NovelToon NovelToon
SENJA TERAKHIR DI BUMI

SENJA TERAKHIR DI BUMI

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi
Popularitas:276
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Di tahun 2145, dunia yang pernah subur berubah menjadi neraka yang tandus. Bumi telah menyerah pada keserakahan manusia, hancur oleh perang nuklir, perubahan iklim yang tak terkendali, dan bencana alam yang merajalela. Langit dipenuhi asap pekat, daratan terbelah oleh gempa, dan peradaban runtuh dalam kekacauan.

Di tengah kehancuran ini, seorang ilmuwan bernama Dr. Elara Wu berjuang untuk menyelamatkan sisa-sisa umat manusia. Dia menemukan petunjuk tentang sebuah koloni rahasia di planet lain, yang dibangun oleh kelompok elite sebelum kehancuran. Namun, akses ke koloni tersebut membutuhkan kunci berupa perangkat kuno yang tersembunyi di jantung kota yang sekarang menjadi reruntuhan.

Elara bergabung dengan Orion, seorang mantan tentara yang kehilangan keluarganya dalam perang terakhir. Bersama, mereka harus melawan kelompok anarkis yang memanfaatkan kekacauan, menghadapi cuaca ekstrem, dan menemukan kembali harapan di dunia yang hampir tanpa masa depan.

Apakah Elara dan Orion mampu m

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Nyala Api Perlawanan

Langit malam di atas tempat persembunyian sementara mereka terasa lebih gelap dari biasanya, seperti menyerap semua harapan yang tersisa. Elara duduk di atas sebuah batu besar di tepi jurang, memandang ke bawah ke lembah yang diselimuti kabut tebal. Di belakangnya, tenda-tenda darurat para pemberontak mulai didirikan, meski dalam keheningan yang penuh ketegangan.

“Kau masih memikirkan markas kita?” tanya Ardan yang tiba-tiba muncul dengan segelas air.

Elara menoleh padanya, matanya kosong namun penuh amarah yang tertahan. “Aku memikirkan semuanya. Mira. Orang-orang kita. Nexus. Cassandra.”

Ardan menyerahkan gelas itu padanya. “Aku tahu berat untuk terus maju setelah kehilangan sebanyak ini, tapi kalau kita berhenti sekarang, semua pengorbanan itu akan sia-sia.”

Elara mengangguk lemah, tapi di dalam hatinya, rasa frustrasi terus bergelora. Dia merasa kalah, seperti setiap langkah yang dia ambil hanya membawa mereka semakin dekat ke jurang kehancuran.

“Kita butuh rencana baru,” lanjut Ardan. “Sesuatu yang bisa mengacaukan Eden tanpa membuat kita kehilangan lebih banyak orang.”

Elara menghela napas panjang, mencoba memikirkan sesuatu. “Cassandra punya kelemahan. Semua orang punya. Kita hanya belum menemukannya.”

Ardan memandangnya dalam diam sebelum berkata, “Mungkin kita perlu menyerangnya di tempat yang paling dia jaga.”

---

Dalam rapat singkat yang mereka adakan keesokan harinya, Elara berdiri di tengah lingkaran kecil para pemberontak. Wajah-wajah yang tersisa di depannya adalah mereka yang selamat dari serangan Nexus dan markas Black Veil—sebagian besar terluka, baik secara fisik maupun mental.

“Elara,” salah satu dari mereka memulai, suaranya penuh kekhawatiran. “Kita bahkan tidak punya cukup senjata. Apalagi sumber daya untuk menyerang Eden. Bagaimana kita bisa menang?”

“Kita tidak akan menyerang seperti sebelumnya,” jawab Elara dengan tegas. “Kali ini, kita akan menyerang jantung mereka.”

Dia menampilkan hologram yang memproyeksikan peta besar. Di tengahnya, sebuah titik merah menyala.

“Ini pusat energi Eden,” jelasnya. “Semua fasilitas mereka, termasuk senjata dan drone, bergantung pada sumber daya dari reaktor utama mereka di Norvalis. Jika kita menghancurkannya, mereka kehilangan kekuatan utama mereka.”

“Tapi Norvalis itu benteng mereka yang paling kuat!” protes seorang anggota. “Bahkan Nexus tidak seketat itu!”

Ardan melangkah maju. “Benar, itulah sebabnya kita tidak bisa langsung menyerang. Kita perlu mencari cara untuk menyusup, seperti yang kita lakukan di Nexus, tapi dengan langkah yang jauh lebih hati-hati.”

Suasana hening. Tidak ada yang berani membantah, tetapi ketakutan terlihat jelas di wajah mereka.

“Elara,” Mira, salah satu teknisi baru mereka, menyela. “Aku menemukan sesuatu saat menyisir data dari Nexus. Cassandra punya seorang ilmuwan yang mengelola Norvalis. Namanya Dr. Alden. Dia tahu semua protokol keamanan di sana.”

“Dan?” tanya Elara.

“Dia tidak setia sepenuhnya pada Eden,” lanjut Mira. “Menurut catatan, dia punya masalah pribadi dengan Cassandra, sesuatu yang berhubungan dengan keluarganya. Mungkin kita bisa memanfaatkan itu.”

---

Beberapa hari kemudian, tim kecil Elara berhasil menemukan lokasi Dr. Alden, yang tinggal di sebuah vila terpencil di pegunungan, dijaga ketat oleh pasukan Eden.

“Mereka pasti tahu kita akan mengejarnya,” kata Ardan sambil mengamati peta lokasi.

Elara mengangguk. “Tapi mereka tidak tahu seberapa putus asa kita.”

Malam itu, mereka meluncurkan serangan mendadak ke vila. Pasukan Eden, meskipun terlatih, terkejut dengan keberanian tim kecil Elara. Pertempuran berlangsung singkat namun brutal, dengan darah membasahi salju putih di sekitar vila.

Saat Elara akhirnya menghadapi Dr. Alden, pria itu terlihat lebih ketakutan daripada terkejut.

“Kalian gila! Kalian pikir Cassandra akan membiarkan kalian hidup setelah ini?” teriaknya.

“Kami tidak peduli,” kata Elara sambil menodongkan pistol ke arahnya. “Yang kami pedulikan adalah menghentikan Eden, dan kau akan membantu kami melakukannya.”

Alden tertawa kecil, meskipun suaranya bergetar. “Kalian tidak tahu apa yang kalian hadapi. Cassandra tidak seperti musuh lainnya. Dia akan membakar dunia hanya untuk memburu kalian.”

“Kami sudah tahu itu,” sela Ardan. “Sekarang, katakan pada kami bagaimana cara menyusup ke Norvalis, atau kami akan memastikan Cassandra tidak pernah menemukan tubuhmu.”

---

Dr. Alden, meskipun enggan, akhirnya memberikan informasi yang mereka butuhkan. Dia menjelaskan tentang jalur bawah tanah yang digunakan untuk memasok reaktor Norvalis.

“Jalur itu tidak dijaga ketat, karena Cassandra berpikir tidak ada yang cukup gila untuk mencoba menyusup dari sana,” katanya.

“Dia salah,” kata Elara. “Kami cukup gila untuk melakukan apa saja.”

Namun, sebelum mereka bisa menyusun rencana lebih lanjut, salah satu pemberontak masuk dengan panik.

“Elara! Kita ditemukan!”

Alarm berbunyi, menandakan kedatangan pasukan Eden.

“Berapa banyak?” tanya Ardan sambil meraih senjatanya.

“Cukup untuk membuat kita mati di sini kalau kita tidak segera pergi!”

Elara mengambil keputusan cepat. “Kita harus pergi sekarang. Ambil apa yang bisa kalian bawa dan bakar sisanya!”

---

Mereka melarikan diri melalui hutan lebat, dengan pasukan Eden mengejar mereka tanpa henti. Drone bersenjata meluncur di udara, menembakkan peluru dan rudal ke arah mereka.

“Kita tidak akan bertahan lama seperti ini!” teriak Ardan.

“Kita hanya perlu mencapai titik ekstraksi!” balas Elara sambil terus berlari.

Namun, pelarian mereka berubah menjadi kekacauan total ketika salah satu drone berhasil menjatuhkan sebuah pohon besar ke jalur mereka.

“Kita terpisah!” Mira berteriak dari kejauhan.

Elara hanya bisa melihat sekilas saat beberapa anggota tim tersesat di balik asap dan reruntuhan. Dia tahu mereka tidak punya waktu untuk kembali mencari.

“Terus maju!” serunya pada yang tersisa.

Dengan susah payah, mereka akhirnya mencapai sebuah kendaraan darurat yang tersembunyi di dalam gua. Namun, jumlah mereka sudah jauh berkurang.

---

Saat kendaraan mereka melaju menjauh, Elara menatap ke arah Dr. Alden yang duduk di sudut dengan ekspresi takut.

“Kau pikir Cassandra akan berhenti memburu kita?” tanyanya tajam.

Alden menggelengkan kepala. “Dia tidak pernah berhenti. Tapi aku akan membantumu, karena jika dia menang, tidak ada seorang pun yang akan selamat.”

Elara tahu pria itu berbicara jujur, tapi dia juga tahu bahwa ini baru awal dari perseteruan mereka dengan Cassandra.

“Aku tidak peduli apa yang harus kita hadapi,” katanya pada akhirnya. “Kita akan membuat Cassandra merasakan apa itu kehancuran.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!