Pertemuan tidak sengaja antara Claire dan Sean di sebuah hotel membuat mereka memiliki hubungan rumit. Pertemuan singkatnya dengan Claire meninggalkan kesan buruk di mata Sean.
Suatu hari mereka dipertemukan kembali dalam sebuah perjodohan. Sean harus menerima perjodohan yang diatur oleh kakeknya dengan gadis desa yang miskin tanpa bisa menolaknya. Tanpa Sean dan ibunya tahu bahwa sebenarnya Claire berasal dari keluarga konglomerat.
"Suatu hari nanti kau akan menyesal karena sudah memperlakukan aku seperti ini." -Claire
"Claire, sebentar lagi, Sean akan membuangmu." -Helena
"Kau adalah istriku, jangan pernah lupa itu." -Sean
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jiriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membatalkan Perjodohan
Cengkraman di dagu Claire semakin kuat. Mata hitam Sean semakin pekat, mengandung aura dingin yang bisa membuat orang menggigil.
"Kau mau memainkan trik apa lagi? Kau ingin membuat jijik siapa? Claire, kau sungguh membuatku muak."
Claire memejamkan mata sejenak, saat kembali membukanya, dia sudah memperlihatkan senyumanya. "Orang yang aku cintai bukanlah dirimu. Kau bukan tipe pria yang aku sukai, jadi untuk apa aku melakukan trik seperti itu padamu? CEO Sean, aku tidak pernah menginginkanmu. Perjodohan ini, aku sudah tidak mau melanjutkannya."
Setelah kata-kata itu jatuh, wajah Sean ditutupi kabut hitam yang tebal. Tubuhnya mengeluarkan aura menakutkan yang membuat orang bergidik.
"Claire, beraninya kau ...." Api berkobar di matanya membuat aura yang terpancar dari sekujur tubuhnya terasa mengerikan.
Setelah merusak hidupnya, sekarang dengan mudahnya dia akan membuangnya. Dia bilang tidak mencintainya, juga tidak menginginkannya. Dia pikir bisa mengendalikan hidupnya begitu saja?
"Aku akan mengundurkan diri mulai saat ini. Surat pengunduran diriku akan kukirim besok. Aku harap kita tidak akan bertemu lagi." Selesai berbicara, Claire keluar dari ruangan Sean tanpa menunggu respon darinya.
Beberapa detik kemudian terdengar suara gaduh di dalam ruang Sean. Seperti suara barang yang dibanting ke lantai. Bahkan Kenz tidak berani masuk setelah mendengar suara itu.
Setelah dari kantor Sean, Claire langsung pulang ke kediaman kakek Sean untuk menemui kakeknya. Seperti yang disampaikan pada Sean tadi, dia akan mengatakan pada kakek Sean untuk membatalkan perjodohan mereka.
Ketika sampai di rumah kakek Sean, Claire langsung menemui kakek Sean di kamarnya. "Claire, ada apa?" Kakek Sean tentu saja mencium gelagat tidak beres ketika melihat ekpresi wajahnya.
"Kakek, aku tidak bisa melanjutkan perjodohan ini. Hubungan kami tidak akan berhasil. Aku akan mengatakan pada ayahku tentang hal ini."
Kakek Sean terlihat terkejut setelah itu terlihat sedih. "Kenapa tiba-tiba? Apa Sean yang menyuruhmu membatalkannya? Atau dia mengancammu?"
Claire menggeleng. "Tidak Kakek, ini adalah keinginanku. Tidak ada hubungannya dengan Sean."
"Apa karena berita yang menyebar hari ini?" tebak tuan Sam. Berita itu tentu saja semua orang sudah tahu termasuk tuan Sam.
Claire kembali menggeleng. "Bukan Kakek. Dia tidak menyukaiku dan begitu pun sebaliknya. Aku merasa perjodohan ini sia-sia saja."
Sean selalu saja bersikap sinis padanya dan tidak segan melemparkan kata-kata tajam padanya setiap kali mereka bertemu, jadi dia rasa kalau mereka memang tidak bisa disatukan.
"Kakek, ingin bertanya sesuatu, apa boleh?"
"Tentu saja."
Sebelum bertanya, tuan Sam meneliti wajah Claire lebih dulu. "Apa benar kau sudah pernah menghabiskan malam dengan Sean?" tanya Kakek hati-hati.
Claire tidak langsung menjawab. Malam itu, dia tidak begitu mengingatnya karena mabuk. Dia hanya tahu saat dia bangun, pakaiannya sudah berganti dan di sebelahnya sudah ada Sean yang tertidur di sebelahnya tanpa mengenakan baju, jadi dia tidak tahu apa yang terjadi malam itu dengan mereka.
Melihat Claire nampak diam sambil tertunduk, tuan Sam sepertinya sudah tahu apa yang sudah terjadi diantara mereka berdua.
Tuan Sam kemudian berkata, "Claire, tolong pertimbangkan lagi. Kakek sudah tua. Harapan kakek hanya ingin melihatnya menikah denganmu agar kakek bisa pergi dengan tenang nantinya."
Claire mengangkat kepalanya lalu meraih tangan tuan Sam dan berkata dengan wajah bersalah. "Maaf Kakek. Aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk menikah dengannya."
Terlihat sekali kalau tuan Sam sangat kecewa. "Aku akan pulang ke kota A secepatnya. Terima kasih karena sudah menerima dan menjagaku dengan baik selama ini."
Setelah selesai berbicara dengan tuan Sam, Calire berniat kembali ke kamarnya, tetapi langkahnya terhenti ketika dia melihat sebuah foto di meja nakas di samping tempat tidur tuan Sam.
"Kakek, siapa anak kecil yang ada di dalam foto itu?" tunjuk Claire pada foto anak kecil yang sedang tertawa ke arah kamera bersama tuan Sam.
Tuan Sam menoleh, kemudian mengambil figura itu lalu menunjuk dengan jari telunjuknya. "Ini adalah foto Sean sewaktu kecil ketika umurnya 15 tahun," jelas tuan Sam, "Ada apa?"
Bulu mata Claire bergetar. Perasaan tak jelas bergejolak di hatinya. Bagaimana bisa foto anak kecil itu adalah Sean. Kenapa? Kenapa harus dia? Disaat dia sudah mau melepasnya, kenapa harus sekarang dia tahu.
"Tidak apa-apa." Claire memaksakan senyum di wajahnya, "Kakek, apa Sean pernah ke kota A sewaktu kecil?"
Tuan Sam menerawang. Dia seperti sedang mengingat sesuatu. "Sepertinya tidak pernah."
Kalau Sean tidak pernah ke kota A lalu siapa anak kecil yang bersamanya dulu? Claire dengan jelas masih mengingat wajah anak itu. Wajah yang sama dengan foto yang saat ini dia lihat. Kalau benar anak itu adalah Sean. Apa yang harus dia lakukan?
Claire terlihat termenung sebentar, kemudian mengangkat kepalanya menatap tuan Sam. "Kakek, kalau begitu aku kembali ke kamarku dulu."
Setelah masuk ke dalam kamarnya, Claire meraih ponsel lalu menghubungi seseorang. "Kak, tolong jemput aku di sini. Aku ingin pulang."
******
"Sean, ada apa denganmu?" Seorang pria memakai setelan semi formal menghampiri Sean yang sedang duduk di depan meja bar.
Sean menoleh sekilas pada pria yang duduk di sampingnya lalu kembali menatap ke arah gelas yang ada di tangannya, menggoyangkan gelas tersebut kemudian menyesapnya isinya hingga habis dengan wajah acuh tak acuh.
"Ini masih pagi. Kenapa kau sudah mabuk jam segini?"
Waktu baru menunjukkan pukul 8 malam dan Sean terlihat sudah menghabiskan 2 botol minuman beralkohol. Dia tidak mudah mabuk. Tingkat toleransi alkohol Sean sangat tinggi. Meskipun dia sudah meminum banyak minuman beralkohol, dia masih bisa menjaga kesadarannya dengan baik.
"Jangan menggangguku." Sean kembali menuangkan minuman ke gelasnya.
Pria di sampingnya itu adalah Nicko, sahabat baiknya. Mereka berdua sudah seperti saudara.
"Apa yang membuatmu hingga hilang kendali seperti ini? Kau sudah lama sekali tidak minum banyak."
Minuman alkohol memang sudah tidak asing lagi bagi Sean. Dia sering kali datang ke bar bersama Nicko hanya untuk sekedar mengobrol atau menghilangkan penat, tetapi biasanya, dia tidak minum terlalu banyak, meskipun tingkat toleransinya tinggi.
Sean masih diam, tatapannya terus tertuju pada gelasnya. "Kau begini apa karena berita yang menyebar hari ini?"
Nicko merubah duduknya menghadap Sean. "Bukankah, berita itu sudah diurus oleh Kenz? Kau tidak perlu khawatir, meskipun orang lain mengenalimu, lalu peduli apa? Mereka tidak akan ada yang berani berkomentar buruk tentangmu."
Nicko tentu saja tahu mengenai foto dan berita yang menyebar hari ini. Setelah Claire melihat berita itu tadi siang, tidak lama kemudian, berita itu seketika lenyap. Tidak ditemukan berita apa-apa lagi dilaman manapun mengenai Claire dan orang yang mirip Sean.
Kenz langsung memblokir semua pemberitaan yang tertuju pada bosnya. Meskipun begitu, semua orang masih mengingatnya dan terus membicarakannya diam-diam.
"Dia mau membatalkan perjodohan kami." Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir tipis Sean dengan wajah yang sulit di deskripsikan.
Sesaat sebelum berbicara, dahi Nicko mengerut. "Maksudmu Claire, calon istrimu itu?" tanya Nicko penasaran.
"Ya," jawab Sean singkat. Dia kembali meneguk minumannya dengan pelan.
"Bukankah itu hal yang bagus? Kau tidak perlu repot-repot lagi menyuruhnya pergi dari hidupmu."
Sean hanya terdiam sambil menggoyangkan gelas yang berisi wine putih. Sedari tadi sorot matanya dingin, bertambah dingin setelah membicarakan Claire.
"Aku ke toilet dulu." Sean berdiri lalu berjalan ke toilet dengan langkah pelan.
Setelah selesai, dia kembali ke tempat duduknya, tetapi sebelum sempat dia sampai tempat duduknya, dia melihat Claire baru saja keluar dari ruangan khusus VIP bersama dengan seorang pria.
Pria itu, Sean tidak mengenalnya. Dia baru pertama kali melihatnya. Sean kemudian menghampiri Claire yang terlihat sedang di papah oleh pria tersebut.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Sean menghadang Claire dengan pria itu di depan ruangan VIP.
Bersambung...
suka semua watak2 dalm novel ini... perannya
clair biar d tindas tp tidak lemah.happy ending.
semoga terus succes berkarya thor