mengenakan masker di wajah nya. Apa mungkin ia malu karena sempat viral di media sosial. Kemala tidak ingin memikirkan hal itu saat ini.

Hari ini seperti biasa Kemala masih memakai baju lusuh nya. Bukan karena ia ingin dikasihani. Tapi karena memang ia belum memiliki pakaian yang layak sampai saat ini.

"Ini dia perempuan pembawa si-al. Gara-gara perempuan ini anak ku harus menanggung malu." Ucap Ibu nya Burhan saat melihat Kemala.

Karena Kemala tidak ingin memperpanjang masalah, ia tidak menanggapi perkataan Ibu mertua nya. Lagian di sana pun telah ramai para Ibu-ibu yang sedang berlalu lalang. Entah apa yang dilakukan mereka di sini. Kemala pun tidak ingin ambil pusing.

Krek..krek..krek..

Tanpa Kemala sadari Ibu Mertua yang kesal karena di abaikan, langsung menarik jilbab yang di pakai oleh Kemala sehingga jilbab yang sudah rapuh itu langsung sobek begitu saja.

"Ibu." Kemala memanggil Ibu mertua nya dengan suara yang bergetar.

Mata Kemala memerah menahan malu. Jilbab yang menutup rambut nya kini sudah koyak menjadi dua bagian. Rambut panjang hitam legam miliknya terurai begitu saja.

"Pakai ini Mala." Ucap Heru sambil memberikan jaket yang selalu ada di mobil nya.

Bukan hanya Kemala, ternyata persatuan Ibu-ibu itu datang untuk membela Kemala. Jika ditanya darimana mereka tahu Kemala akan berada di sini hari ini, maka salahkan Asih yang menjadi ketua geng Ibu-ibu itu.

"Memang dasar mertua ja-hat. Kalau menjadi mertua ku, sudah ku tinggalkan di hutan. Biar di mangsa harimau." Ucap seorang Ibu-ibu yang menyaksikan kejadian tadi.

"Eh, tutup mulut kau itu ya. Nggak usah ikut campur urusan keluarga kami. Perempuan itu sudah membuat anak ku malu."

"Eh Ibu Mertua yang memang sudah tua, dengar ya. Bukan salah Kemala kalau anak mu malu. Salahkan diri nya sendiri kenapa malah selingkuh dengan ipar nya dan mesra-mesraan di depan umum."

"Ya suka-suka mereka lah. Lagian anak ku kan laki-laki. Jadi bisa memiliki istri lebih dari satu."

"Owalaa Buk eee, Istri sebijik aja nggak sanggup di kasih makan. Ini mau nambah lagi. Situ sehat buk o-tak nya?"

"Ku-rang a-jar ya kalian dengan orang yang lebih tua. Nggak punya sopan santun."

"Situ yang duluan ku rang a jar. Lihat tu Kemala sampai malu karena jilbab nya Ibu tarik. Lagian anak Ibu semiskin apa sih. Jilbab lima belas ribu udah dapat tu di pasar."

"Tutup mulut kalian semua! Awas ya kalian, akan ku laporkan karena sudah menghina saya."

"Silahkan bu. Kami juga akan melaporkan Ibu karena kabur dari rumah sakit jiwa."

Mereka semua serentak tertawa karena telah berhasil membuat Ibu mertua Kemala kesal. Sebenarnya mereka tidak ingin berdebat dengan orang yang lebih tua, namun apa boleh buat. Ibu mertua Kemala tidak bisa di bilang baik-baik.

" Bu, udah dong. Jangan buat Burhan tambah malu."

"Kalau nggak mau malu, jangan banyak buat tingkah kau Burhan."

"Ibu juga, ngapain sih narik jilbab Kemala. Kan kasihan dia jadi malu."

"Ibu kesal sekali melihat wajah nya itu. Ingin Ibu ca kar rasanya."

"Sudah, ayo kita masuk bu. Sudah cukup kita berdebat dengan nya."

Saat persidangan di mulai, Burhan tetap bersikeras tidak ingin bercerai dengan Kemala. Namun, Kemala menunjukkan bukti-bukti yang banyak sehingga tidak dapat terbantahkan.

Dalam sudut hati yang paling dalam Burhan masih sangat mencintai Kemala. Seandainya ia tidak mendengarkan apa kata Ibunya, mungkin sampai sekarang Kemala masih menjadi Istri nya.

"Mala, apa kita nggak bisa kembali? Abang masih sangat mencintai mu."

"Cinta?"

"Iya Mala, Abang sudah banyak berkorban demi kau Mala. Mohon maafkan Abang, Abang nggak bisa begini Mala."

"Termasuk menyingkirkan Bang Ramadhan?"

Burhan sangat terkejut dengan perkataan Kemala. Lidah nya kelu, ia tidak dapat berkata apapun lagi.

Seketika itu langsung palu di ketuk tanda mereka telah bercerai. Burhan langsung terduduk di atas lantai dengan kaki yang sudah lemah.

" Akhirnya kau sah bercerai dengan Burhan. Wak tak tahu harus senang ataupun sedih, karena dimana-mana itu status janda bukanlah hal yang patut di banggakan. Namun, dengan masalah yang selama ini mendera mu, memang lebih baik jika kau menjadi janda."

"Terima kasih Wak Nur dan Bang Heru karena sudah banyak membantu Kemala. Suatu saat nanti Kemala akan membalas semua kebaikan kalian."

Mereka pun berpelukan dan menangis haru. Setelah ini, kehidupan baru Kemala akan dimulai. Ini bukanlah akhir, tapi awal yang baru untuk kehidupan Kemala.

Bersambung...