Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5
"Bagaimana nasibmu semalam?" Keno bertanya pada Darrel yang tengah fokus memeriksa laporan-laporan karyawannya.
Lelaki itu sudah duduk dihadapan Darrel dari lima menit yang lalu, hanya untuk sekadar bertanya bagaimana Darrel menuntaskan masalahnya semalam. Keno tidak yakin pria itu menyelesaikan masalah tersebut hanya dengan mandi saja.
Kekuatan obat perangsang tersebut tidaklah main-main. Butuh orang lain bekerja sama dengannya untuk menuntaskannya. Darrel memang punya istri, tapi Keno tahu pria belum pernah menyentuh isterinya, lebih cenderung menghindari malah. Jadi tidak mungkin pria itu akan menyentuh isterinya menurut Keno.
"Aku baik-baik saja." sahut Darrel tanpa melihat Keno.
"Kau menyewa wanita penghibur?" Keno bertanya.
"Menurutmu aku laki-laki yang punya kelakuan sama denganmu?" kali ini Darrel memandangi Keno tajam. Pria itu tertawa.
"Tentu saja tidak. Jadi kau benar-benar langsung pulang? Kau benar-benar bisa meredakan rasa panas itu hanya dengan mandi?" Keno masih kepo.
"Aku melakukannya dengan isteriku." jawab Darrel langsung. Mata Keno melebar.
"Istrimu?"
"Kenapa, ada yang salah? Dia istriku, melakukan dengannya adalah hal yang sangat wajar."
"Tapi kau bilang tidak mencintainya." ucap Keno. Darrel menatapnya samar. Lelaki itu membahas cinta dengannya seolah dia adalah sosok yang akan tidur hanya dengan perempuan yang dia cintai. Nyatanya Keno hanyalah seorang playboy maniak yang sudah tidur dengan banyak wanita penghibur.
"Tidak ada hubungannya dengan cinta. Tubuhku tidak bisa menahan, dan wanita itu adalah satu-satunya perempuan yang punya kewajiban untuk melayaniku."
"Kalau ujung-ujungnya kau akan menyentuhnya juga, kenapa dua tahun ini terus pulang tengah malam? Sia-sia saja." Keno tertawa dan Darrel hanya terdiam.
Entah kenapa Keno merasa Darrel punya perasaan terhadap isterinya. Kalau tidak, kenapa dia tidak pernah mau menyentuh wanita lain? Bahkan semalam, saat sudah terangsang seperti itu dan jelas-jelas ada wanita lain di dekatnya yang bisa membantu, pria itu lebih memilih pulang dan berakhir dengan bersetubuh dengan isterinya sendiri. Kadang Keno tidak mengerti jalan pikiran Darrel.
"Kau yakin tidak ada perasaan apa-apa pada istrimu?"
Darrel menaikkan kepala menatap Keno lagi.
"Kami menikah karena perintah ayahku. Wanita itu lebih menyukai status dan uangku, itu adalah pernikahan tanpa cinta." kata Darrel mengelak. Keno tercengang. Ia tidak tahu apa yang sudah Darrel lewati sampai pria itu tidak mengaku saja perasaannya yang sebenarnya seperti apa. Memangnya susah?
Lebih baik bicarakan hal lain saja sekarang. Masalah pekerjaan misalnya.
"Proyek di Surabaya akan segera di mulai tiga hari lagi, kita harus segera ke sana. Bagaimana rencanamu? Sepertinya kita akan cukup lama di sana. Aku dengar ayahmu sudah menurunkan perintah kalau kau akan bertanggung jawab dengan perusahaan itu sebagai CEO, sampai keadaan kembali stabil." kata Keno kemudian.
"Aku tahu. Kau berangkatlah lebih dulu. Aku akan menyusul lusa." kata Darrel. Keno mengangguk.
"Oh ya, asisten-mu Marla tidak bisa ikut. Dia sudah mengajukan cuti melahirkan. Apa kau ingin aku mencarikan-mu asisten baru? Kau pasti akan sangat membutuhkan asisten nanti."
Darrel tampak berpikir. Tiba-tiba ada satu nama yang langsung terselip dalam pikirannya.
"Tidak perlu. Aku sudah memikirkan siapa yang akan menjadi asisten-ku." katanya kemudian.
Dahi Keno berkerut samar. Lalu mengangkat bahunya.
®®®®®®
"Ikut mas Darrel ke Surabaya?"
Hope tidak yakin dengan pendengarannya. Mungkin dia salah dengar. Suaminya mungkin bilang lain tapi dia mendengarnya lain. Jadi dia bertanya lagi.
"Ya. Aku ada proyek baru di sana. Asistenku sedang cuti melahirkan. Jadi sudah kuputuskan kau saja yang menjadi asisten-ku. Kau sudah cukup dewasa. Umurmu sembilan belas tahun sekarang, kalau tidak mau kuliah, lebih baik mulai bekerja. Jangan terus berdiam diri di rumah." kata Darrel panjang lebar, tetap dengan wajah baloknya.
Hope terdiam. Ternyata dia tidak salah dengar. Menjadi asisten suaminya? Bekerja bersama laki-laki itu? Jelas dia senang sekali. Dirinya tidak akan bosan lagi di rumah terus.
"Lusa kita akan berangkat. Siapkan semua barang-barang yang akan di bawa."
"Barang mas juga aku yang siapkan?" Darrel menatap Hope lekat.
"Kau sudah tahu tugasmu sebagai seorang istri bukan? Jangan bertanya lagi." katanya. Hope menunduk.
"Bagaimana kondisimu?" Pria itu bertanya
"Baik mas,"
"Bagian itu masih sakit?" Hope mengernyit tidak mengerti.
"Bagian mana maksud mas?" tanyanya polos.
"Itu." kali ini Darrel menunjuk langsung ke bagian sensitif Hope dengan dagunya. Dia sudah terlanjur bertanya, lupa kalau isterinya ini memang masih polos dengan hal-hal begituan.
Saat pandangan Hope jatuh ke bagian yang di tunjuk suaminya, ia langsung menggeleng cepat dan menunduk malu-malu.
Darrel menatap sang istri lama tanpa ekspresi.
"Buatkan aku kopi. Aku harus lembur malam ini." perintah Darrel kemudian. Hope mengangguk lalu berbalik keluar kamar dengan langkah cepat.
Darrel bersandar di dinding sofa sambil memijit pelipisnya. Beberapa tahun ini dirinya dia terus menyibukkan diri dengan bekerja. Hidupnya cenderung tidak menarik.
Tapi dia tidak peduli, dirinya sudah terbiasa.
Malam ini pria itu memilih pulang cepat karena ingin bilang pada Hope tentang keputusannya membawa wanita itu bersamanya sekaligus menjadikannya asisten pria itu. Dia memang sengaja ingin isterinya ikut dengannya karena kali ini kepergiannya akan lama, belum pasti akan pulang kapan.
Kalau ia meninggalkan Hope sendirian di rumah ini selama itu, adiknya pasti akan memperlakukan wanita itu sebagai pembantu. Darrel tidak akan membiarkan hal itu, jadi dia mengambil keputusan Hope akan ikut dengan dia. Biar bagaimanapun Hope adalah isterinya. Walaupun sikapnya dingin pada wanita itu, orang lain tidak dia perbolehkan berlaku semena-mena pada sang istri. Termasuk anggota keluarganya.
Darrel menguap. Dia mulai mengantuk, tapi ia sudah terlanjur menyuruh Hope membuatkannya kopi. Pria itu pun bangkit keluar kamar, menuruni anak tangga menuju dapur. Hope berdiri membelakanginya.
"Hope."
Panggilan tersebut sontak membuat Hope kaget hingga gelas kosong ditangannya melompat ke lantai hingga pecah.
Prang ...
Bunyi pecahan memenuhi dapur. Namun tak ada yang mendengarnya selain pasangan suami isteri tersebut.
"Diam di situ, jangan bergerak!" perintah Darrel langsung.
Hope pun mematung. Ia melihat Darrel melangkah perlahan ke arahnya lalu meraih pinggangnya, mengangkat tubuhnya dan mendudukan wanita itu di atas meja makan.
"Tunggu di sini, aku akan membersihkan pecahan itu dulu." ucap Darrel.
"Aku saja mas," balas Hope merasa tidak enak.
"Diam saja di situ." Hope langsung bungkam. Ia hanya bisa melihat suaminya mengambil sapu dan peralatan lainnya untuk membersihkan pecahan di lantai. Setelah lantainya dipastikan bersih, Darrel baru menurunkan Hope.
"Kembalilah ke kamar," kata pria itu.
"Tapi kopi mas?"
"Tidak perlu lagi. Aku sudah mengantuk, setelah ini akan segera tidur. Kau balik saja lebih dulu." Hope mengangguk kecil kemudian berbalik naik ke kamar mereka.
pasti bucin nti ada saingan rebut isteri nya
tambah satu dari belakang...lagi tidur lagi🤦