Arnetha Julia Richardo adalah seorang putri tunggal dari pengusaha kaya. Hidupnya sempurna, ayahnya seorang pengusaha kaya dan ibunya adalah seorang kepala rumah sakit besar. Hidupnya tak ada kekurangan apapun baik materi ataupun kasih sayang.
Arnetha biasa dipanggil Arne oleh teman-temannya. Arne juga memiliki sahabat bernama Aini, mereka adalah teman sekelas yg cukup akrab. Disisi lain, Arne juga memiliki kekasih tampan dan populer bernama Boy. Mereka sudah berpacaran sejak bangku SMA.
Suatu hari, Boy memutuskan hubungannya dengan Arne dan malah melamar Aini. Bukan hanya itu pula, saat pulang ke rumah, ada Aini dan ibunya Marta yg ternyata adalah simpanan ayahnya. Sejak hari itu, Arne dan mamanya Jeny pergi dari rumah karena diusir oleh ayahnya Arne, Richardo.
Bukan hanya hati Arne yg terluka tapi juga keluarganya hancur karena ayahnya yg mengkhianati mereka. Bagaimana Arne melewati kehidupannya yg pilu?? Dapatkah Arne menemukan belahan jiwanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hunny24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.17 Keributan di Rumah Sakit
Martha pun membuat keributan karena tak percaya pada Arne, disamping itu wanita tersebut juga ingin menghancurkan reputasi Arne karena tak menyukainya. Arne pun dengan tenang mengatasinya, hingga perawat memanggil Anderson karena keluarga pasien ingin mengganti dokter putri mereka.
"Kami minta ganti dokternya.. pokoknya aku tak mau kalau sampai putriku kenapa-kenapa.!!" ucap Martha ngotot.
"Baiklah, akan aku coba tanyakan pada dokter senior atau profesor yg sedang available.." ucap Arne lalu meminta perawat mengecek dokter senior yg tersedia.
Hingga dipanggil-lah Anderson keruangan tersebut. Dan Arne meminta tolong pada Anderson untuk mengatasi mereka.
"Maaf prof, mereka ingin mengganti dokternya karena tak percaya padaku." ucap Arne.
"Baiklah, kau cek pasien di ruangan 115." ucap Anderson.
"Baik prof." ucap Arne.
Anderson pun masuk ke ruangan pasien dan mengenali siapa yg ada di dalam. Martha dan Richard pun terkejut melihat Anderson yg datang.
"Maaf atas ketidaknyamanan kalian pada juniorku.. biar kuperiksa pasiennya." ucap Anderson.
Anderson pun memeriksa Aini, dan nampak Aini sudah sadar tapi berpura-pura pingsan. Dan Anderson, berniat mengerjainya dengan ingin menyuntikkan obat padanya.
"Pasien, baik-baik saja dan hanya pingsan.. tapi sepertinya pasien butuh vitamin dan kami akan memberikan suntikan vitamin padanya." ucap Anderson.
"Kau yakin putriku baik-baik saja? hanya butuh suntikan?" tanya Martha.
"Tolong upayakan yg terbaik bagi putriku." ucap Richard.
"Tentu, kami akan memberi suntikan setiap jam jika putri anda belum sadar juga." ucap Anderson.
Seketika Aini yg mendengar pun langsung berusaha pura-pura sadar. Padahal Aini sengaja berakting agar mamanya menjatuhkan harga diri Arne sebagai dokter bahkan kalau bisa dipecat.
"Akh.. dimana aku." ucapnya pura-pura.
"Sayang kau sudah sadar.." ucap Martha.
"Nak, apa yg kau rasakan.?" tanya Richard.
"Aku hanya sedikit pusing.." jawab Aini.
"Kau akan baik-baik saja sayang.. kau sekarang di rumah sakit." ucap Martha.
"Bagaimana dengan Boy?" tanya Aini yg teringat kalau Boy berdarah.
"Dia ada di ruangan sebelah, sudah ditangani oleh juniorku." ucap Anderson.
"Syukurlah." ucap Aini.
"Dok sampai berapa lama Aini kami disini?" tanya Martha.
"Jika dilihat dari pemeriksaan, dirinya baik-baik saja. Tapi jika masih lemah kami akan memberikannya suntikan setiap harinya." ucap Anderson.
Mendengar kata suntikan pun Aini langsung takut dan berkata kalau dirinya sudah baik-baik saja. Dan Aini langsung meminta segera pulang pada orangtuanya.
Anderson pun tersenyum, dan berkata kalau Aini hanya perlu menghabiskan infusnya saja baru boleh pulang. Semua karena Aini memang hanya pingsan, dan Martha melebih-lebihkannya demi menjatuhkan Arne. Dan Anderson membalasnya agar wanita itu tak berani berbohong dan menjatuhkan reputasi seorang dokter.
Anderson hanya menakut-nakuti Aini dengan suntikan agar Aini sadar dan segera pergi terlebih keluarganya yg seperti itu biasanya merepotkan. Apalagi ibunya yg tak menyukai Arne, hal itu bisa merusak reputasi rumah sakit jika dibiarkan.
Setelah jarum infusnya dilepas, Aini pun mengunjungi Boy sebelum pulang. Kemudian, dirinya berserta orangtuanya berpapasan dengan Arne. Arne pun hanya tersenyum menyapanya, sedangkan Martha tak menyukainya dan memasang tampang kesal.
"Cih, dokter gadungan.." gerutu Martha dan Richard tetap diam sama sekali tak membela Arne.
Arne pun juga tak berharap banyak hal pada Richard, apalagi sudah jelas dirinya kalah oleh istri barunya dan putri kesayangannya.
Aini pun menghampiri Arne dan bicara padanya dengan nada mengancam.
"Arne kau jangan macam-macam pada Boy, atau kau akan menyesal.." ucapnya.
Tapi Arne hanya tersenyum.
"Ini rumah sakit, dan aku masih ada banyak pasien yg harus diperiksa. Terlebih lagi, bukan aku dokter yg bertanggungjawab atas tunanganmu.." ucap Arne.
"Ck.. awas saja kau kalau berani mendekatinya." ucap Aini.
"Baiklah.. aku juga sudah cukup sibuk dengan tugasku." ucap Arne santai.
"Jika kau sampai memperingatiku begitu kenapa kau tidak menjaganya saja?" balas Arne dan Aini pun hanya terdiam.
"Cukup Aini, ayo kita pulang.. Boy akan baik-baik saja dengan dokternya." ucap Richard dan Arne hanya menyapanya dengan senyuman sebelum pergi.
Arne pun menanggapinya dengan santai karena ini rumah sakit tempatnya bekerja. Dan lagi melawan Aini dan Martha hanya buang-buang tenaga dan waktunya. Dan mereka berdua cuma ingin menjatuhkan Arne karena tidak menyukainya.
Dan lagi, jika dilawan mereka akan mulai berulah dan berakting layaknya seorang korban. Arne pun tak mau repot berurusan dengan pihak rumah sakit.
Sementara itu, Nino yg menyaksikan kejadian itupun hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Sungguh keluarga Arne sangatlah menyebalkan terutama ibu tirinya yg berlebihan. Bahkan perawat pun tak nyaman dengannya karena sikapnya yg berlebihan tersebut.
Anderson pun menghampiri Arne dan bicara dengannya.
"Nampaknya ibu tirimu suka mencari masalah." ucap Anderson.
"Sepertinya begitu prof, lebih baik tak usah diladeni daripada nama baikku hancur." ucap Arne.
"Ya.. kau harus menahan emosimu jika ingin bertahan disini." ucap Anderson.
"Baik prof aku mengerti, terimakasih atas bantuannya." ucap Arne.
"Kalau begitu belikan aku makanan." ucap Anderson.
"Baiklah, prof suka apa?" tanya Arne langsung.
"Roti lapis juga boleh." ucap Anderson.
"Baiklah, nanti aku pesankan lewat online." ucap Arne.
"Ya kau harus mengantarkannya ke ruanganku." ucap Anderson.
"Baik prof." balas Arne.
Arne pun memesan roti lapis dan mengantarkannya di ruangan Anderson. Lalu Arne langsung pergi dari sana dan melakukan tugasnya yg lain.
"Kau sungguh membelikanku roti lapis." ucap Anderson.
"Sesuai permintaanmu prof." ucap Arne.
"Aku tak lapar, kau makan saja." ucap Anderson.
"Baiklah kalau begitu." ucap Arne membawa kembali roti lapis tersebut kemudian kembali bekerja.
Malam pun semakin larut dan jam pun terus berganti, hingga waktu bekerja Arne telah usai. Dirinya pun memilih langsung pulang karena malas berpapasan dengan Aini ataupun keluarga Boy.
Dan saat Arne hendak ke parkiran mobil, dirinya pun justru berpapasan dengan keluarga Boy. Arne pun hanya menyapanya dan memberikan senyum lalu pergi ke mobilnya.
"Arne kau sudah bekerja disini rupanya." ucap Leni ibu Boy.
"Iya tante, aku juga belum lama bekerja disini." ucap Arne.
"Tante titip Boy ya, bilang sama temanmu yg menangani Boy." ucap Leni.
"Iya Tante, kami semua sebagai dokter selalu berusaha maksimal." ucap Arne kemudian pamit undur diri.
Sementara Arne pun langsung meninggalkan rumah sakit karena malas berhubungan dengan mereka. Baginya semuanya sudah berakhir, baik hubungannya dengan Boy ataupun dengan Aini. Dan Arne tak ingin tahu atau mau tahu urusan mereka berdua.
Dan Arne beruntung Nino cepat tanggap langsung menangani Boy. Nampaknya Nino sangat peka dan tak ingin Arne menangani Boy yg akan membuat masalah kedepannya dengan Aini.
Serta prof.Anderson yg entah bagaimana bisa mengusir Aini yg memang baik-baik saja. Padahal Martha sudah heboh meminta dokter senior untuk menangani putrinya yg hanya pingsan dan sampai meminta ruangan vvip untuk putrinya.
"Kuharap, nanti malam aku tak bertemu mereka." gumam Arne dalam hati.
kenapa gk sekalian ketiban bom
🤣🤣🤣
hehheeh laki2 didunia halu memang meresahkan