NovelToon NovelToon
Antagonist Kesayangan Putra Mahkota

Antagonist Kesayangan Putra Mahkota

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Rebirth For Love / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Salvador

Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.

Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.

Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.

Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!

Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???

#LapakBucin

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

...****************...

“Penyebaran Khatolik di masa Pemerintahan Philipe 1..” Ressa bergumam mencari judul buku yang ia cari di rak-rak perpustakaan.

Gadis itu hendak mengerjakan tugas, tapi ia harus mencari buku yang di suruh gurunya untuk dijadikan referensi. Cukup lama gadis itu mengelilingi rak, ia menemukan buku yang dicari.

“Tinggi banget, sih.” Decak Ressa kala buku yang ia cari ada di bagian rak yang paling tinggi.

Gadis itu sedikit melompat untuk mengambil bukunya, cobaan pertama tak berhasil. Baru lah di percobaan kedua Ressa mendapatkannya. Namun, sepertinya buku tebal di sebelah buku yang Ressa ambil ikut terjatuh, gadis itu tak menyadarinya.

 Bruk!

Ressa menahan nafas ketika membalikkan badan, seorang laki-laki tinggi berdiri dengan sigap dihadapannya. Ressa mendongak, tangan laki-laki itu menahan buku yang hampir jatuh menimpanya.

“Te-terima kasih, Pangeran.” Ujar Ressa sedikit gugup mendapati siapa laki-laki dihadapannya ini. Juga bersyukur karena telah membantunya.

Altair, laki-laki itu tak menjawab. Ia menatap intens wajah gadis depannya, yang sepertinya tak asing. Dapat Altair rasakan jantungnya berdebar, tanpa ia sadari urat-urat di leher Altair menonjol kaku. Tangannya menghalangi ke sebelah tubuh Ressa yang hendak pergi.

Ressa yang merasa laki-laki itu seolah tengah marah menatap takut, “Ke-kenapa Pangeran?” Tanya Ressa sebab Altair memojokkan nya di rak saat ini.

Setelah beberapa saat, Altair memundurkan langkahnya,

“Pergilah.” Ujarnya singkat.

Dengan segera Ressa pergi menyingkir dari pandangan laki-laki itu. Menuju salah satu meja perpustakaan, Ressa kembali mengingat wajah Altair yang begitu dekat dengannya beberapa saat lalu.

Ressa akui, Pria itu benar-benar tampan. Bohong jika Ressa tidak menyukainya seperti gadis-gadis bangsawan lain.

Namun, Ressa cukup sadar diri. Ia siapa dan Altair siapa. Apalagi Altair telah bertunangan dengan Anthea, gadis berhati malaikat yang beberapa kali menyelamatkannya dari gangguan Clarissa.

Ressa sangat mengagumi Anthea. Hanya Anthea yang selama ini mau membuka suara atas kelakuan Clarissa. Bahkan, saat Ressa di bully dan dilihat oleh Altair, laki-laki itu tak mempedulikan. Cukup membuat pandangan Ressa pada keluarga kerajaan buruk, tapi tidak pada Anthea.

***

Altair sendiri mengedarkan pandangannya pada penjuru perpustakaan, menunggu tunangannya. Mereka sudah berjanji kemarin untuk bertemu setelah kelas selesai.

Tentang kejadian beberapa saat yang lalu, bagi Altair tak ada yang spesial. Altair bahkan sudah menganggap kejadian itu tak pernah terjadi.

“Kenapa Anthea lama sekali,” gumam Altair, menatap pintu perpustakaan berharap Anthea muncul dari sana.

“Altair?”

Altair menoleh, mendapati Rainer yang memanggilnya. Sahabatnya itu tengah bersama seorang gadis.

“Apa?” jawab Altair malas.

“Kenapa kau di sini?” Tanya Rainer, ia pikir laki-laki itu tengah bersama tunangannya, seperti yang Altair lakukan di akademi sejak ada Anthea.

“Urusanmu?”

Rainer yang sudah biasa mendapat jawaban ketus seperti itu tak ambil hati, ia berujar, “Tadi aku melihat Anthea keluar perpustakaan saat akan ke sini. Ku pikir kau bersamanya,”

Tadinya Rainer ingin menyapa Anthea, tapi gadis itu terlihat buru-buru dan mungkin sedikit kesal? Apalagi Rainer tengah bersama kekasihnya juga.

“Anthea? Kapan?” Mendengar nama tunangannya Altair bertanya terkejut.

“Barusan,” jawab Rainer.

Altair mengernyitkan dahi, kenapa Anthea tidak menemuinya dan malah keluar perpustakaan?

Apa jangan-jangan Anthea tadi melihatnya?

“Sial!” Altair mengumpat kecil dan segera keluar perpustakaan, tak menghiraukan Rainer dan kekasihnya yang menatap heran.

“Putra Mahkota sangat menyukai Lady Anthea, ya? Dia terlihat begitu panik.” Tanya Meidiana, kekasih Rainer.

Rainer mengangguk, “Mereka sudah bersama-sama sejak kecil.” Jawabnya. Rainer yakin bahkan perasaan sahabatnya itu lebih dari suka, melihat interaksi keduanya selama ini.

***

Altair menyusuri jalan sekitar perpustakaan yang mungkin saja Anthea masih ada di sekitar sini. Namun, ia tak mendapati keberadaan sang tunangan.

Tangan Altair yang terkepal sedikit bergetar, ia berusaha menyesuaikan nafasnya.

Altair takut.

Bagaimana jika Anthea tadi melihatnya dan berpikir yang tidak-tidak. Altair takut Anthea meninggalkannya. Sejauh itu memang pemikiran Altair.

Walau selama ini hubungannya dan Anthea baik-baik saja, Altair dapat merasakan jarak yang membentang di antara mereka. Jarak yang dibuat oleh Anthea sendiri. Entah kenapa, sejak dulu Altair merasa Anthea tak membiarkannya masuk lebih dalam ke kehidupan gadis itu.

Jika sampai ia membuat kesalahan yang tidak Anthea sukai, Altair takut mereka akan semakin jauh.

***

Tok tok tok

Baru saja memasuki kamar asramanya, pintu kamar Anthea di ketuk dari luar. Tak mungkin itu Shenina, gadis itu akan langsung masuk tanpa mengetuk lebih dulu

Cklek.

“Anthea..” Tanpa aba-aba Altair langsung menerjang Anthea dengan pelukannya, membuat Anthea mundur beberapa langkah.

“Kenapa kau bisa di sini? Menyusup lagi?” Tuding Anthea.

Dibahunya, kepala Altair menggeleng, “Aku meminta izin pada penjaga asrama, tenang saja.” Ujar Altair. Meskipun para laki-laki tidak dibolehkan memasuki asrama putri, siapa juga yang akan menentang Pangeran Mahkota yang beralasan ingin bertemu tunangannya.

Anthea mendorong Altair untuk melepaskan pelukannya, ia menutup pintu dan membawa Altair masuk ke kamarnya. Tak bagus jika ada yang melihat keberadaan Altair di sini. Altair duduk di satu-satunya sofa panjang di kamar itu.

Baru saja ingin bertanya mengapa Anthea tak menemuinya ke perpustakaan, tatapan Altair salah fokus pada pipi Anthea yang memerah. Bahkan, sudut bibir gadis itu berdarah.

“Ssh..” Anthea berdesis kala Altair menyentuh luka di sudut bibirnya.

“Siapa, Anthea?!” Tanya Altair tajam, dengan suara dingin yang sebelumnya tak pernah Anthea dengar jika Altair bersamanya.

Anthea menunduk takut, segera tangan Altair meraih dagunya agar mereka berhadapan. Mata Anthea berkaca-kaca, jujur saja ia sudah menahan sakit di wajahnya ini sedari tadi. Mengadukan orang-orang itu pada Altair, tak apa bukan?

“Ada yang mengangguku, Altair.” Ujar Anthea, tangisnya pecah. Untuk orang yang belum pernah mendapat perlakuan seperti ini, Anthea benar-benar merasa tersakiti.

Altair membawa Anthea ke pelukannya, mengusap lembut surai gadisnya yang mulai sesenggukan, “Tenang, Anthea. Aku di sini, katakan siapa yang berani mengganggu tunanganku,” ucap Altair lembut, walau ia tengah menahan amarah saat ini.

Anthea mengusap air matanya, “Namanya Clarissa, anak Marquess Volta.”

Gigi Altair bergelatuk marah, hanya bangsawan kecil Berani-beraninya menyentuh Anthea-Nya.

“Apa saja yang dia lakukan?” Altair mengusap lembut pipi Anthea memerah.

“Dia menamparku, sebenarnya aku sudah membalas. Tapi mereka bertiga, Altair. Jelas aku kalah.” Ujar anthea.

Baiklah, Altair tentu tidak akan melepaskan mereka begitu saja. Ada harga yang harus dibayar.

“Aku akan membuat perhitungan dengan mereka, Anthea. Tenang saja, ya?” Anthea mengangguk.

Sebenarnya Anthea bisa saja menyelesaikan mereka sendiri, tapi selagi Altair dapat berguna, kenapa tidak.

“Sepertinya kita perlu ke tabib. Pasti sakit, kan?” Tanya Altair, ia tak tega melihat wajah mulus Anthea terluka seperti ini.

“Tidak perlu, cukup mengompres saja.” Jawab Anthea.

“Biar aku lakukan, apa ada handuk kecil di sini?” Anthea menunjuk lemarinya.

Ia membiarkan Altair mengambil handuk dan memanaskan air untuknya, Anthea cukup lelah saat ini.

Laki-laki itu kembali dengan ember kecil di tangannya, ia mulai mengompres pipi Anthea dengan telaten.

“Ingin tiduran saja?” Tanya Altair, Anthea menggeleng.

Rasa hangat menjalar di pipinya, Anthea memperhatikan wajah Altair yang begitu serius mengompres lukanya, wajah Altair benar-benar khawatir.

“Altair, kau sedang jatuh cinta, ya?” Tanya Anthea.

Altair mengentikan pergerakannya, ia tersenyum kecil. “Sepertinya Anthea baru sadar jika aku memang sudah mencin—“

“Aku serius, Altair.” Sela Anthea, “Tadi aku melihatmu berciuman dengan seorang gadis di perpustakaan.”

Prang!

Altair menjatuhkan ember kecil di tangannya, ia benar-benar terkejut. Apa Anthea melihatnya seperti itu, tadi?

Dan gadis itu bisa bertanya dengan wajah santai tanpa emosi, seolah hanya sekedar penasaran.

“Anthea, aku ini tunanganmu.”

Anthea memiringkan kepala, “Lalu? Tenang saja, aku tidak akan melarangmu jika memang menyukai gadis lain. Selagi kau memutuskan hubungan kita dengan—“

“Anthea!” Anthea tersentak, suara Altair terdengar membentak.

Altair memijat keningnya sebentar, mengalihkan pandangan, mengatur deru nafasnya. Altair tak ingin kelepasan di depan Anthea saat ini.

Kedua tangan Altair memegang sisi bahu gadis itu, “Dengar, kau salah paham, Anthea.”

“Aku hanya menolongnya, dia hampir jatuh tertimpa buku tadi. Tidak ada hal yang terjadi seperti yang kau tuduhkan,” Altair menjelaskan dengan terburu-buru.

“Mungkin kau melihat dari belakang sehingga asal menyimpulkan. Kalau kau tidak percaya, aku bisa meminta anak-anak di perpus menjadi saksi kalau aku mengatakan kebenarannya.”

Altair menatap takut Anthea yang hanya terdiam, “Aku berani bersumpah, Anthea. Tolong, percayalah.” Ujarnya frustasi.

Anthea menyimak penjelasan Altair dengan baik, walau ia masih dalam keterkejutan. Baru kali ini Altair membentaknya.

Ia menyingkirkan lengan laki-laki itu dari bahunya, “Baik. Keluar lah Altair,  aku ingin beristirahat.”

Baru beranjak dari duduknya, Altair sudah melingkarkan tangan di tubuhnya, memeluk  Anthea dari belakang.

“Anthea tidak percaya? Katakan apa yang harus aku lakukan, Anthea. Tolong, jangan marah.” Suara laki-laki itu terdengar lirih.

“Aku tidak mempersalahkan itu, Altair. Sekarang kembalilah.”

“Kau benar-benar marah, maaf kan aku, Anthea. Maaf.” Altair tak gentar, ia semakin mengeratkan pelukannya, terus menggumamkan kata maaf.

Anthea menghela nafas kasar, “Baiklah, kau di maafkan.” Ia menjeda ucapannya, “sekarang lepaskan pelukanmu.”

Mendengar itu, Altair sedikit tenang. Melepaskan pelukannya, ia beralih membuat Anthea agar berhadapan dengannya.

“Aku salah, Anthea. Lain kali aku tidak akan mengulanginya, membuat Anthea salah paham padaku.” Ujar laki-laki itu.

“Dan, jangan sekali-kali mengatakan untuk memutuskan pertunangan kita, Anthea. Sekalipun itu dalam mimpi, aku tidak akan melepaskanmu.” Ujar Altair menatap Anthea dalam.

Ia mendekatkan wajahnya, “Setidak suka apapun kau pada hubungan ini, kita sudah ditakdirkan bersama, Anthea.”

Anthea hanya diam, tak berniat menjawab.

Cup

“Altair!” Tegur Anthea kala laki-laki itu dengan santai mengecup bibirnya, untuk pertamakalinya.

“Sekarang atau pun nanti sama saja. Kau akan tetap menjadi pasanganku.” Ujar Altair.

“Maaf karena tadi membentakmu, Anthea. Sekarang istirahatlah.” Terakhir, laki-laki itu mengecup kening Anthea, sebelum keluar dari kamar ini.

Setelah Altair pergi, Anthea merebahkan diri di kasurnya. Rasanya, tenahanya sudah habis hari ini.

***

tbc.

don't forget to like and komen♡

1
Setyowati Sabella
up lagi thor
Retno Isma
masih bisa dibaca, gass aja lanjut
Retno Isma
jujur bgt si kamu alaric.... 🤣🤣🤣
RJ 💜🐑
semoga Thea selamat dari putra mahkota
lestari amelia
putra mahkota mengerikan
Nancy Bondan
Luar biasa
sipuuttt
dikit bgt thor,, bikin gemessss
OKEY
Good job
Dewi hartika
lanjut di tunggu up datenya thorr.
adlyu
Update lagi thor /Smile//Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!