Di pungut oleh Ayahnya untuk menggantikan adik tirinya menikahi anak haram dari keluarga ternama.
Dia di tolak mentah-mentah oleh anak haram keluarga ternama itu, tapi pada akhirnya dia tetap menikah.
Dia harus menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak menyenangkan karena suaminya begitu membenci dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26
Amaya bangkit dari tempat tidurnya. Dia benar-benar sudah tidak tahan lagi, dia sudah tidak sanggup untuk terus berada di rumah itu. Amaya mengepalkan tangannya sebentar memikirkan benar bahwa dia harus segera membebaskan diri dari Edward, lalu segera menemui Ron yang biasa bersembunyi di tempatnya.
Yah, seperti itulah Ron. Dia adalah mantan narapidana Yang dilaporkan beberapa tahun silam atas kasus, penipuan atau pembobolan. Padahal, saat itu bukanlah Ron pelaku yang sebenarnya. Hanya saja, bukti yang sudah jelas mengatakan bahwa dia tidak bersalah, tiba-tiba saja lenyap dan hilang begitu saja bak ditelan bumi. Sekarang, Ron memilih untuk mengasingkan diri begitu dia dibebaskan dari penjara, Dia sedang berusaha dengan sangat keras untuk menemukan siapa orang yang telah menjebaknya dan siapa saja orang yang telah bekerja sama untuk menjadikan dia sebagai tersangka dengan tidak berperasaan.
Amaya mengusap wajahnya, menatap cermin yang memantulkan wajahnya dengan tatapan yang bersungguh-sungguh. Amaya menjalankan kakinya, menuju di mana tombol berada yang biasanya digunakan untuk memanggil pelayan atau siapapun orang yang akan datang jika tombol itu ditekan.
Benar saja, tidak lama setelah itu, datanglah seorang pelayan wanita membawakan sarapan untuk Amaya.
Setelah meletakkan sarapan untuk Amaya, pelayan itu kembali mengambil posisi untuk berdiri di jarak yang cukup jauh dan dengan sopan Dia berkata, "Nona, silahkan anda sarapan terlebih dulu. Tapi, jika ada membutuhkan sesuatu dan harus segera diselesaikan sebelum anda sarapan, Anda bisa memberitahu saya dan saya akan membantu Apa yang bisa saya lakukan."
Amaya terdiam menata pelayan itu dari ujung kaki hingga ke ujung kepalanya dengan segala pemikirannya. Amaya tersenyum lalu berkata, "Kalau begitu, tolong bantu aku untuk membersihkan tubuhku. Saat ini, tubuhku benar-benar sangat sakit dari ujung kaki hingga ke ujung kepala."
Pelayan itu mengangguk dengan segera tanpa memikirkan hal-hal lain yang mungkin saja akan berbahaya untuknya. Selama ini, ama Amaya selalu saja menolak apa yang di ditawarkan oleh para pelayan jadi, tentu saja pelayan tidak akan pernah menolak keinginan Amaya sangat jarang sekali meminta.
Pelayan itu mengikuti langkah kaki Amaya yang langsung saja menuju ke kamar mandi.
Beberapa saat kemudian.
Amaya keluar dari kamar mandi, tersenyum miring dan lega setelah dia berhasil membuat pelayan rumah itu pingsan, dan pakaian yang di gunakan oleh pelayan rumah itu kini melekat pada tubuh Amaya. Yah, untungnya di kamar itu ada beberapa lembar masker penutup wajah yang masih baru sehingga, Amaya bisa menggunakan masker penutup wajah itu.
Amaya berjalan keluar dari kamarnya, dan tentu saja itu berkat kunci yang dipegang oleh pelayan yang tadi membawakan sarapan untuknya. Setelah berada di luar kamar, Amaya segera melangkahkan kakinya menuju ke dapur karena dia tidak ingin langsung keluar dari sana dan membuat orang-orang yang melihatnya atau kamera pengintai di sana mencurigai gerak-geriknya. Begitu sampai di dapur, Amaya mencari keberadaan sampah dan harap benar sampah itu belum dikeluarkan dari dapur. Yah, selama beberapa hari terakhir ini, Amaya sudah sering mengamati keadaan dan situasi rumah untuk mengambil kesempatan agar bisa memuluskan rencananya meninggalkan rumah Edward yang dijaga dengan sangat ketat.
Amaya tersenyum lebar saat mendapati kantong sampah masih belum dikeluarkan dari dapur. Amaya dengan segera berjalan mendekati kantong sampah itu, berniat untuk segera membawanya keluar agar dia bisa melarikan diri tanpa harus dicurigai sebelumnya.
"Eh, biarkan aku saja! Mengeluarkan sampah adalah tugasku kan?" kerja pelayan lain begitu menyadari jika Amaya akan mengambil tugasnya.
Amaya berdiam sebentar. Tentu saja dia merasa gugup dan sedikit bingung. Akan tetapi, Jika dia tidak segera mengatakan sesuatu sebagai alasan, Tentu saja dia akan dicurigai bukan?
Amaya berdiri sembari mententeng kantung sampah itu, menata pelayan yang tadi mengajaknya berbicara dari balik punggungnya lalu berkata, "Aku sudah tidak ada pekerjaan lagi, jadi bisakah aku saja mengeluarkan sampah ini?"
Pelayan itu terdiam nampak berpikir sebentar, tapi dia mengangguk setelahnya karena ada juga pekerjaan lain yang harus dia selesaikan dengan segera. "Kalau begitu, aku benar-benar berterima kasih sekali padamu. Aku akan mengerjakan pekerjaanku yang lain."
Amaya menganggukkan kepalanya dan menatap serta memastikan benar bahwa pelayan itu menjauh dari dapur lalu dengan segera dia menjalankan kakinya menuju pintu utama dan juga menuju ke gerbang utama.
"Akhirnya datang juga! Truk sampah sudah menunggu di depan!" Ucap penjaga pintu gerbang begitu melihat seorang pelayan menenteng sebuah kantong sampah.
Amaya menganggukkan kepalanya dengan cepat, kalau keluar dari pintu gerbang di saat penjaga gerbang membukakan pintu gerbangnya.
Amaya benar-benar tertawa sembari berlari. Dia menuju ke tempat sampah, lalu tertawa terbahak-bahak tak peduli bekerja pengangkut sampah menatapnya dengan tatapan bingung dan juga penuh tanya. Mereka beranggapan bahwa, Amaya adalah seorang pekerja yang frustasi karena tertekan oleh pekerjaan dan juga peraturan dari pemilik rumah.
Amaya terus tertawa hingga matanya berair karena dia sangat terharu. Akhirnya dia benar-benar bisa keluar dari rumah Edward yang sangat menyesakkan dan juga penuh dengan kenangan buruk. Amaya berhenti tertawa sembari menyukai air matanya yang terus keluar begitu saja. Amaya mengambil langkah cepat dan berlari secepat yang ia bisa menjauh dan semakin menjauh dari kediaman Edward sembari berharap tidak disadari oleh penjaga pintu gerbang sampai dia benar-benar tidak bisa dikejar lagi.
Setelah mendapatkan jarak yang cukup jauh Setelah dia mengambil jalan yang sempit di ganggang kecil, Amaya benar-benar berharap jika sampai penjaga gerbang menyadari akan hal itu dan mencoba untuk mengejarnya, jaga gerbang atau siapapun yang mencoba untuk mencarinya tidak akan pernah menemukannya.
Amaya membuang nafasnya sembari terus mencoba untuk menenangkan diri dan mengatur nafas yang tersengal-sengal karena dia berlari cukup jauh. Sekarang, Amaya harus berpikir benar bagaimana caranya dia bisa mendapatkan tumpangan menuju ke tempat yang ingin dia tuju di mana Ron dan juga Vanka berada.
Setelah keadaan Amaya cukup stabil, Amaya kembali melangkahkan kakinya sembari terus berpikir bagaimana dia akan mencari uang untuk ongkos kendaraan nanti. Tapi, Di saat dia terus berjalan kaki, melihat tumpukan baju yang sepertinya tidak terlalu buruk untuk mengganti pakaian pelayan yang ia gunakan sekarang. Pada tumpukan baju itu terdapat tulisan, ambilah jika ingin, pemilik baju ini sudah meninggal. Jadi, ambil Dan tolong doakan dia agar mendapatkan tempat terbaik di surga Tuhan.
Amaya dengan segera memilih satu setel pakaian yang sesuai dengan ukurannya. setelah mendapatkan satu style yang dia pikir cocok untuknya, Amaya berjalan untuk menjadi keberadaan toilet umum dan mengganti pakaiannya.
Di rumah Edward.
"Nona Amaya menghilang!"
lamalama jadi malas baca.
Semoga sukses selalu n lancar rejekinya🤗🤗🤗 ❤️❤️❤️🤲🤲🤲👍👍👍💪💪💪😘😘😘